Awal film ini mengungkapkan tentang seorang Lynn. Perempuan yang cerdas, hidup pas-pasan dan mulai tertarik mengkapitalisasi kecerdasannya dengan memberikan contekan pada anak-anak orang kaya dengan imbalan uang.Â
Memasuki pertengahan film, muncul lah figur seorang Bank. Lelaki jenius yang secara ekonomi tidak jauh berbeda dengan Lynn tapi bersikeras tidak ingin melakukan praktek kecurangan seperti yang dilakukan Lynn.
Singkat cerita, Bank bisa dijebak untuk bersama-sama Lynn membantu anak-anak orang kaya lulus ujian dengan imbalan uang. Bank yang idealis, mengikuti langkah Lynn yang curang demi mendapatkan uang untuk melanjutkan sekolah.
Tetapi akhir yang dramatis dan terbalik menjadi pembeda antar keduanya. Lynn yang memulai kecurangan, sadar akan kekeliruannya. Dia pun memutuskan berhenti tidak ingin melakukan kecurangan itu lagi.Â
Hal yang menjadi luar biasa adalah, Lynn tidak hanya berani mengakui segala kesalahan dan menerima segala konsekuensinya, tetapi dia juga berani menatap masa depannya di dunia pendidikan dengan tanpa menutupi kekeliruannya di dunia pendidikan pada masa yang lalu. Lynn seperti siap berjalan dengan tegap menghadapi masa depan tanpa mau menyembunyikan kekeliruannya di masa lalu.
Hal terbalik dengan Bank temannya. Bank yang semula begitu idealis, teguh memegang pendirian dan tidak ingin berbuat curang, justru seperti ingin melanjutkan kecurangan yang sudah dia mulai karena tergiur oleh uang yang akan dia peroleh. Bank seperti akan melanjutkan kekeliruannya di masa lalu untuk melanjutkan kehidupannya di masa yang akan datang.
Menonton apa yang terjadi para Lynn dan Bank di akhir film, seperti mengingatkan kita akan ujaran populer dari pujangga Irlandia ternama, Oscar Wilde bahwa "Every saint has a past and every sinner has a future"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H