Coaching (bimbingan) adalah keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang terjadi pada murid (Coachee). Dengan melakukan Coaching model TIRTA (berbasis Tujuan, Identifikasi masalah, Rencana Aksi dan Tanggung jawab) merupakan teknik yang dapat digunakan guru (Coach) untuk dapat membantu murid dalam menyelesaikan masalahnya melalui pertanyaan-pertanyaan agar bisa menggali potensi diri yang dimiliki oleh murid (coachee). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikombinasikan dengan mengacu pada sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang diambil.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Guru harus mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya dalam pengambilan keputusan. Untuk dapat mengelola emosi, guru bisa berpedoman kepada PSE dan KSE dengan menggunakan teknik mindfulness atau teknik STOP. Apabila guru dan murid dalam keadaan kesadaran penuh, maka keputusan bisa diambil secara sadar, bijak dan adil serta berpihak pada murid untuk kepentingan bersama.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral dan etika, seorang pendidik sebagai pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai-nilai kebajikan universal akan dihadapkan pada dilema etika atau bujukan moral. Apabila studi kasus yang terjadi pada murid berkaitan dengan dilema etika maka dalam pengambilan keputusan bisa mempertimbangkan atas 4 paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan itu sendiri harus berpedoman pada nilai-nilai kebaikan universal.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman karena keputusan yang diambil telah dilakukan melalui identifikasi masalah, analisa masalah, langkah pengambilan keputusan bahkan adanya trilemma atau keputusan ketiga yang pasti semua ini telah dilakukan pengujian, sehingga semua orang merasa tidak dirugikan terhadap keputusan yang diambil. Tanpa disadari bisa membentuk karakter mereka agar lebih berempati dan tidak egois. Keputusan yang benar mampu mengakomodasi semua kepentingan pihak-pihak yang terlibat sehingga tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Kesulitan dilingkungan saya yang sulit dilaksanakan dalam menjalankan pengambilam keputusan dalam kasus dilema etika adalah bahwa untuk dapat mengambil keputusan dengan prinsip yang berbeda dengan pimpinan dan juga rekan sejawat akan sulit dihasilan keputusan yang diambil. Untuk itu kita harus memiliki kepemahaman yang sama dengan melakukan perubahan paradigma seluruh komponen yang ada di lingkungan agar bisa satu visi dan misi dalam mencapai tujuan. Untuk dapat merubah paradigma orang untuk berubah itu sangatlah sulit, untuk dapat melakukan hal ini yang terpenting kuasi dulu pengendalian semosi KSE/PSE beserta tekniknya.
Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita bahwa murid bisa meningkatkan potensi dirinya dengan kodratnya berdasarkan pada kemampuan yang dimilikinya. Dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan diharapkan murid dapat menjadi pribadi yang percaya diri dan  memiliki  sifat mindfulness dalam menghadapi masalah.