Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kyai Ma'ruf Berbohong?

4 Februari 2017   18:48 Diperbarui: 5 Februari 2017   10:01 2780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam posisi seperti inilah sebetulnya orang bisa memaknai jawaban dari Kyai Maruf. Di tengah propaganda massif bahwa fatwa MUI itu pesanan, gencarnya timses membangun opini publik mendeskriditkan MUI, tanggung jawabnya menjaga marwah lembaga, maka menjawab tidak pada sesuatu yang mungkin harusnya dijawab iya, adalah jawaban terbaik. Lalu orang bertanya, apakah jawaban Kyai tetap tidak dianggap bohong karena jawabannya tidak sesuai kenyataan?

Sebagai pengasuh pesantren, Pak Kyai pasti mengetahui Mantik atau Ilmu dasar-dasar berlogika. Di Pesantren Pak Kyai mengajarkan santrinya dasar-dasar logika sebagaimana yang diajarkan Aristoteles pada muridnya tentang beda antara genus/kulli (umum) atau species/juzi(khusus).

Seperti bahwa berkomunikasi itu adalah umum dan yang khusus adalah telepon, kirim email, berbicara dan lain sebagainya. Tetapi sesuatu yang juzi/species, bisa menjadi genus/kulli. Seperti menelpon adalah umum, khususnya adalah membicarakan politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.

Bila kita memperhatikan pertanyaan dan jawaban antara Pak Kyai dan Pengacara, disana ada aplikasi mantik. Djemat pengacara bertanya panjang tentang hubungan telepon SBY dan Pak Kyai yang dikaitkan dengan permintaan fatwa dari SBY kepada MUI. Terhadap ini, Pak Kyai menjawab pendek dan tegas ; Tidak. Faktanya memang tidak ada telepon untuk memesan fatwa MUI. Sementara yang disebut SBY di konfrensi pers, adalah telepon bahwa SBY menelepon Pak Kyai supaya menerima anaknya di PB NU. Lalu dimana bohongnya Pak Kyai?Bukankah yang ditanyakan pengacara itu species bukan genus?

Lagipula kalau orang mempelajari dunia tanya jawab, yang selalu jadi pegangan progesi wartawan dan pengacara, permasalahan utama itu bukan pada jawaban tetapi pada pertanyaan. Jawaban baik dan tepat lahir dari pertanyaan yang baik dan tepat. Para mahasiswa yang baru lulus atau selesai skripsi pasti faham bahwa pertanyaan penelitian yang benar, akan menghasilkan skripsi berkualitas.

Larry Kings, Raja Talk Show Amerika, dikenal sebagai presenter yang mampu membuat tamunya berbicara terbuka dan lepas. Keunggulannya bukan karena dia bisa memaksa orang mengeluarkan jawaban, tapi mampu merumuskan pertanyaan yang membuat orang bisa berbicara bebas, rileks dan tanpa sekat.

Ketika seseorang bertanya kepada Larry King tentang kemampuannya ini, King menjawab "I learned that the more I drewback, asked good question, listened to the answer, cared about the guest.." you make the camera disappear. "Camera Disappear" (kamera menghilang) adalah istilah untuk menggambarkan dimana orang bisa berbicara bebas, lepas, tanpa tekanan, mengeluarkan semua isi hatinya sampai rahasia terdalamnya seolah-olah dia tidak berada dalam sorotan kamera.

Sebagai pengacara lulusan Amerika, pastinya Humphrey Jemat tahu apa yang diungkap Larry King ini. Pertanyaan yang benar, akan menghasilkan jawaban yang benar. Faktanya terbalik. Pak Kyai yang tidak bertanya, hanya menjawab, justru bisa membuat Djemat berbicara bebas seolah "camera disappear" dari hadapannya. Maka keluarlah pernyataan tentang bukti yang dia miliki tentang percakapan Pak Kyai dengan SBY. Lengkap dengan jam dan menit sehingga menimbulkan tudingan publik tentang adanya penyadapan. Sampai dengan Pak Kyai melangkah keluar ruang persidangan, Ahok dan pengacaranya berulang-ulang menyebut tentang bukti telepon SBY dan Pak Kyai dihadapan para wartawan.

Di kemudian hari kita justru melihat kalau pengacara lah yang bohong. Bukti yang katanya mereka miliki, tidak kunjung ditunjukan pada publik. Ketika wartawan bertanya tentang sumber bukti, Djemat mengatakan bila bukti itu berasal dari Tuhan. Tekhnik menjawab yang jauh dari dasar-dasar logika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun