Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Pad Man", Dari Pembalut, Tradisi sampai ke Komunikasi untuk Inovasi

24 Desember 2018   18:03 Diperbarui: 24 Desember 2018   18:13 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika laki-laki dan perempuan sedang bersenggama, aliran darah di tubuh keduanya bergerak cepat. Kecepatannya berlangsung diluar rata-rata. Terkhusus perempuan, ada satu titik dalam tubuhnya yang sangat sensitif, tipis yang juga dialiri darah yang sedang bergerak cepat itu. Titik itu adalah bibir. Karenanya ketika berhubungan badan, bibir perempuan menjadi sangat merah karena aliran darah. Namun bibir merah itu menurut lelaki telah menambah cantik perempuan. Konon dari sinilah awal mulanya kenapa perempuan memakai lipstik. Karena memerahkan bibir akan membuatnya terlihat makin cantik.

Lain lipstik, lain lagi eye shadow. Awalnya adalah anggapan bahwa perempuan yang menstruasi adalah perempuan yang sedang dilaknat Tuhan. Karena bukan hanya tentang perempuan yang sedang mengeluarkan darah kotor, tetapi bersenggama dengannya akan menimbulkan penyakit dan melahirkan keturunan yang akan memiliki kelainan.

Karenanya perempuan menstruasi mesti dihindari. Mesti ada tanda untuk perempuan seperti itu. Tanda yang harus diletakan ditempat yang mudah dilihat dan sulit disembunyikan. Pada masa ketika kacamata belum menjadi peralatan sehari-hari dan tidak bisa dibawa dipasangkan ke daun telinga, maka sekitar mata adalah daerah yang tidak bisa disembunyikan. Jadilah bulu mata diberi tanda hitam. Konon, begitulah awal mula Eye Shadow. Menghitamkan bulu mata adalah cara supaya lebih dikenal dan diperhatikan.

Namun film Pad Man sebagaimana artinya, Manusia Pembalut Wanita, tidak sedang bercerita tentang lipstik atau eye shadow. Namun dia sedang membicarakan salah satu fase keseharian perempuan yang diartikan keliru dan disikapi secara tidak higienis di kalangan masyarakat miskin, yaitu menstruasi. Cara menyikapi itulah yang melahirkan pemikiran inovatif dari seorang Laksmikant Chauhan.

Pad Man film Bollywood tahun 2018. Adaptasi dari short story berjudul "The Sanitary Man of Sacred Land" dalam buku "The Legend of Lakshmi Prassad" yang menceritakan kisah hidup Arunachalam Muruganantham. Seorang aktivis sosial juga sosial enterpreneur yang membuat dan memperkenalkan pembalut wanita murah dan higienis bagi masyarakat India.  

Awalnya adalah kisah hidup seorang Laksmi (Akshay Kumar) yang menjalani pernikahan bahagia dengan istrinya Gayatri (Radhika Apte). Lakshmi sangat mencintai Gayatri, begitu juga sebaliknya. Sampai suatu saat Gayatri mesti mengalami proses biologis sebagaimana layaknya seorang perempuan, yaitu menstruasi.

Dalam tradisi India, perempuan yang sedang menstruasi mesti dipisahkan dari lelaki selama 5 hari. Baik itu tempat duduknya, maupun tempat tidurnya. Lepas dari apakah ini bentuk diskriminasi terhadap perempuan, pengingatan berbahayanya bersenggama ketika perempuan sedang menstruasi, proteksi terhadap perempuan atau sindiran terhadap lelaki yang tidak bisa menahan hasrat biologisnya, namun inilah tradisi yang berlaku di tempat Laksmi. Meski tidak setuju, tapi Laksmi bisa menghadapi masalah ini dengan baik. Laksmi tidak menganggap perempuan menstruasi sebagai perempuan yang sedang kena kutuk Tuhan.

Permasalahan timbul manakala Laksmi melihat cara istrinya membersihkan diri. Gayatri memakai kain kotor yang dipakai berkali-kali untuk membersihkan tamu bulanannya tersebut. Cara yang menurut Laksmi sangat tidak higienis dan berbahaya bagi kesehatan istrinya.

Didorong rasa sayang terhadap istrinya, Laksmi  pergi ke Apotek membeli pembalut. Di Apotek, Laksmi berhadapan dengan masalah pelik, yaitu masalah tabu dan ekonomi. Karena menstruasi adalah hal yang sangat sensitif, maka membeli pembalut pun mesti diam-diam. Tidak bisa dengan cara biasa seperti membeli obat-obat lainnya. Selain itu harga pembalut sangatlah mahal. Laksmi mesti meminjam uang untuk membeli pembalut.

Meski pembalut sudah bisa dibeli, Laksmi menghadapi permasalahan lain. Istrinya malu ketika Laksmi membicarakan masalah menstruasi dan membelikan dia pembalut. Bagi istrinya, ada wilayah dimana lelaki cukup mengetahui saja dan jangan masuk terlalu dalam pada masalah perempuan. Menstruasi di antaranya. Ini bukan hanya pandangan Gayatri, tapi juga perempuan di India.

Masalah lain adalah kemiskinan dan harga pembalut yang sangat mahal. 55 Rupee untuk sebuah pembalut sangatlah memberatkan. Meski Laksmi mengatakan bahwa dia sanggup mengeluarkan uang sebesar itu, Gayatri mengingatkan posisi Laksmi sebagai lelaki yang masih memiliki dua adik perempuan yang belum menikah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun