Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rp 1 Triliun untuk Parpol

28 Desember 2015   14:58 Diperbarui: 28 Desember 2015   14:58 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai politik sampai sekarang belum melakukan rekrutmen kader partai yang sistematis, berjenjang, dan terukur. Aktivis politik sangat mudah mendirikan partai untuk kepentingan diri dan kelompoknya pada satu saat, tapi abai membangun partai untuk kepentingan jangka panjang bangsa ini. Tak aneh bila agenda rekrutmen kader partai tidak jadi masalah serius. Terlebih di tengah demokrasi liberal padat modal, siapa pun bisa menjadi anggota partai politik selama mempunyai uang dan popularitas.

Partai politik tidak memerlukan kader yang concern dan paham dinamika bangsa ini. Karenanya tak aneh bila ketika seorang pesohor terpilih menjadi anggota parlemen, dia gagap ketika ditanya tujuannya di DPR itu apa.

Karenanya pembenahan partai politik mesti dimulai dari pembenahan kader partai. Bila partai bertugas menciptakan sistem kaderisasi yang sesuai kondisi dan tujuan partai masing-masing, pemerintah bertugas untuk menyiapkan kandidat kader-kader partai yang mumpuni. Modal itu sudah ada. Karena di negeri ini tak sedikit banyak anak muda yang mengumpulkan dirinya dalam banyak komunitas kreatif yang terorganisasi untuk menunjukkan ekspresi kepedulian terhadap negara ini. Negara hanya tinggal mengayomi dan memfasilitasi mereka supaya bisa berkembang.

Uang Rp 1 triliun, bila sekarang ada 10 partai berarti menjadi Rp 10 triliun, akan menjadi uang yang sangat fantastis bila digunakan pemerintah untuk mengembangkan kapasitas anak-anak muda kita dalam konteks kebangsaan dan kenegaraan.

Negara mesti mempersiapkan mereka sebagai cikal bakal kader bangsa yang mandiri dan independen. Kelompok-kelompok muda itu harus dijadikan kelompok yang kritis dan independen, jauh dari kooptasi parpol atau kader partai yang hanya berpatokan karena hanya satu nasab dalam berorganisasi. Mereka harus didorong lebih mandiri, independen, berkarakter, dan dibuat pemahaman bila mereka itu dihidupi oleh negara dengan uang rakyat untuk memikirkan negara. Bukan dibiayai oleh kakak-kakak mereka yang mempunyai keterkaitan satu organisasi.

Bila hal ini sudah dilakukan pemerintah, setelah itu berlomba-lombalah partai merekrut mereka sebagai kader. Karena mereka dipersiapkan negara, anak-anak muda itu ketika berpartai pun wujud dari perhatian terhadap negara. Bukan karena alasan patronase ataupun politik balas budi terhadap orang-orang yang sudah membantu atau menghidupinya selama ini.

Parpol kita memang dalam keadaan kritis. Bila tidak ditangani serius dan mendalam, krisis ini akan berimbas pada krisis pengelolaan politik nasional. Tetapi kita membuthkan solusi jangka panjang, bukan temporal. Bukan panacea yang hanya menyembuhkan luka sesaat atau bukan antibiotik yang mesti ditambah dosisnya ketika penyakit itu muncul kembali.

Penyiapan kader politik yang andal, berkarakter serta rekrutmen kader parpol adalah solusi jangka panjang yang mesti dilakuan segera dalam menyelesaikan kronis parpol kita. Rp 1 triliun hanya akan menjadi panacea, penyembuh sakit sesaat. Dia juga hanya akan menjadi antibiotik yang mesti ditambah dosisnya ketika kita menghadapi masalah yang sama. Kita ingat bagaimana tabiat dasar manusia. Ketika dia diberi satu gunung emas, dia selalu mencari gunung emas yang kedua. n

Delianur

 

http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/15/03/13/nl524l12-rp-1-triliun-untuk-parpol

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun