Pada akhirnya, kerajinan kami ternyata dinilai dan dipilih tiga kerajinan terbaik yang akan memperoleh hadiah dari tim penyelenggara. Sayangnya, Hakim tidak memperoleh juara kerajinan terbaik, tetapi meskipun begitu, Hakim tetap senang dengan hasil kerajinan yang diperoleh. Terlebih, Hakim merupakan pencetus unik dari kerajinan yang memiliki tangan dan kaki berbentuk seperti menari balet. Ketika ditanya, untuk apa kerajinan ini setelahnya, Hakim menjawab bahwa kerajinan tersebut akan dia berikan kepada ibunda-nya untuk dijadikan gantungan kunci. Saya merasa bahwa Hakim sangat manis dan memiliki hati yang lembut. Hal tersebut membuat saya merasa terharu karena Hakim ingin memberikan karya ini kepada sang ibu. Di sisi lain, saya juga merasa bangga karena dari kejadian ini, menandakan bahwa Hakim sangat mendahulukan ibu-nya di atas apa pun.Â
Tidak hanya itu, adik-adik yang lebih tua juga akan dipilih tiga hasil gambar terbaik. Adik-adik ini ternyata juga sangat luar biasa dalam mewujudkan imajinasinya mengenai warna-warna bumi ke dalam gambarnya. Pasalnya, adik-adik tersebut hanya diberi waktu yang singkat untuk menyelesaikan gambarnya karena sesi lain mengenai edukasi bumi juga diberikan, tetapi tetap mewarnai gambarannya dengan cukup rapi dan warna yang benar. Pada pemanggilan juara, kami bertiga yaitu saya, April dan Rasel maju untuk menjadi perwakilan volunteer dalam sesi dokumentasi. Hal tersebut membuat kami menyaksikan hasil mewarnai adik-adik secara lebih dekat dan jelas. Selain itu, saya juga dapat melihat betapa senang dan bangga adik-adik ini dalam memperoleh juara dan hadiah yang diberikan oleh tim penyelenggara. Hal ini menurut saya menunjukkan bahwa dalam kegiatan ini, tim penyelenggara berusaha mengenalkan mengenai bumi dan mengajak adik-adik untuk mencintai planet tempat kita tinggal ini. Â
Pada akhir acara, saya dan April yang sama-sama menginginkan sebuah kenangan memutuskan untuk mengambil beberapa foto bersama Hakim, tetapi di tengah sesi berfoto, terdapat salah satu adik yang masuk ke dalam frame dengan membuat ekspresi lucu dan hal tersebut menghibur kami, termasuk para ibu-ibu yang menonton kegiatan tersebut. Hal tersebut masih melekat dalam ingatan saya hingga kini, betapa lucunya seorang anak kecil mengekspresikan dirinya.Â
Suatu perjalanan memang pasti menghasilkan suatu memori. Namun, pada jalan-jalan kali ini, saya tidak hanya memperoleh memori mengenai pemandangan dan oleh-oleh, tetapi juga betapa berharganya pengalaman ketika interaksi sosial secara lebih intensif terjadi. Aktivitas bersih-bersih di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bakti, hadirnya momen emosional ketika berinteraksi dengan anak-anak dari Panti Asuhan Rumah Lentera yang memberikan pelajaran tentang solidaritas dan kepedulian, sesi kreatif di Taman Sehat Putri Cempo membawa perubahan positif pada anak-anak, termasuk Hakim yang awalnya pemalu namun kemudian antusias dalam membuat kerajinan. Dari hal-hal tersebut, saya menyadari apabila kegiatan volunteer dilakukan secara tulus, tidak hanya memberikan dampak positif pada lingkungan fisik, tetapi juga menguatkan hubungan sosial dan membuka mata terhadap realitas kehidupan anak-anak di tengah tantangan yang mereka hadapi. Anak-anak yang telah berjuang untuk diri mereka, anak-anak yang dibesarkan dengan tangan-tangan peduli lingkungan, dan anak-anak yang selalu ingin menunjukkan sisi terbaiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!