Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kepala BPIP, dari Kampus ke Istana

15 Februari 2020   07:53 Diperbarui: 15 Februari 2020   07:49 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepala BPIP : Dari Kampus ke Istana

Sebagai Guru Besar, setidaknya forum terbesar tempat Prof Yudian Wahyudi pernah unjuk ucapan adalah forum penetapan anugrah gelar Guru Besarnya. Akan ada ratusan orang untuk mendengarkan pemikirannya. 

Meski yang datang beragam, namun secara garis besar ada kesamaan yang bisa diprediksi; kesamaan latar pendidikan dan perhatian. Bila Kepala BPIP mendapat anugrah Guru Besar dari kampus studi keislaman, bisa dipastikan bila yang hadir cenderung orang yang mempunyai perhatian sama.

Pada momen akademis seperti ini, Prof Yudian tidak hanya mempunyai keleluasaan berbicara dalam waktu panjang untuk mengurai ide-ide nya secara lebih mendalam, tapi juga mempertajam dan memperjelas ulasannya dengan membagikan tulisan dari apa yang dibacarakan. 

Begitu juga sebaliknya. Pendengar tidak hanya bisa menggunakan indra pendengaran untuk mencerna ucapannya, tapi juga penglihatan. Tidak hanya bisa melihat gesture Prof Yudian ketika berbicara, tetapi juga membaca tulisan yang disajikan.

Lebih kecil dari forum diatas, seminar atau diskusi berskala adalah forum yang biasa dihadiri seorang Guru Besar. Seperti forum diatas, Prof Yudian juga mempunyai keleluasaan waktu mengurai pendapat-pendapatnya secara lisan maupun tulisan. Bila ada penyimak yang kurang memahami, selalu ada sessi tanya jawab untuk memperjelas atau mempertegas. 

Selain itu, forum seperti ini selalu lebih homogen dan jumlah audiens yang terbatas dan lebih spesifik. Karena sedikit kemungkinan orang yang sehari-harinya tertarik dengan semi konduktor, ingin menghadiri seminar filsafat Islam yang kadang sering menjelimet dan merumitkan itu.

Begitu juga ruang kuliah tempat seorang Guru Besar mengajar. Forum lebih kecil dari seminar atau diskusi. Jumlah yang hadir bisa jadi tidak lebih dari 20 orang sehingga pembicaraan jadi lebih intens dan fokus. Tema pembicaraan pun bisa diangkat pada level yang lebih tinggi diluar rata-rata pemahaman publik. Karena yang hadir adalah para pembelajar yang tidak hanya mempunyai minat pada disiplin studi yang dipelajari, tetapi juga sudah mempunyai referensi sebelumnya untuk dibicarakan.  

Setelah forum diatas, maka sidang kelulusan adalah forum terkecil seorang Guru Besar. Berbanding terbalik dengan forum-forum sebelumnya, pada moment ini bukan Guru Besar yang jadi pusat perhatian, mahasiswa lah yang menjadi pusat perhatian. Mengeluarkan pertanyaan adalah tugas utamanya, bukan mengeluarkan pernyataan.

Setelah forum-forum yang mengandalkan kemampuan oral seperti diatas, maka buku, jurnal, makalah dan artikel adalah medium komunikasi tulisan yang sering dipakai seorang akademisi.

Dalam piramida banyaknya pembaca, secara berurutan buku berada pada puncak piramida dan artikel berada paling bawah. Sedikit yang membaca buku. Karena orang butuh perhatian pada sebuah tema tertentu, familiar dengan bahasa buku yang memiliki bahasa yang spesifik, juga butuh keluasan keluasan waktu untuk menikmatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun