Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Molly's Game", Manusia dan Makhluk Spiritual

6 Mei 2020   16:06 Diperbarui: 6 Mei 2020   16:12 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Molly's Game

Sebetulnya sulit untuk menuliskan kembali apa yang sudah ditonton dalam film Molly's Game. Sebuah film yang dalam skala 1-10, IMDb (Internet Movie Databse) memberinya score 7.5. Sebuah angka yang cukup tinggi sehingga menjadikan film yang didasarkan pada buku berjudul Molly Bloom ini layak ditonton.

Bagi sebagian kalangan, Molly's Game mungkin hanya perjalanan hidup seorang Molly Bloom. Diambil dari kisah nyata, film ini menceritakan seorang Molly Bloom. Atlit Ski Es yang menjad bagian tim Ski Olimpiade Amerika. Perempuan cerdas ini setelah karir bidang olahraga nya berakhir, berlanjut menjadi penyelengara judi bagi kalangan Jet Set. Tentunya dengan nilai taruhan yang sangat besar. Karena menjadi event organizer perjudian kelas atas inilah, FBI menciduknya. Tuduhannya karena sudah menjalankan judi illegal. Meski itu hanya tuduhan mengada-ada saja

Tidak salah juga bila ada yang melihatnya sebagai film motivasi menjalani hidup. Karena dalam film ini menceritakan jatuh bangunnya seorang Molly Bloom dari setiap kegagalan yang dia hadapi. Mulai dari kegagalan menjadi juara di Olimpiade sampai kegagalan hidup karena diciduk FBI. Terlebih di akhir film, Blooom mengutip ucapan mashur Winston Churcill tentang makna kesuksesan. Menurut Churcill, "Success consists of going from failure to failure without loss of enthusiasm"

Namun menurut saya, Molly's Game tidak hanya bercerita tentang sebuah perjalanan hidup seseorang apalagi sekedar motivasi hidup. Film ini seperti mengingatkan tentang cara kita melihat realitas. Ada cara hidup kita yang secara tidak langsung dikoreksi oleh film ini. Molly's Game adalah cerita lain kehidupan bagi kita yang sering melihat semuanya seolah bertentangan antara hitam dan putih, betul dan salah atau baik dan jahat.

Jadi bayangkan saja hidup seorang Molly Bloom. Perempuan penyelengara Judi kelas Jet Set dengan nilai taruhan jutaan dollar, namun menjalankannya secara profesional, sesuai aturan, dan "jujur"

Meskipun cerita per Judian itu sangat dekat dengan cerita seks bebas dan sederet pelanggaran norma, Bloom ternyata tidak pernah mau menjual tubuhnya untuk tidur atau berpacaran dengan para penjudi. Meskipun mereka adalah orang kaya raya, selebritis dan sudah ada yang menyatakan rasa suka secara terus terang pada dirinya. 

Meski peserta judinya terdiri dari para mafia juga para penggelap keuangan sampai ratusan juta dollar, Bloom dengan ketat memantau perjudian yang dia laksanakan. Dia tidak pernah mentolerir adanya kecurangan dalam perjudian yang dia lakukan. Karena menjaga judi poker yang dia jalankan supaya tetap fair, Bloom jadi tersungkur.

Ketika piutang nya di para penjudi smpai menyentuh angka jutaan dollar, Bloom tidak pernah menagih nya dengan kekerasan. Sebagaimana umumnya dilakukan para bandar judi.Termasuk ketika ada sekelompok mafia yang menawarkan jasa penagihan hutang kepada para penjudi, Bloom menampik tawaran jasa para mafia itu. Penolakan yang membuatnya babak belur dihajar para mafia

Mungkin yang menarik adalah ketika masuk proses persidangan. Karena pemerintah Amerika sebetulnya mengincar para penjudi yang menjadi klien Bloom, pemerintah Amerika meminta semua bentuk percakapan dan interaksi antara Bloom dengan para penjudi itu. Arsip percakapan yang sudah disimpan Bloom di sebuah drive. Percakapan itu akan digunakan pemerintah Amerika untuk menelusuri jejak para penjudi yang diantaranya banyak para mafia dan penggelap keuangan perusahaan.

Namun Bloom menolak membukanya. Meski sudah diming-imingi lepas dari tuntutan hukum bila membuka itu. Masalahnya bukan karena Bloom takut kepada para penjudi itu, tapi dia mengingat kepada anak-anak atau keluarga para penjudi itu. 

Karena dalam percakapannya itu, banyak hal yang sangat sensitif yang bila dibuka ke publik, bukan hanya akan menghancurkan hidup para penjudi itu, tapi anak-anak dan keluarganya. Bloom misalnya tidak bisa menerima bila diantara para penjudi itu, keluarga nya hancur atau dimusuhi anaknya. Karena di drive itu juga tercantum riwayat selingkuh para penjudi tersebut.

Ketika Bloom berkeras tidak mau membuka data tersebut dan resikonya dia harus mengaku bersalah, Bloom kemudian memilih untuk menyatakan diri bersalah dihadapan hakim. Sesuatu yang bertentangan dengan tujuannya menyewa pengacara yang berbiaya sangat mahal.

Piere Teilhard de Chardin, seorang agaawan yang juga filosof idealis Prancis, sempat mengatakan bahwa "You are not a human being in search of a spiritual experience. You are a spiritual being immersed in a human experience". Menurut de Chardin, kita ini manusia bukanlah makhluk yang mencari pengalaman spirtual, tetapi hakekat manusia adalah makhluk spiritual yang jatuh pada pengalaman-pengalama kemanusiaan.

Karenanya bagi sebagian kalangan disinilah perbedaan antara Rumah Ibadah dan Rumah Bordil. Perbedaan pada sebaran kebaikan. Meski Rumah Ibadah adalah tempat berkumpulnya kebaikan, bukan berarti disana tidak terjadi kecurangan. Sebaliknya. Meski Rumah Bordil adalah tempat bermukimnya berbagai macam kejahatan, bukan berarti disana tidak ada kebaikan sama sekali.

Jadi kalau anda adalah orang yang mempercayai ucapan de Chardin diatas, Molly's Game mungkin diantara film yang mesti ditonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun