Mohon tunggu...
Deliana Setia
Deliana Setia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm just an ordinary person, living this beautiful life that God gave me www.kitadankota.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Cinta dan Kejujuran Terbungkus Manis dalam Bawang Goreng Mbok Sri

27 Juni 2013   00:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:22 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas sebuah kota dapat terwujud dari bentuk fisik kota maupun sebagai akumulasi dari budaya serta sumber daya alam yang tumbuh dan berkembang di dalamnya. Identitas “baru” dapat saja muncul atau ditambahkan pada identitas sebelumnya. Begitu pula halnya dengan kuliner, yang ternyata turut berperan dalam membentuk maupun menambahkan identitas sebuah kota.  Ambil contoh Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Pelajar, dapat ditambahkan dengan identitas sebagai Kota Gudeg. Demikian halnya dengan Kota Palembang yang memiliki identitas sebagai Kota Pempek. Nama-nama makanan tersebut seakan melekat dengan kotanya, menjadi identitas kota.

Lalu, apa yang menjadi ciri Kota Palu? Makanan atau cemilan apa yang dapat dijadikan identitas Kota Palu? Makanan apa yang terlintas di benak, yang dapat diasosiasikan dengan Kota Palu? Hal pertama yang muncul adalah kaledo, giliran berikutnya, bawang goreng. Tidak sah rasanya kalau ke Palu tidak membawa oleh-oleh bawang goreng. Tidak afdol rasanya kalau berkunjung ke Kota Palu tanpa membawa pulang bawang goreng Mbok Sri.

Tanggal 23-25 Juni 2013 yang lalu, kebetulan mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Kota Palu. Di sela-sela tugas, satu hal yang pasti. Harus membawa pulang bawang goreng dan itu harus bawang goreng Mbok Sri. Mengapa bawang goreng Mbok Sri? Tidak adakah yang lainnya? Jawabannya: Ada, hanya sudah kadung cinta dengan bawang goreng Mbok Sri.

Mbok Sri bukan sosok baru dalam hal perbawang gorengan. Mbok Sri sudah sepuh, usianya sudah 81 tahun, namun beliau masih sangat setia dengan bawang goreng. Toko/kiosnya, bersatu dengan tempat kediamannya, di perumahan BTN Mutiara Indah Blok E No. 3 Kota Palu. Kalau perlu, hubungi terlebih dahulu lewat telpon di 0451-482085 atau di 0821-194215774.  Selain bawang goreng, Mbok Sri juga menjual abon  daging sapi, abon ikan, dan aneka camilan lainnya. Beliau tetap ingin disapa Mbok, bukan Ibu, dan bukan pula Mbah. “Mengapa Mbok?”. Jawabnya, “Mbok lebih senang dipanggil seperti itu”.  Ketika diminta untuk difoto, bergegas dia mencari kacamatanya. “Tunggu, saya ambil kacamata dulu, supaya terlihat cantik”.

[caption id="attachment_251512" align="aligncenter" width="300" caption="Mbok Sri dengan Kacamata Pelengkap Cantiknya"][/caption]

Beliau juga dengan senang hati menunjukkan foto-foto masa mudanya, mengajak ke kamarnya, tempat kumpulan kenangannya, memperkenalkan masa lalunya. “Cantik kan Mbak? Itu foto Mbok dan almarhum suami Mbok. Sayang beliau tidak menemani hingga saat ini”.

[caption id="attachment_251514" align="aligncenter" width="300" caption="Mbok Sri dan Almarhum Suaminya"]

1372268820639806181
1372268820639806181
[/caption]

Bawang goreng Mbok Sri sungguk enak, renyah, crispy, gurih, jempol. Selain itu, tahan lama, dapat bertahan hingga 1 tahun. Tidak nampak sedikitpun sisa minyak pada bawang gorengnya maupun dalam kemasannya. Tidak seperti bawang goreng lainnya. Kalau berdasarkan pengalaman, hanya bisa disaingi oleh bawang goreng jempolan lainnya, yaitu bawang goreng Tangerang. Harganya cukup bersahabat. Kemasannya beragam. Untuk kemasan 500 gr dibandrol Rp. 100.000,- dan untuk kemasan 100 gr, 150 gr, dan 250 gr masing-masing dihargai Rp. 20.000,- , Rp. 30.000,-, dan Rp. 50.000,-.

1372268988875935541
1372268988875935541
Bawang Goreng Mbok Sri Mbok Sri sudah bergelut dalam usaha bawang goreng ini sejak tahun 1980. Sudah 33 tahun lamanya. Tanpa ragu beliau menceritakan.”Dulu belum seenak sekarang, Mbok harus keliling-keliling menenteng bungkusan bawang goreng dan abon dari satu kantor ke kantor lainnya.  Dulu orang-orang masih belum terbiasa membeli bawang goreng karena dianggap setiap rumah tangga pasti bisa membuat bawang goreng di rumahnya masing-masing ” Tergambar kegigihan usaha. Terpampang keuletan dalam kerja. Patut ditiru, dicontoh, dan diteladani. Ketika ditanyakan apa resep usahanya, dengan antusias beliau menjawab, “Cinta dan Jujur”. Kita harus mencintai segala sesuatu yang kita lakukan dan jujur dalam bertindak, bersikap, bekerja. “Jika Mbok Sri tidak mencintai bawang goreng dan tidak jujur dalam usaha, Mbok yakin, Mbok tidak akan jadi seperti ini” tuturnya.

Mbok Sri seperti umumnya para sepuh lainnya, senang bercerita, senang diajak ngobrol. “Dulu Mbok hanya mengolah 1 atau 2 kilogram bawang merah saja, sekarang sudah mencapai 1-2 ton bawang merah per hari. Alhamdulillah, dari hasil usaha bawang goreng, Mbok sudah berkali-kali naik haji, dan menyekolahkan seluruh anak Mbok hingga selesai. Sekarang dilanjutkan oleh cucu dan cicit.“ Hingga saat ini, di usianya yang sudah senja, beliau masih terlibat langsung dalam pembuatan bawang goreng, minimal, masih tetap mengawasi. Masih tetap menebarkan cinta dan kejujuran dalam usahanya. Seperti kecintaannya terhadap bawang goreng dan kejujurannya dalam berusaha.

Sampai ketemu lagi Mbok Sri. Ke Palu tak elok rasanya jika tak mampir ke Mbok Sri.

Kriiiiuuukkk!!! Kreeesss!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun