Pendahuluan
Seiring  perkembangan zaman,  umat manusia telah mengalami berbagai perubahan selama ribuan tahun. Melalui berbagai peradaban, manusia akhirnya bisa berkomunikasi melalui bahasa. Bahasa didefinisikan sebagai suatu sistem yang menggabungkan unsur-unsur yang tidak bermakna seperti suara dan gerak tubuh menjadi ucapan yang bermakna. Bahasa hadir dalam berbagai  bentuk, termasuk bahasa lisan,  tulisan,  isyarat, dan pemrograman. Hal ini membuktikan bahwa kehadiran bahasa dalam berbagai aspek kehidupan merupakan hal yang penting dan kompleks untuk dipelajari.
Â
Bilingualisme adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan dua bahasa. Bahasa pertama merupakan bahasa yang diwarisi dari ibu, sedangkan bahasa kedua merupakan bahasa lain yang dipelajari setelah bahasa pertama.Sebelum tahun 1960, menjadi bilingual ketika masih anak-anak dianggap merugikan, hingga kemudian dikenal sebagai kemampuan intuitif. Pasalnya, anak harus mengeluarkan energi untuk membedakan berbagai bahasa, yang dinilai dapat memperlambat pertumbuhan anak.Seiring dengan semakin modernnya zaman, penelitian-penelitian tersebut terbukti salah, bilingualisme terbukti menjadi keterampilan yang menawarkan banyak manfaat dan  tidak semua orang dapat memperolehnya. Bilingualisme sendiri terbagi menjadi tiga jenis: bilingualisme kompleks, bilingualisme kooperatif, dan bilingualisme dependen. Orang bilingual yang kompleks mempelajari kedua bahasa tersebut saat mereka mulai belajar tentang dunia di sekitar mereka. Bilingual yang terbiasa mengembangkan kedua bahasa secara  bersamaan dengan menerapkan dua konsep, seperti belajar bahasa Inggris  di sekolah dan menggunakan bahasa Spanyol  di rumah. Bawahan bilingual mempelajari bahasa kedua dengan menyaring bahasa ibu mereka.Ketiga tipe ini memiliki keterampilan yang kurang lebih sama tergantung pada tingkat fleksibilitas belajarnya.
Â
Selanjutnya, kita beralih ke bagian otak yang terlibat dalam proses berbahasa. Bagian tubuh yang berperan penting dalam bahasa terletak di belahan otak kiri. Belahan bumi ini mempunyai wilayah tempat terjadinya perilaku tertentu, yaitu tempat fungsi bahasa dilateralisasikan. Ahli saraf Paul Broca dan Carl Wernicke  secara klinis menunjukkan dominasi belahan bumi ini, itulah sebabnya belahan bumi ini  dikenal sebagai area Broca dan area Wernicke. Daerah Broca terletak di gyrus frontal superior dan berperan dalam proses berbahasa lisan dan tulisan serta kemampuan berbicara. Di sisi lain, area Wernicke terletak di gyrus temporal superior dan berperan dalam memahami isi bahasa. Kedua wilayah ini, keduanya terletak di lobus frontal korteks serebral, berdekatan satu sama lain dan  dihubungkan oleh jalur saraf yang disebut fasciculus arkuata. Kerusakan pada kedua area ini disebut afasia. Afasia merupakan gangguan  berbahasa yang disebabkan adanya kerusakan pada bagian otak, baik daerah Broca (gangguan berbahasa) maupun daerah Wernicke (gangguan pemahaman).
Â
Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara kerja otak pada seorang bilingual?
2. Apa yang dimaksud dengan bilingual?
3. Apakah terdapat perbedaan antara proses bahasa pada monolingual dan bilingual?
4. Bagaimana proses berbahasa itu sendiri?
Â
Tujuan
1. Mengetahui cara kerja otak pada seorang bilingual
2. Mengetahui pengertian dari bilingual
3. Mengetahui perbedaan anatara proses bahasa pada monolingual dan bilingual
4. Mengetahui proses berbahasa itu sendiri
Â
Isi
Proses berbahasa  terdiri dari beberapa tahapan: proses pengenalan bahasa, proses pemahaman bacaan, dan proses pemahaman bahasa.  Proses produksi ujaran terjadi di daerah Wernicke dan kemudian dikirim ke daerah Broca, dimana pesan diubah menjadi pasangan simbol yang bermakna. Kemudian, ketika membaca dengan suara keras, korteks visual menerima  bentuk tertulis dan mengirimkannya melalui Glaris gyrus ke area Wernicke, yang menghubungkannya dengan gambar pendengaran. Proses pemahaman ucapan ditandai dengan  sinyal dari telinga yang diterima di korteks pendengaran dan dikirim melalui area Wernicke untuk diterjemahkan. Studi neuroimaging saat ini juga menyatakan bahwa informasi tentang bahasa terbagi menjadi dua bagian, yang disebut model dual-stream.  Model ini menjelaskan bahwa informasi yang kita terima dikirim ke jalur dorsal di kedua belahan otak.  Aliran ventral kemudian membawa informasi  sepanjang belahan otak untuk mengidentifikasi dan memahami makna isi percakapan. Singkatnya, aliran ventral adalah tempat terjadinya proses pendengaran, diskriminasi, dan visualisasi dalam pikiran.
Â
Selain itu, sebuah penelitian dari Lund University menemukan  bahwa orang bilingual memiliki hipokampus yang lebih besar dan korteks serebral yang lebih berkembang.  Hal ini mempengaruhi betapa mudahnya orang bilingual memproses dan menyimpan informasi baru.
Selain itu, bilingualisme juga dapat mencegah penyakit terkait memori seperti penyakit Alzheimer dan demensia.
Â
Hal ini membuktikan bahwa belajar bahasa baru  masih sangat efektif bahkan setelah dewasa.
Baik Anda belajar bahasa saat masih anak-anak atau saat dewasa, ada beberapa manfaat menjadi bilingual. Neuroimaging telah menunjukkan bahwa otak bilingual memiliki kepadatan sel abu-abu yang lebih tinggi, yang terlibat dalam  sebagian besar proses konservasi saraf dan sinaptik. Derajat aktivitas yang terjadi pada bagian otak tertentu saat menggunakan bahasa kedua juga mempengaruhi optimalnya fungsi fungsi lateralisasi.
Â
Berdasarkan fakta tersebut, bilingualisme tidak membuat Anda menjadi  lebih pintar, melainkan membuat otak Anda lebih sehat, lebih kompleks, dan lebih aktif. Oleh karena itu, meski sudah dewasa, jangan pernah berhenti mempelajari bahasa baru dan selalu perbanyak aktivitas bermanfaat agar otak  tetap aktif dan berfungsi maksimal.
Â
Kesimpulan
Orang bilingual adalah orang monolingual yang menggunakan area otak yang sama ketika memproses bahasa, sehingga tidak banyak perbedaan di antara mereka. Anak-anak mempunyai plastisitas otak yang lebih berkembang dan mampu menggunakan belahan otak kanan dan kiri dalam pembelajaran bahasa sehingga memudahkan mereka dalam belajar bahasa. Sebaliknya, pemrosesan bahasa pada orang dewasa cenderung hanya menggunakan belahan otak kiri saja. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa pembelajar bahasa cenderung tidak terlalu bias secara emosional dan mengambil pendekatan yang lebih rasional ketika mereka menghadapi masalah saat mempelajari bahasa kedua.
Â
Daftar Pustaka
Markam, Soemarmo. 1991. "Hubungan Fungsi Otak dan Kemampuan Berbahasa pada Orang Dewasa" dalam Linguistik Neurologi PELLBA 4, penyunting Soenjono Dardjowidjojo. Yogyakarta:Kanisius.
Aribowo, Luita. 2018. Neurolinguistik: Menerapkan Konsep dan Teori Linguistik. Jurnal Deskripsi Bahasa. 1(1).44-49.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H