Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

J Edgar, Berkuasa Sampai Mati ala Pendiri FBI

22 Februari 2018   08:16 Diperbarui: 22 Februari 2018   08:38 1757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

J Edgard : Berkuasa Sampai Mati ala Pendiri FBI

Ada dua masalah krusial yang dihadapi Amerika di awal tahun 1900an; gerakan komunis radikal pasca Bolshevic dan merajalelanya para gangster. Keduanya adalah pengganggu keamanan dan ketertiban nasional. Gerakan komunis radikal dituding sering melakukan aksi-aksi protes yang meresahkan. Sementara para gangster seperti bebas melakukan perampokan dan pembunuhan. Malangnya, kepolisian Amerika terlihat gagap dan tidak profesional menghadapi situasi ini. 

Begitu kira-kira yang digambarkan Clint Eastwood dalam film J Edgard. Sebuah film yang mengulas biography John Edgard Hoover, pendiri dan penguasa FBI terlama yang disebut sebagai orang terkuat di Amerika.

Mungkin puncak dari kekacauan ini adalah ketika rumah Pilmer, Jaksa Agung Amerika atasan John Edgard Hoover di Departemen Kehakiman, di bom dan anak Charles Lindberg diculik. Polisi terlihat tidak profesional menangani dua kasus penting ini. Sehingga kasus bukan hanya tidak terpecahkan, pelakunya pun tidak tertangkap. 

Ketika rumah Jaksa Agung di bom inilah Hoover (Leonardo di Caprio) mengingatkan tentang penting nya sebuah biro khusus investigasi yang menangani gerakan orang-orang radikal. Ketika itu Pilmer menyetujui ide Hoover dan sekaligus menunjuknya sebagai direktur pertama biro investigasi yang kemudian hari dikenal dengan nama FBI.

Selain melakukan rekrutmen SDM yang sangat selektif bagi Divisi yang dia pimpin, hal yang juga dilakukan adalah pembenahan data base para pelaku kejahatan. Karena sebelumnya Hoover pernah menjadi pustakawan di Congress Library dan yang menyusun katalog untuk ribuan buku disana, Hoover ingin data base para penjahat itu bisa dipakai seperti katalog buku di Perpustakaan. 

Meskipun perpustakaan diisi ribuan buku, tapi dengan hanya menyebut thema buku yang dicari, tidak kurang dari 2 menit buku itu bisa ditemukan secara manual. 

Dengan dasar inilah kemudian Hoover melakukan sentralisasi sidik jari para penjahat dan aktor gerakan radikal. Semua sidik jari yang ada di negara bagian, dikirim dan dikumpulkan di kantor Hoover. 

Sebagaimana kita lihat di era sekarang, sentralisasi sidik jari ini menjadi sebuah sistem yang sangat membantu dan efektif. Ditopang dengan perkembangan komputer yang semakin canggih, FBI hanya membutuhkan waktu hitungan menit untuk mencocokan sidik jari para pelaku kejahatan. 

Ketika anak kecil dari keluarga Lindberg diculik, Hoover terlihat geram melihat cara polisi memperlakukan TKP sehingga bukan hanya korban yang tidak ditemukan, pelakunya pun tidak terdeteksi. 

Untuk menangkap pelakunya, Hoover mengundang ilmuwan pakar perkayuan dan tulisan tangan. Karena di TKP ada kayu yang diduga dibawa pelaku juga tulisan tangan penculik anak yang meminta tebusan pada Lindberg. Cara ini terbukti efektif. Pakar kayu bisa meneliti asal muasal kayu dari TKP dan pakar tulisan tangan bisa mendeteksi figur penculik berdasar tulisan penculik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun