Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Imitation Game", Ilmuwan di Masa Kritis

4 Mei 2020   10:50 Diperbarui: 4 Mei 2020   12:09 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Imitation Game :

Ilmuwan di Masa Kritis

Episode ke-2 dari sesion pertama serial televisi State of Affairs, mengangkat kembali tema klasik yang sudah menjadi sangat penting dalam pengelolaan negara; saluran informasi dan komunikasi. 

Sebuah kapal selam Russia sudah 6 bulan berada di 400 M bawah laut perairan Amerika. Mereka bukan hanya sedang memasang penyadap saluran fiber optik bawah laut milik Amerika, tetapi juga merekam semua percakapan di fiber optik. 

Utamanya percakapan pertahanan dan keamanan Amerika. Sumber informasinya adalah perwira militer Russia yang sudah 30 tahun direkrut menjadi intelijen Amerika dan ikut dalam misi Russia tersebut.

Situasi genting ini pada akhirnya tidak cukup menjadi konsumsi pejabat Pentagon atau pimpinan tertinggi Langley markas CIA. Tetapi mesti langsung disampaikan ke Presiden oleh Charleston Tucker. 

Seorang perempuan yang bertugas memberikan brief mingguan ke Presiden. Dalam kasus ini, perintah Presiden pun jelas dan tidak bisa dibantah. Kapal selam tersebut mesti ditenggelamkan. 

Meski harus mengorbankan intelijen Amerika yang sudah menyusup ke Russia selama 30 tahun. Karena bagaimana pun Amerika bisa kalah dalam perang dingin menghadapi Russia kalau semua data percakapan dalam kapal selam sampai ke Moskow.

Pentingnya penguasaan saluran informasi dan komunikasi di masa krisis, pada dasarnya sudah bukan lagi menjadi lamunan di film-film fiksi dan imajinasi seperti State of Affairs. Namun sudah menjadi sesuatu yang faktual. 

Bahkan bila kita telusuri ke belakang, pertarungan penguasaan saluran informasi dan komunikasi bukan hanya terjadi di pada zaman satelit dan fiber optik bawah laut, tetapi juga terjadi dalam Perang Dunia II. Sebuah perang dimana saluran informas dan komunikasi hanya mengandalkan kabel-kabel telegram dan telepon.

Dalam Perang Dunia II, orang mestinya tidak hanya mengingat nama Hitler dengan Joseph Gobbel sebagai mentri propagandanya. Tetapi juga mengingat seorang Arthur Scherbius. Lahir di Frankfurt pada 30 Oktober 1878, Scherbius adalah anak seorang pebisnis yang belajar Tekhnik Elektro di Technical University Munich. 

Scherbius adalah inventor yang membuat sebuah mesin yang sangat terkenal; Enigma. Mesin ini bukan hanya menjadi penentu kemenangan Jerman, tapi juga menjadi pangkal kekalahan Jerman ketika segala kerumitan yang dimilikinya bisa dipecahkan oleh para peneliti Inggris.

Enigma adalah mesin penyandi. Dipakai untuk mengenkripsikan dan medekripsikan sebuah pesan rahasia. Semula Scherbius membuatnya untuk tujuan komersial. Tetapi karena tingkat keamanannya yang sangat tinggi, Wermacht (Tentara Nazi Jerman) memakainya menjadi peralatan perang. 

Melalui Enigma inilah kemudian segala informasi dan komunikasi berkaitan dengan posisi masing-masing tentara Jerman, jumlah masing-masing kesatuan, cadangan makanan dan persenjataan serta rencana serangan disebar.

Dalam Enigma terdapat tombol-tombol huruf yang mesti ditekan dan huruf-huruf di papan lampu yang akan menyala, lampboard, bila ada tombol huruf yang ditekan. 

Jika kita mau membuat sebuah sandi, maka yang diperlukan hanya mengetik pesan kita huruf per huruf lalu kemudian kita mencatat lampu yang menyala. 

Sebaliknya. Bila kita mau menterjemahkan sebuah sandi ke pesan rahasia kita, maka kita tinggal memasukan kodenya lalu mencatat lagi lampu berhuruf mana yang menyala. Sangat mudah. Namun cara membuat kodenya tidak semudah itu.

Dalam Enigma, ketika kita mengetik sebuah pesan dalam keyword, informasi tersebut akan masuk terlebih dahulu dalam plugboard (1). Setelah masuk ke plugboard, dia akan masuk ke rotor kanan (2), kemudian ke rotor tengah (3), rotor kiri (4), reflektor (5), kembali ke rotor kiri (6), tengah (7), kanan (8) kemudian kembali lagi ke plugboard (9). 

Setelah keluar dari plugboard, baru kemudian sinyal listriknya masuk ke papan lampu, lampboard. Pada masing-masing langkah itu, huruf yang kita masukan akan terus berubah. Karenanya Enigma adalah mesin pembuat sandi dengan 9 tingkat keamanan sandi. 

Secara tekhnis, mesin ini bisa mengacak salah satu huruf menjadi 17.576 kombinasi. Kombinasi tentunya akan berlipat bila huruf sudah berbentuk menjadi kata apalagi kalimat panjang. Tingkat keamanan sandi dengan memakai Enigma, sangatlah tinggi.

Pada awalnya, Marian Rejewski, seorang Kritographer dari Biro Sandi Polandia berhasil menemukan rumusan pemecahan sandi Enigma dengan mesin bernama Bomba. 

Sayangnya sebelum mesin ini digunakan, Jerman menyerang Polandia dan membuat tim pemecah sandi Polandia bubar. Untungnya tim tersebut berhasil membawa satu mesin Enigma dan mesin Bomba ke Inggris.

Namun metode Rejewski ini bergantung pada prosedur operasi Jerman. Karenanya ketika Jerman mengubah setting Enigma nya, temuan Rejewski pun menjadi tidak berguna. Ditambah Jerman berhasil menyerang Polandia dan menyebabkan tim pemecah Sandi Polandia ini terpecah. 

Di Inggris, situasi inilah yang dihadapi oleh Alan Touring dan kawan-kawannya. Dalam upaya mengalahkan Jerman, pemerintah Inggris tidak hanya merapikan barisan tentaranya, tetapi juga berupaya keras memecahkan sandi-sandi militer yang dikirim Jerman melalui Enigma. 

Pemecahan sandi militer itu menjadi bagian penting untuk memenangkan Perang Dunia II. Dalam rangka memecahkan sandi Enigma yang berlapis inilah kemudian militer Inggris memperkerjakan matematikawan handal seperti Alan Touring.

Secara genre, The Imitation Game adalah film biographi. Film ini didasarkan pada buku biographi Turing yang ditulis Andrew Hodges berjudul, Alan Turing; The Enigma. Dibintangi Benedict Cumberbatch, proporsi terbesar film ini menceritakan satu fase dalam kehidupan Alan Turing ketika bekerja di Departemen Kriptonalisis pemerintah Inggris yang bertugas mengurai sandi-sandi militer.

Alan Mathison Turing sendiri adalah guru besar alumni Universitas Princeton Amerika, matematikawan, peneliti komputer digital pertama yang lahir pada 23 Juni 1912 dan meninggal pada umur 41 tahun

The Imitation Game menceritakan upaya jenius Turing menciptakan sebuah mesin yang bisa membaca dan memecahkan sandi Enigma yang sangat rumit tersebut. Sebelum mesin Turing dibuat, para kritographer Inggris membutuhkan waktu sampai 18 Jam untuk memecahkan sandi Enigma. 

Dalam situasi kritis seperti perang, itu jelas waktu yang sangat lama. Banyak tentara terlanjur diserang Jerman sebelum sandi bisa dipecahkan. Namun melalui mesin Turing ini, sandi pemecahan sandi Enigma bisa dipersingkat menjadi hanya 20 menit.

Para ilmuwan sendiri bersepakat bahwa Alan Turing ini bukan hanya sudah memperpendek masa Perang Dunia II sampai 2-3 tahun, tapi juga sudah menghindarkan setidaknya 41 Juta orang meninggal karena peperangan. 

Jadi bila kemerdekaan Indonesia ada kaitannya dengan konstelasi global usainya Perang Dunia II, maka bisa jadi tanpa adanya mesin Turing kita baru merdeka antara tahun 1947-1948

Selain kejeniusan Turing, dengan segala kelemahannya dalam kerja tim dan berkomunikasi, The Imitation Game juga menyinggung sosok Turing yang dikenal sebagai seorang Homoseksual. Pada masa ketika pemerintah Inggris melihat Homoseksual sebagai ketidaksenonohan, Alan Turing jelas menghadapi menghadapi kehidupan sulit. 

Ketika didakwa melanggar hukum karena orientasi seks nya, Hakim memberi pilihan kepada Turing antara masuk penjara atau mengikuti terapi hormonal untuk penyembuhannya. Turing memilih yang terakhir karena ingin menyempurnakan mesin Turing yang sudah dia buat. Mesin Turing ini dikemudian hari dikenal sebagai cikal bakal komputer juga ilmu yang sekarang sedang diperbincangkan banyak orang; Artificial Intelligence

Untuk mengingatkan orang terhadap kontribusi Turing, film ini mencoba menghadirkan sosok Joan Clarke (Keira Knightley). Mantan tunangan Turing yang juga sempat bekerja sama dengan Turing di Departemen Kriptographi. 

Ketika Turing menyinggung status dirinya yang tidak normal karena Homo, Clarke mengatakan bahwa dia justru menghargai Turing yang tidak normal itu. Karena menurutnya, ketidaknormalan Turing sudah menyelematkan jutaan nyawa orang dan memperpendek masa Perang Dunia II.

Namun diluar hal diatas, The Imitation Game secara tidak langsung juga menggambarkan posisi Ilmuwan di masa krisis seperti perang. Meski mungkin para ilmuwan tidak mempunyai pasukan, seperti para Jendral, atau tidak mempunyai leadership, seperti para pemimpin politik, namun di masa krisis merekalah yang sebetulnya menjadi rujukan utama para pengambil kebijakan para Jendral dan Perdana Mentri. 

Winston Churchill Perdana Mentri Inggris beserta para Jendral yang dia pimpin, dalam Perang Dunia II pada dasarnya hanya melaksanakan arahan-arahan yang diberikan para ilmuwan. 

Sikap Churchill dan pemimpin militer Inggris jelas tidak sia-sia. Karena seperti yang disinggung sebelumnya, karena masukan dari Turing dan kawan-kawannya inilah Inggris beserta sekutunya bukan hanya bisa mengalahkan Jerman dkk, tetapi juga memperpendek masa Perang Dunia II dan mengurangi jumlah korban nyawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun