Mohon tunggu...
Delga
Delga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Melawan Gigitan Mematikan: Tantangan dan Harapan Penanggulangan Malaria di Timika

21 Juni 2024   09:10 Diperbarui: 21 Juni 2024   09:16 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Malaria merupakan salah satu kasus penyebab kematian tertinggi di beberapa negara berkembang seperti Indonesia, terutama daerah Papua yang memiliki kondisi geografis yang cukup kondusif bagi perkembangbiakan vektornya. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. yang membawa plasmodium ini mencapai 86.022 kasus pada tahun 2021 di provinsi Papua yang mana sama dengan 90,9% dari kasus yang terjadi di Indonesia. Persebaran penyakit ini pada wilayah provinsi Papua sendiri terbilang cukup merata, dimana berdasarkan Peta endemisitas malaria di Indonesia yang diambil dari data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2022 menunjukan bahwa seluruh bagian provinsi papua tergolong daerah yang memiliki tingkat endemisitas tinggi I hingga tinggi III yang merujuk pada daerah Jayapura.

Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah mencatat, jumlah kasus malaria sejak awal Januari hingga akhir April 2023 di Mimika sebanyak 31.383 kasus. Hal ini cukup mengkhawatirkan, berhubung penyakit tular vektor malaria ini tidak dapat dipandang sebelah mata dengan dampak yang cukup berbahaya jika mengainfeksi seseorang. Seseorang yang terkena gigitan dari nyamuk pembawa parasite plasmodium ini akan mengalami infeksi pada sel darah merah dan plasmodium tersebut akan berkembang biak pada organ hati (liver) yang kemudian akan menyebabkan adanya komplikasi seperti gagal ginjal, kejang-kejang, gangguan mental, tidak sadarkan diri (koma) bahkan kematian.

Penyebab utama malaria adalah gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Nyamuk ini menghisap darah manusia untuk mendapatkan protein yang dibutuhkan untuk perkembangan telurnya. Ketika nyamuk menggigit seseorang yang sudah terinfeksi, parasit malaria masuk ke dalam tubuh nyamuk dan kemudian berkembang biak di dalamnya. Ketika nyamuk tersebut menggigit orang lain, parasit ditularkan ke orang baru tersebut, menyebabkan infeksi. Penyebaran malaria tidak hanya bergantung pada keberadaan nyamuk, tetapi juga pada kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk, seperti genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya larva nyamuk.

Kota Timika memiliki kondisi lingkungan dan geografis yang mendukung pertumbuhan nyamuk malaria. Iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi menciptakan banyak genangan air, yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk Anopheles untuk berkembang biak. Selain itu, beberapa daerah di Timika memiliki hutan lebat dan rawa-rawa, yang juga menjadi habitat alami nyamuk. Kepadatan penduduk dan mobilitas tinggi penduduk antara daerah endemik dan non-endemik turut berkontribusi pada penyebaran malaria. Faktor-faktor ini membuat penanggulangan malaria di Timika menjadi sangat menantang dan memerlukan pendekatan multifaset.

Gejala malaria biasanya muncul 10-15 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Gejala awal yang sering muncul adalah demam tinggi, menggigil, sakit kepala, dan muntah. Pada beberapa kasus, gejala dapat berkembang menjadi anemia parah, gagal organ, atau bahkan kematian jika tidak diobati. Malaria falciparum, yang umum di Timika, dikenal sebagai jenis yang paling mematikan karena dapat menyebabkan komplikasi berat seperti cerebral malaria, yang dapat mengakibatkan kerusakan otak. Pengobatan dini dengan obat antimalaria sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi dan kematian.

Upaya pencegahan malaria oleh masyarakat di Timika mencakup berbagai strategi, mulai dari penggunaan kelambu berinsektisida untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk hingga penyemprotan insektisida di dalam dan sekitar rumah. Masyarakat juga didorong untuk menguras dan menutup tempat-tempat yang dapat menampung air agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Edukasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan penggunaan obat profilaksis antimalaria juga menjadi bagian dari kampanye pencegahan. Kerjasama antara masyarakat dan pihak kesehatan sangat penting untuk mengurangi prevalensi malaria di daerah tersebut.

Oleh karena dampak bahaya yang dapat ditimbulkan dari penyakit tular vektor ini, maka diperlukan sebuah metode dan pelaksanaan pengendalian vector yang tepat untuk mengatasi peningkatan kasus malaria ini. Pemerintah perlu mengambil kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk penanggulangan dan pencegahan malaria di Timika. Kebijakan tersebut dapat mencakup peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan, termasuk diagnosis cepat dan pengobatan yang tepat. Program penyemprotan insektisida secara berkala dan distribusi kelambu berinsektisida secara gratis perlu ditingkatkan. Selain itu, pemerintah perlu meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye edukasi tentang bahaya malaria dan cara pencegahannya. Investasi dalam penelitian untuk mengembangkan metode baru yang lebih efektif dalam mengendalikan populasi nyamuk juga sangat diperlukan.

Sebagai kesimpulan, kasus malaria di Timika, Papua, merupakan tantangan besar yang memerlukan pendekatan terpadu. Definisi malaria, penyebab, mekanisme penyebaran, kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan nyamuk, gejala yang muncul, dan upaya pencegahan oleh masyarakat serta kebijakan pemerintah semuanya harus dipertimbangkan dalam upaya mengatasi masalah ini. Kerjasama antara masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah sangat penting untuk mengurangi angka kejadian malaria di Timika dan sekitarnya. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan angka kejadian malaria dapat ditekan, sehingga masyarakat dapat hidup lebih sehat dan produktif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun