Mohon tunggu...
Delfyan Intan Nurmala Fadin
Delfyan Intan Nurmala Fadin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pariwisata

Saya gemar membaca, mendengarkan musik, mendengarkan cerita, dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Kapasitas Perempuan dalam Upaya Pemenuhan Prinsip Ekowisata

6 Desember 2022   14:14 Diperbarui: 10 Desember 2022   16:28 1495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Desa Ekowisata Pancoh | Dokumen Pribadi

Desa Ekowisata Pancoh terletak di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman dan merupakan salah satu desa wisata dengan kategori mandiri. Pembentukan desa wisata ini diawali oleh adanya bencana erupsi Gunung Merapi yang menyebabkan adanya kerugian serta kesedihan bagi banyak pihak termasuk masyarakat Dusun Pancoh. 

Pada masa pemulihan pasca bencana erupsi Gunung Merapi, masyarakat Dusun Pancoh dibantu dan didampingi oleh LSM LPTP Solo yang melihat bahwa Dusun Pancoh memiliki potensi untuk dapat berdiri sebagai desa wisata.

Dokumen Pribadi | 2022
Dokumen Pribadi | 2022

Berdirinya Desa Ekowisata Pancoh tidak semata-mata langsung disambut baik oleh partisipasi masyarakat, melainkan diawali dengan rasa enggan bergabung oleh karena kesadaran masyarakat akan pariwisata pada masa itu masih sangat rendah dan rasa pesimis akan kemampuan bekerja di bidang lain.

Pada masa itu, pemula Desa Ekowisata Pancoh (berjumlah 11 masyarakat lokal) membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang bertugas sebagai pengelola serta pelaksana teknis kegiatan, kelompok Tani Akur bertugas sebagai pemandu di paket edukasi pertanian, kelompok PKK sebagai penyedia olahan kuliner, kelompok sadar lingkungan Ngudi Asri sebagai pemandu paket edukasi olahan sampah.

Kelompok ternak Gawe Rukun sebagai pemandu paket pemeliharaan sapi dan kambing serta paket edukasi biogas, kelompok IPP Pancoh (karang taruna pemuda) sebagai pemandu wisata, kelompok kesenian Laras Madyo, Taruno Budoyo dan Trimo Luwung sebagai pemandu edukasi kesenian, serta adanya sosialisasi mengenai homestay dalam rangka pembentukan konsep live in.

Piagam Penghargaan Desa Wisata Simbol Kebangkitan Nasional | Dokumen Pribadi | 2022
Piagam Penghargaan Desa Wisata Simbol Kebangkitan Nasional | Dokumen Pribadi | 2022

Selain itu, tujuan di balik penerapan konsep dan prinsip ekowisata dalam pelaksanaan pariwisata di Dusun Pancoh ini adalah untuk tetap melindungi dan memberi manfaat pada aspek lingkungan dan sosial budaya sekaligus meningkatkan perekonomian serta partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisatanya. 

Sementara itu, dipaparkan oleh Ceballos-Lascurain (1996) bahwa ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dengan daerah yang dikunjungi sekaligus merupakan daerah yang masih alami dan belum terlalu terjamah dengan tujuan menikmati dan menghargai alam serta setiap kebudayaan yang menyertai daerah tersebut.

Adapun kriteria perjalanan antara lain menggiatkan atau mempromosikan konservasi, meminimalisir dampak negatif akibat kegiatan wisata, memberikan manfaat kepada warga lokal, serta terdapat keterlibatan aktif dari masyarakat lokal dalam pengelolaan dan aktivitas pariwisata.

Berbicara mengenai alam dan ekowisata, disebutkan oleh Scheyvens (2017) bahwa perempuan lebih banyak terhubung dengan lingkungan daripada laki-laki.

Deshingar (1994) dan Molnar (1989) juga menyebutkan mengenai pedesaan di Asia, Afrika dan Pasifik bahwa perempuan dewasa dan anak perempuan memiliki tanggung jawab untuk mengumpulkan air, kayu bakar dan pakan ternak serta banyak terlibat dalam pekerjaan yang menghasilkan pendapatan melalui berjualan hasil hutan sekaligus kerajinan berbahan baku alang-alang dan rerumputan.

Perempuan juga dianggap sebagai penjaga budaya. Lama (1998) menyatakan bahwa perempuan merupakan 'the keepers of cultural traditionsand knowledge' karena kebanyakan laki-laki akan pergi dari asal atau tempat lahirnya untuk bekerja di daerah yang lebih besar. Hal tersebut berakibat pada tercampurnya budaya dan gaya hidup mereka, sementara perempuan seringkali bertanggung jawab atas 'rumah' sehingga mereka tetap hidup di daerah asalnya dan menjalani budaya daerah yang telah turun temurun sehingga budaya tersebut tidak hilang dimakan waktu.

Rumah Gamelan Desa Ekowisata Pancoh | Dokumen Pribadi
Rumah Gamelan Desa Ekowisata Pancoh | Dokumen Pribadi

Dapat dikatakan bahwa perempuan sejatinya sangat dekat dengan alam dan budaya yang merupakan sumber daya utama dalam pengembangan ekowisata, sehingga partisipasi perempuan dalam pengelolaan ekowisata dianggap penting. Sementara itu dalam pengembangannya, ekowisata memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. 

Di Desa Ekowisata Pancoh sendiri apabila dilihat secara keseluruhan, seluruh prinsip ekowisata telah diterapkan. Namun, untuk melihat apakah penerapan telah dilakukan secara mendalam untuk menghasilkan manfaat yang maksimal dan apakah dalam penerapannya telah benar-benar melibatkan perempuan, perlu perincian satu persatu. Dalam analisis perincian penerapan prinsip-prinsip ekowisata di Desa Ekowisata Pancoh, penulis menggunakan pendapat dari TIES dalam Damanik dan Weber (2006), prinsip-prinsip tersebut antara lain :

Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan, polusi atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata

Dalam melakukan kegiatan wisata, Desa Ekowisata Pancoh melakukan pembatasan pengunjung, yaitu maksimal 500 orang/hari atau maksimal dua rombongan/hari dan walaupun dalam dua rombongan tersebut tidak mencapai angka 500 orang, tetapi hal tersebut tatap terhitung sebagai batas maksimal sehingga Desa Ekowisata Pancoh tidak akan menerima lebih dari dua rombongan perhari. 

Dalam rangka menjaga keasrian serta kebersihan, para wanita terutama ibu-ibu pemilik homestay akan melakukan kerja bakti membersihkan jalan-jalan Dusun Pancoh dan mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.

Suasana Desa Ekowisata Pancoh | Dokumen Pribadi
Suasana Desa Ekowisata Pancoh | Dokumen Pribadi

Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya

Desa Ekowisata Pancoh dalam pelaksanaannya menerapkan sistem paket wisata, dan paket wisata yang ditawarkan berkriteria mengedukasi, konservasi, serta pengalaman menyenangkan dalam bentuk outbond. 

Partisipasi wanita dalam hal ini adalah dalam menjadi tuan rumah homestay yang akan mengenalkan budaya lokal Pancoh kepada wisatawan. Terdapat 48 homestay di Desa Ekowisata Pancoh dan mayoritas pengelolanya merupakan perempuan. 

Wisatawan dapat belajar mengenai alam dan lingkungan melalui susur sungai, menanam padi secara tradisional, pengolahan biogas, pengolahan sampah, dan daur ulang sampah menjadi kerajinan. Terdapat pula kegiatan seni gamelan, krawitan, membatik, menganyam dari bambu dan janur, membatik, dan permainan tradisional. 

Kegiatan-kegiatan tersebut dikemas dengan kreatif di lingkungan desa yang asri sehingga menimbullkan rasa lebih menghargai serta ingin menjaga alam dan budaya dengan lebih baik dan dalam seluruh kegiatan tersebut, perempuan akan selalu berpartisipasi. 

Hal tersebut dikarenakan jumlah pemandu perempuan dan laki-laki di Pancoh seimbang, dan beberapa kegiatan seperti kulineran, menganyam, membatik dan mengolah sampah menjadi kerajinan dilakukan oleh para wanita.

Peta Homestay Desa Ekowisata Pancoh | Dokumen Pribadi
Peta Homestay Desa Ekowisata Pancoh | Dokumen Pribadi

Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi obyek daya tarik wisata

Nature and Edu Trial dalam Ekowisata Pancoh meliputi mend,ukung keberlangsungan alam melalui pembatasan, reservasi kelompok, serta konservasi; menjaga keberlangsungan budaya agrikultur tradisional melalui masyarakat sebagai pemberi ilmu; edukasi mitigasi bencana dalam kegiatan wisata. Selain itu terdapat ajakan dari tuan rumah kepada wisatawan untuk ikut serta dalam perayaan kenduri (persiapan kuliner, anyaman, penataan bersama perempuan). Transfer wawasan yang muncul di kegiatan tersebut menyebabkan budaya akan makin lestari.

Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran extra wisatawan

Seluruh pemilik dan pengelola homestay yang mayoritas merupakan wanita tidak secara langsung memperoleh fee dari bermalamnya wisatawan, melainkan telah terjadi kesepakatan pembagian sejak awal bahwa penempatan homestay bagi wisatawan dilewati melalui pintu yang sama, yaitu pengurus dan koordinator divisi homestay, sehingga terjadi kesetaraan antara homestay satu dengan yang lainnya. Pembagian dana meliputi dana lingkungan untuk kebutuhan konservasi, pendapatan untuk homestay, serta fee bagi pemandu.

Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal

Struktur Organisasi Desa Ekowisata Pancoh | Dokumen Pribadi
Struktur Organisasi Desa Ekowisata Pancoh | Dokumen Pribadi

Seluruh pelaku, pengelola, pemandu, pelaku setiap kerajinan, serta pemilik kebun salak, sawah, rumah gamelan, karawitan dan homestay merupakan warga lokal. Dalam struktur organisasi Desa Ekowisata Pancoh terdapat sembilan wanita, yaitu berperan sebagai wakil ketua, sekretaris, bendahara; serta koordinator, diantaranya koordinator divisi kuliner, kerajinan, dan homestay.

Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah destinasi

Sertifikat dan Penghargaan di Ruang Sekretariat Desa Ekowisata Pancoh | Dokumen Pribadi
Sertifikat dan Penghargaan di Ruang Sekretariat Desa Ekowisata Pancoh | Dokumen Pribadi

Oleh karena pembentukan desa ekowisata, berakibat pada datangnya lembaga, akademisi, CSR dan NGO yang seringkali memberikan pelatihan sehingga hal tersebut mempengaruhi pola pikir masyarakat terutama perempuan yang banyak tergabung dalam kegiatan wisata di Pancoh terhadap kondisi lingkungan, peran dalam lingkungan sosial, serta kesadaran akan pendapat yang akan didengar.

Perempuan berperan penting dalam pelaksanaan pariwisata di Desa Ekowisata Pancoh, tidak hanya sebagai bawahan, tetapi juga mampu ditunjuk sebagai konseptor. Hal tersebut harus selalu ditingkatkan demi menciptakan kualitas kegiatan pariwisata yang lebih baik, terutama saat ini 53% pekerja di bidang pariwisata Indonesia merupakan perempuan, tetapi apabila ditilik lebih dalam, perempuan yang mampu mencapai level manajerial masih sangat sedikit.

Oleh karena itu Pemberdayaan Perempuan baik dalam bidang ekonomi, sosial, psikologi, maupun politik menjadi penting dan ekowisata dapat menjadi salah satu wadah dalam pemberdayaan perempuan. Hasilnya, kesetaraan gender dapat tercapai dan pelaksanaan ekowisata menjadi lebih berkualitas.

***

Dwi Rohani, Elisa & Irdana, Nuryuda. (2021). Dampak Sosial Budaya Pariwisata: Studi Kasus Desa Wisata Pulesari dan Desa Ekowisata Pancoh. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA). 128. 10.24843/JUMPA.2021.v08.i01.p07.

Masjhoer, Jussac & Dzulkifli, Muhammad. (2019). ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN DI DESA EKOWISATA PANCOH, KABUPATEN SLEMAN. Jurnal Pariwisata Pesona. 4. 105-115. 10.26905/jpp.v4i2.3084.

Monica, A. R. (2018). Sikap Warga Desa Ekowisata Pancoh terhadap Partisipasi Perempuan Pemilik Usaha Pariwisata Berdasarkan Pengukuran Women Owned Operated Tourism Businesses (WOOTB). GADJAH MADA JOURNAL OF TOURISM STUDIES, 79-87.

Purwanto, Sulis. (2020). EKOWISATA SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN PARIWISATA.BERKELANJUTAN (Studi Kasus Desa Wisata Pancoh). Seminar Nasional Geografi 2017 – Program Studi S2 Geografi, Fakultas Geografi, UGM. 438-445.

P, M. E., Budianto, E., Oliviea, & Hartono, R. (2022). Dokumentasi Arsitektur Homestay Desa Ekowisata Pancoh Di Kabupaten Sleman. Yogyakarta.

P, S., K, A. H., Wijaya, A., & Y, L. (2016). PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN KONSEP EKOWISATA-KSP Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Surabaya.

Regina Scheyvens (2000) Promoting Women's Empowerment Through Involvement in Ecotourism: Experiences from the Third World, Journal of Sustainable Tourism, 8:3, 232-249, DOI: 10.1080/09669580008667360

Sarwadi , A., & Endiyanti, S. R. (2021). Pengelolaan Ekowisata Di Desa Wisata Pancoh, Turi, Sleman, Yogyakarta. Jurnal Pariwisata dan Budaya, 34-46.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun