Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kyai Ma'ruf Berbohong?

4 Februari 2017   18:48 Diperbarui: 5 Februari 2017   10:01 2780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kyai Maruf Berbohong?

Menurut Ahok dan pengacaranya, pada persidangan Ketua MUI ditanya berkali-kali tentang telepon dari SBY ke beliau. Jawabnya adalah tidak. Menurut Ahok itu bohong. Karena dia punya bukti adanya telepon itu. Hari berikutnya, dalam konfrensi pers SBY menceritakan adanya hubungan telepon antara dirinya dan Kyai Maruf pada hari yang dimaksud Ahok. Setelah itu sebagaimana diketahui, propaganda baru muncul. Setelah Ahok menyatakan minta maaf, media timses Ahok mengatakan bahwa Kyai Makmun berbohong.

Lalu apakah Pak Kyai berbohong?

Setidaknya ada ada dua hal tentang Pak Kyai yang selama ini tidak disinggung, yaitu keahliannya dalam Fikih dan mantan anggota DPR 1999-2004, pemilu pertama pasca reformasi yang dikenal clean dan fair. Dua status yang menunjukan adanya kepakaran dan pengalaman dan jarang dimiliki orang.

Sebagai mantan anggota parlemen, Pak Kyai pastinya tahu dunia politik kita serta perilaku para politisinya. Bagi Kyai Maruf, dia tidak membutuhkan waktu bermenit-menit untuk mengerti maksud Ahok dan pengacaranya serta tahu cara menghadapinya.

Pada sisi lain, sebagai orang yang menguasai Fikih, maka dalam banyak hal pengetahuannya ini sangat mempengaruhi caranya mengambil keputusan. Baik Fikih sebagai sebuah cara mengambil keputusan hukum, maupun Fikih sebagai sebuah keputusan hukum.

Fikih sendiri adalah keilmuan keislaman yang selama ini disalahfahami. Publik menganggap bahwa Fikih adalah ilmu hitam putih membahas halal haram, boleh dan tidak boleh. Padahal Fikih adalah ilmu tentang segala kemungkinan. Fikih adalah kajian akan hukum Islam yang menunjukan keberwarnaan Islam.

Fikih itu tidak hanya membahas apa yang boleh dan tidak boleh, tetapi membahas apa yang dibolehkan, yang tidak dibolehkan, yang dianjurkan dikerjakan, yang dianjurkan ditinggalkan atau dikerjakan atau ditinggalkan tidak apa-apa. Jadi Fikih bukan perkara halal haram, tapi Fikih itu perkara Wajib, Sunnah, Haram, Makruh, Mubah. Hukum dalam Fikih tidak mutlak-mutlakan tetapi membuka berbagai kemungkinan berbantung situasi yang melingkupinya.

Kita contohkan tayamum. Hukum Islam mengatakan bahwa tayamum adalah pengganti wudhu jika tidak ada air. Karenanya syarat sah tayamum adalah tidak adanya air. Pertanyaan baru muncul. Bolehkah tayamum sementara di depan kita ada air tetapi itu air minum yang sangat dibutuhkan?Syahkah tayamum bila setelah tayamum, tiba-tiba kita menemukan air?

Kita bisa mengambil contoh lain yang tidak jauh berbeda. Misalnya saja tentang berbohong. Agama menyatakan bahwa berbohong itu tidak boleh. Tetapi bagaimana kalau berbohong untuk mendamaikan orang yang bertikai?Bagaimana juga berbohong untuk menyenangkan istri?

Fikih Islam membicarakan hal tersebut dengan detail. Bukan hanya mengharamkan dan menghalalkan, tetapi juga melihat kondisi yang melingkupinya. Karenanya, seorang Faqih bukan orang yang hanya bisa hafal runtutan ayat dan hadits tentang hukum sesuatu, tetapi dia orang yang mempunyai dinamis dan aware kondisi sekitar.

Dalam posisi seperti inilah sebetulnya orang bisa memaknai jawaban dari Kyai Maruf. Di tengah propaganda massif bahwa fatwa MUI itu pesanan, gencarnya timses membangun opini publik mendeskriditkan MUI, tanggung jawabnya menjaga marwah lembaga, maka menjawab tidak pada sesuatu yang mungkin harusnya dijawab iya, adalah jawaban terbaik. Lalu orang bertanya, apakah jawaban Kyai tetap tidak dianggap bohong karena jawabannya tidak sesuai kenyataan?

Sebagai pengasuh pesantren, Pak Kyai pasti mengetahui Mantik atau Ilmu dasar-dasar berlogika. Di Pesantren Pak Kyai mengajarkan santrinya dasar-dasar logika sebagaimana yang diajarkan Aristoteles pada muridnya tentang beda antara genus/kulli (umum) atau species/juzi(khusus).

Seperti bahwa berkomunikasi itu adalah umum dan yang khusus adalah telepon, kirim email, berbicara dan lain sebagainya. Tetapi sesuatu yang juzi/species, bisa menjadi genus/kulli. Seperti menelpon adalah umum, khususnya adalah membicarakan politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.

Bila kita memperhatikan pertanyaan dan jawaban antara Pak Kyai dan Pengacara, disana ada aplikasi mantik. Djemat pengacara bertanya panjang tentang hubungan telepon SBY dan Pak Kyai yang dikaitkan dengan permintaan fatwa dari SBY kepada MUI. Terhadap ini, Pak Kyai menjawab pendek dan tegas ; Tidak. Faktanya memang tidak ada telepon untuk memesan fatwa MUI. Sementara yang disebut SBY di konfrensi pers, adalah telepon bahwa SBY menelepon Pak Kyai supaya menerima anaknya di PB NU. Lalu dimana bohongnya Pak Kyai?Bukankah yang ditanyakan pengacara itu species bukan genus?

Lagipula kalau orang mempelajari dunia tanya jawab, yang selalu jadi pegangan progesi wartawan dan pengacara, permasalahan utama itu bukan pada jawaban tetapi pada pertanyaan. Jawaban baik dan tepat lahir dari pertanyaan yang baik dan tepat. Para mahasiswa yang baru lulus atau selesai skripsi pasti faham bahwa pertanyaan penelitian yang benar, akan menghasilkan skripsi berkualitas.

Larry Kings, Raja Talk Show Amerika, dikenal sebagai presenter yang mampu membuat tamunya berbicara terbuka dan lepas. Keunggulannya bukan karena dia bisa memaksa orang mengeluarkan jawaban, tapi mampu merumuskan pertanyaan yang membuat orang bisa berbicara bebas, rileks dan tanpa sekat.

Ketika seseorang bertanya kepada Larry King tentang kemampuannya ini, King menjawab "I learned that the more I drewback, asked good question, listened to the answer, cared about the guest.." you make the camera disappear. "Camera Disappear" (kamera menghilang) adalah istilah untuk menggambarkan dimana orang bisa berbicara bebas, lepas, tanpa tekanan, mengeluarkan semua isi hatinya sampai rahasia terdalamnya seolah-olah dia tidak berada dalam sorotan kamera.

Sebagai pengacara lulusan Amerika, pastinya Humphrey Jemat tahu apa yang diungkap Larry King ini. Pertanyaan yang benar, akan menghasilkan jawaban yang benar. Faktanya terbalik. Pak Kyai yang tidak bertanya, hanya menjawab, justru bisa membuat Djemat berbicara bebas seolah "camera disappear" dari hadapannya. Maka keluarlah pernyataan tentang bukti yang dia miliki tentang percakapan Pak Kyai dengan SBY. Lengkap dengan jam dan menit sehingga menimbulkan tudingan publik tentang adanya penyadapan. Sampai dengan Pak Kyai melangkah keluar ruang persidangan, Ahok dan pengacaranya berulang-ulang menyebut tentang bukti telepon SBY dan Pak Kyai dihadapan para wartawan.

Di kemudian hari kita justru melihat kalau pengacara lah yang bohong. Bukti yang katanya mereka miliki, tidak kunjung ditunjukan pada publik. Ketika wartawan bertanya tentang sumber bukti, Djemat mengatakan bila bukti itu berasal dari Tuhan. Tekhnik menjawab yang jauh dari dasar-dasar logika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun