Lalu darimanakah para bangsawan Eropa yang sangat suka Teh itu mendapatkan Teh yang berkualitas?Ini pertanyaan senada tentang darimana orang Eropa yang sangat menggandrungi rempah-rempah sementara di benuanya tidak tumbuh rempah-rempah.
Kalau rempah-rempah itu mereka dapatkan dari tanah jajahan, maka seperti itu juga Teh. Mereka dapatkan dari tanah jajahan, bukan dari tanah sendiri. Karenanya kalau selama ini rempah-rempah selalu disebut sebagai magnet bagi orang Eropa datang ke nusantara, maka Teh juga mesti disebut sebagai salah satu daya tarik para kolonial Eropa datang ke Indonesia.
Setidaknya ini bisa dilihat dari apa yang dilakukan oleh Belanda dan Inggris di tanah jajahannya masing-masing.
Tahun 1925, di Desa bernama Kayu Aro yang sekarang berada di wilayah administratif Kabupaten Kerinci-Jambi, Belanda menyulap daerah ini menjadi perkebunan Teh dengan memperkerjakan kuli kontrak asal Jawa. Terletak di ketinggian 1.400-1600 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan luas 3.020 hektare, Kayu Aro tidak hanya  menjadi perkebunan Teh tertua di Indonesia, tetapi juga yang terluas dan tertinggi di dunia.
Tertinggi pertama adalah perkebunan Teh Darjeeling di Himalaya India yang berada di 4.000 mdpl. Dengan perbedaan ketinggian ini, Kayu Aro tentu saja menjadi Kebun Teh yang hijau sepanjang tahun sementara Darjeeling sering tertutup salju. Bila Kayu Aro dikuasai Belanda, maka Darjeeling di India dikuasai Inggris. Keduanya tetap mengirimkan daun teh terbaiknya ke Eropa.
Teh Kayu Aro inilah yang dari dulu sampai sekarang menjadi bahan Teh Premium di dunia. Setiap tahun, Perkebunan Teh Kayu Aro yang dikelola PTPN 6 bisa mengahasilkan rata-rata 5.500 ton Teh Hitam. Teh ortodox grade satu ini, teh unggulan, di ekspor ke Eropa, Rusia, Timur Tengah, Amerika, Asia Tengah, Pakistan juga Asia Tenggara.
Ty Phoo Tea sebagai salah satu merek premium Teh di Inggris yang didirikan awal tahun 1900, juga memakai pucuk Teh dari Kayu Aro untuk produk unggulan mereka. Kalau kita buka website Ty Phoo Tea, disana disebutkan bahwa Teh yang mereka produksi didatangkan dari perkebunan Teh terbaik di dunia diantaranya datang dari Indonesia.
Saya sendiri beberapa hari kemarin mendapat kiriman bubuk Teh Kayu Aro. Pastinya Teh yang sedang saya nikmati sekarang ini bukanlah kualitas premium atau Grade 1 nya. Tebakan saya ini antara grade 4-5. Karena Grade satu yang berasal dari pucuk teh, sudah di ekspor.
Saya sendiri membeli bubuk Teh Kayu Aro ini melalui situs jual beli online. Harganya Rp 19.000 beratnya 250 gram. Sementara kalau saya cek harga Ty Phoo Tea yang berbahan daun Teh Kayu Aro, harganya sekitar Rp 250.000 untuk 10 tea bags diluar ongkos kirim. Terbayang kan perbedaannya.
Saya sendiri pastinya lebih memilih yang Rp 19.000/250 gram kiriman PTPN 6, bukan dari Ty Phoo Tea yang harganya ratusan tapi beratnya ringan. Masalah utamaya, pasti penghematan, apalagi kan hehehe. Tapi selain masalah penghematan, ada juga hal lain, yaitu kebiasaan menikmati hidup.
Konon menurut beberapa orang pinter, orang bahagia itu adalah orang yang bisa tersenyum gembira dengan hal-hal yang sangat sepele dan sederhana. Orang bahagia itu bukan orang yang tersenyum melihat uang milyaran, tetapi juga bisa tertawa gembira melihat lembaran uang seribuan.