Ngomong-ngomong, tembok di ruangan ini terbagi-bagi warnanya. Terdapat sisi yang berwarna putih, sisi lain berwarna biru, dan terdapat pula yang berwarna hijau. Meskipun begitu, tampilannya terkesan cocok-cocok saja, apalagi dipadukan dengan hadirnya lukisan dan benda-benda antik yang letaknya disusun seharmonis mungkin. Saya langsung berpikir, memang seperti ini lah seni bekerja, tidak terduga, tetapi menciptakan keserasian yang berkualitas secara visual, serta tidak semua orang mampu melakukannya. Meja yang kami tempati berbahan kayu dan rotan, menyesuaikan dengan konsep dari kafe galeri ini. Unik juga ya, ada kafe yang juga merupakan galeri. Menyebabkan atmosfer yang berbeda dibandingkan kafe lain, saat kita makan, minum, mengerjakan, tugas, atau bahkan rapat, ditemani seni-seni lukisan dan ukiran yang menarik bagi mata.Â
Setelah memilih meja, saya keluar untuk memesan, menilik dari tiadanya tanda-tanda titik pemesanan, maka mungkin tempat untuk memesan tidak berada di ruangan tersebut. Saya melewati suatu pintu outdoor yang cukup antik, berbahan kayu dengan beberapa titik diukir dengan cantik. Di balik hal tersebut rupanya terdapat area outdoor yang tersusun meja kursi kayu secara harmonis dengan letak-letak tumbuhan. Selain itu, terdapat beberapa gazebo yang bentuknya tertutup dan tradisional, terdapat pula tempat duduk yang dinaungi atap berbahan kayu dan berukir, serta terdapat aksesoris di sekitarnya yang membuatnya terlihat seperti tempat santai di kerajaan zaman dulu. Tidak hanya itu, gazebo tertutup di kafe ini juga memiliki bentuk tradisional, ukurannya lebih besar dari gazebo umumnya dan terbuat dari kayu yang bergambar ukiran cantik.Â
Hal unik lainnya adalah, bilik untuk memesan juga terkesan sangat tradisional apabila dilihat dari luar, dengan desain yang sangat serasi dengan gazebo dan duplikat tempat santai kerajaan di dekatnya. Bahkan, di sisi-sisi pintu terdapat payung kecil, dengan bentuk payung dan kain bermotif khas Bali. Namun, ketika saya masuk ke dalam, vibe-nya berubah. Ruangan di dalam terasa sangat retro ala 80-an dengan foto-foto hitam putih serta berfilter vintage, juga majalah-majalah dan surat kabar era 90-an, juga mesin-mesin kopi yang memperkuat aura tersebut. Sejujurnya, saya ingin mendokumentasikan titik-titik menarik di bagian outdoor Tiga Roepa tersebut, malang bagi saya, hujan menghalanginya sehingga saya tidak memperoleh footage bagian luar ruangan kafe ini.
Di sana, saya memesan cukup banyak menu. Hal pertama yang saya pesan tanpa repot melihat lembaran menu adalah Iced Matcha, karena minuman tersebut merupakan salah satu kesukaan saya, dan saya sangat yakin kafe ini pasti menyediakan menu tersebut. Baru setelahnya, saya mulai membaca lembaran menu dan memutuskan untuk memesan Nasi Goreng Kampung Tiga Roepa dan minuman Beras Kencur untuk mama saya, Spaghetti Aglio Olio Tuna, Roti Bakar Coklat, dan seporsi Mendoan untuk saya.
Harga makanan dan minuman di kafe tersebut cenderung standar. Tidak terlalu mahal, tetapi juga banyak yang lebih murah dari kafe ini. Sejumlah enam menu yang saya pesan tersebut totalnya hanya senilai Rp148.000 dengan rincian Nasi Goreng Kampung Tiga Roepa berharga Rp25.000, minuman Beras Kencur memiliki harga Rp18.000, Spaghetti Aglio Olio Tuna memiliki harga Rp35.000, Roti Bakar Coklat diberi harga Rp18.000, dan seporsi Mendoan seharga Rp25.000. Selain itu, kafe ini juga menyediakan WiFi gratis dengan password yang telah tercantum di nota pembelian, sehingga pengunjung tidak perlu lagi untuk bertanya kepada pegawai.Â
Menu pertama yang datang adalah Beras Kencur dan Iced Matcha. Saya langsung berbinar ketika melihat minuman berwarna hijau itu dibawa di atas nampan pegawai menuju meja yang saya dan mama tempati. Setelah disajikan di atas meja, saya langsung menarik minuman itu untuk mendekat dan menyeruputnya melalui drinking straw yang diberikan. Reaksi pertama yang saya tunjukkan adalah sedikit terkejut karena rasa Iced Matcha yang baru saya minum, memiliki rasa yang enak melebihi ekspektasi yang saya miliki. Iced Matcha ini cukup powdery karena memang dibuat dari bubuk teh hijau halus daun teh, memberikan sentuhan rasa yang kaya dan unik.Â
Menurut saya, rasa Iced Matcha di kafe ini memiliki cita rasa yang seimbang, dengan rasa berat dari susu disertai dengan nuansa kombinasi manis pahit yang lembut, menciptakan keselarasan sempurna. Biasanya, terdapat matcha yang terlalu manis, atau terlalu pahit, atau malah terlalu powdery sehingga meninggalkan after effect yang tidak nyaman di mulut dan lidah, tetapi Iced Matcha kali ini memiliki cita rasa yang cukup seimbang sehingga saya memberi nilai 9/10. Selain itu, tampilan dari minuman ini cukup normal, tidak ada aspek-aspek yang menambah nilai visualnya, tetapi juga tidak buruk sama sekali.