Antara Belajar Kung Fu dan Belajar Agama

Padahal memahami Kitab suci tidak sesederhana itu. Orang bukan hanya mesti tahu kaidah bahasa Arab, makna kata bahasa Arab, bahkan juga mesti mengetahui dinamika sosial politik ekonomi dan budaya ketika ayat itu turun atau yang populer disebut dengan asbabun nuzul.

Pada satu kesempatan, di sebuah WAG seorang teman bertanya hukum tentang sesuatu. Secara leterleks dia bertanya apakah hal yang dia lakukan itu halal atau haram?Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, saya sempat ingin menjelaskan ada dua kekeliruan dalam pertanyaan tadi. Pertama, pertanyaan itu seolah melihat bahwa dalam Islam hanya ada dua hukum yaitu Halal dan Haram. 

Padahal Hukum dalam Islam itu ada 5, yaitu Halal, Haram, Sunnah, Mubah dan Makruh. Hukum Islam tidak hitam putih antara Halal dan Haram. Kedua, dia seperti mengandaikan bahwa hukum asal sesuatu itu adalah antara Halal dan Haram sehingga dunia menjadi terlihat sempit karena dasarnya adalah Halal dan Haram. Padahal hukum asal sesuatu adalah mubah atau boleh. 

Dalam perspektif ini, kita lihat keluasan Agama dalam melihat sesuatu. Sayangnya, sebelum menjawab hal tersebut, seseorang dengan percaya dirinya memberikan jawaban instant dengan cara mengirimkan sebuah link hasil browsing.

Masalah diatas akan bertambah panjang manakala kita melihat adanya sentuhan kemanusiaan dan kasih sayang seorang Guru yang hilang ketika orang belajar Agama melalui link internet.

Mungkin benar apa yang dikatakan sebagian kalangan. Bahwa masalah kita sekarang bukanlah tingginya orang yang tidak bisa membaca, tetapi orang tidak mengerti apa yang dia baca.