Desa Ekowisata Pancoh terletak di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman dan merupakan salah satu desa wisata dengan kategori mandiri. Pembentukan desa wisata ini diawali oleh adanya bencana erupsi Gunung Merapi yang menyebabkan adanya kerugian serta kesedihan bagi banyak pihak termasuk masyarakat Dusun Pancoh.Â
Pada masa pemulihan pasca bencana erupsi Gunung Merapi, masyarakat Dusun Pancoh dibantu dan didampingi oleh LSM LPTP Solo yang melihat bahwa Dusun Pancoh memiliki potensi untuk dapat berdiri sebagai desa wisata.
Berdirinya Desa Ekowisata Pancoh tidak semata-mata langsung disambut baik oleh partisipasi masyarakat, melainkan diawali dengan rasa enggan bergabung oleh karena kesadaran masyarakat akan pariwisata pada masa itu masih sangat rendah dan rasa pesimis akan kemampuan bekerja di bidang lain.
Pada masa itu, pemula Desa Ekowisata Pancoh (berjumlah 11 masyarakat lokal) membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang bertugas sebagai pengelola serta pelaksana teknis kegiatan, kelompok Tani Akur bertugas sebagai pemandu di paket edukasi pertanian, kelompok PKK sebagai penyedia olahan kuliner, kelompok sadar lingkungan Ngudi Asri sebagai pemandu paket edukasi olahan sampah.
Kelompok ternak Gawe Rukun sebagai pemandu paket pemeliharaan sapi dan kambing serta paket edukasi biogas, kelompok IPP Pancoh (karang taruna pemuda) sebagai pemandu wisata, kelompok kesenian Laras Madyo, Taruno Budoyo dan Trimo Luwung sebagai pemandu edukasi kesenian, serta adanya sosialisasi mengenai homestay dalam rangka pembentukan konsep live in.
Selain itu, tujuan di balik penerapan konsep dan prinsip ekowisata dalam pelaksanaan pariwisata di Dusun Pancoh ini adalah untuk tetap melindungi dan memberi manfaat pada aspek lingkungan dan sosial budaya sekaligus meningkatkan perekonomian serta partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisatanya.Â
Sementara itu, dipaparkan oleh Ceballos-Lascurain (1996) bahwa ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dengan daerah yang dikunjungi sekaligus merupakan daerah yang masih alami dan belum terlalu terjamah dengan tujuan menikmati dan menghargai alam serta setiap kebudayaan yang menyertai daerah tersebut.
Adapun kriteria perjalanan antara lain menggiatkan atau mempromosikan konservasi, meminimalisir dampak negatif akibat kegiatan wisata, memberikan manfaat kepada warga lokal, serta terdapat keterlibatan aktif dari masyarakat lokal dalam pengelolaan dan aktivitas pariwisata.