Pada masa Perang Dunia disebutkan ada kompetisi inovasi menemukan senjata. Bila Jerman mempunyai Hydra, maka sekutu mempunyai SSR, Scientific Strategic Research. Singkat cerita SSR berhasil menemukan serum yang akan meningkatkan kemampuan manusia berlipat-lipat.
Berbeda dengan Hydra, serum made in SSR ini juga bisa melipatgandakan karakter manusia. Bila dia orang baik, maka dia akan bertambah baik. Begitu sebaliknya. Steve Rogers orang Amerika pun dipilih sebagai kelinci percobaan karena dia orang baik. Percobaan sukses. Jadilah Rogers disulap menjadi prajurit super bernama Captain America.Â
Sebagaimana terbaca dari dua kata terakhir, paragrap diatas hanyalah fiksi. Diatas adalah cerita dari film berjudul Captain America; The First Avenger. Adaptasi dari tokoh superhero yang ada dalam komik Marvel. Selain Steve Rogers di film ini juga terdapat figur Howard Stark, ilmuwan jenius SSR, dan Peggy Carter,  inteligent Inggris pemecah kode rahasia.
Dari nama Stark, orang pasti akan memaklumi bahwa inilah leluhur Tony Stark. Ilmuwan kaya penemu robot Iron Man yang oleh Marvel dibuat lagi film khusus berjudul Iron Man. Sementara Peggy Carter, selanjutnya ada film serial tersendiri dari ABC Studios berjudul Agent Carter.
Namun saya tidak akan membicarakan film-film Marvel. Saya hanya tertarik pada figur Carter dan temannya Jarvis yang Inggris dan beraksen Inggris dalam serial Agent Carter. Beberapa kali film ini tidak hanya menayangkan Teh sebagai minuman yang ditawarkan Jarvis, tetapi juga keseharian keluarga Jarvis yang rukun dan bahagia.
Bila dikaitkan lebih jauh, Teh sepertinya sering muncul dalam film berlatar Inggris. Film James Bond misalnya. Martini yang dikocok adalah minuman kesukaan kesukaan Bond. Namun Teh adalah minuman orang Inggris. Kalau tidak salah, film Notting Hill juga begitu.
Teh sepertinya memang sudah menjadi minuman keseharian orang Inggris. Melalui istilah Afternoon Tea, Tea Time atau English Breakfast Tea kita bisa melihat keterkaitan kuat orang Inggris dan Teh.
Teh sendiri adalah minuman para para bangsawan Eropa. Termasuk diantaranya Inggris. Bila Ratu Wilhelmina, Juliana atau Beatrix dari Belanda meminum Teh menjelang makan siang, maka Ratu dan Raja Inggris meminum Teh di sore hari.
Sore hari dianggap waktu tepat meminum Teh. Karena jarak antara waktu makan siang ke makan malam relatif lebih panjang dibanding jarak waktu sarapan pagi ke makan siang, dibutuhkan makanan penganjal perut sebelum masuk waktu makan malam. Teh dengan berbagai cemilannya, adalah solusi. Â
Mungkin juga karena sore adalah waktu melepas penat setelah seharian lelah bekerja. Karena Teh sendiri konon ditemukan sebagai minuman untuk mengembalikan kebugaran setelah lelah bekerja. Ceritanya seorang Raja China sedang dalam perjalanan jauh. Di sebuah hutan, dia beristirahat sambil merebus air. Tidak sengaja ada daun yang berjatuhan ke air yang dia rebus. Setelah dia minum, air rebusan tersebut ternyata memulihkan kesegaran si Raja.
Mungkin ini juga yang menjadi pembeda antara Teh dan Kopi. Kopi adalah minuman yang memberi efek kuat. Awalnya diminum diminum para sufi supaya mereka bisa kuat ketika akan berdzikir dan berdoa semalaman. Karenanya kalau Teh diminum diakhir, maka Kopi diminum diawal. Bila Teh memberi efek kesegaran seusai bekerja, maka Kopi memberikan efek kekuatan ketika akan bekerja.