Mohon tunggu...
Delfi Yudha Frasetia
Delfi Yudha Frasetia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Editor in Chief di http://katabangdel.com/ Character Education Enthusiast | Business Analyst | Co-Founder MGI Foundation

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bincang Santai Seputar Mimpi Besar Google Lewat Alphabet

28 Agustus 2015   11:27 Diperbarui: 28 Agustus 2015   11:27 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Oleh Delfi Yudha Frasetia (katabangdel.com)

 

Saya baru menulis topik ini dengan asumsi semua sudah mendengar berita pergantian nama (padahal bukan) Google Inc menjadi Alphabet Inc. Juga pada posisi mengira pembaca paham apa yang sedang dilakukan oleh Google Inc. Bukan apa, gaung-nya cukup berskala besar dan juga menggetarkan saya pada saat pertama kali mendengar. Terus terang, saya mengetahui kabar “pergantian nama” Google tersebut dari teman saya saat lunch bersama. Jadi bukan kepalang shock-nya.

 

Salah, jika Anda mengira shock yang saya alami dikarenakan saya memiliki beberapa lot saham Google Inc. Saya tidak memiliki saham Google tapi merasa begitu dekat dengan entitas itu. Ibaratnya, seperti mendengar Yamaha me-recall semua motor ciptaanya di Indonesia. Nah, karena saya pemilik motor Yamaha, so pasti ada terkejutnya. Seperti itu lah perasaan-nya.

 

 
Sumber : http://www.jatimtech.com/wp-content/uploads/2015/08/google-ganti-nama-menjadi-alphabet.jpg

 
Anyway, perusahaan sebesar itu memang layak mendapat perhatian khusus dari seluruh penduduk dunia (kecuali Tiongkok). Bahkan keberadaan Google saat ini telah berada diatas sebuah Pemerintahan sekalipun. Menggambarkan besarnya Google saya seakan yakin jika Pemerintahan Indonesia mengalami Government Shutdown (Kondisi tidak disepakatinya anggaran pemerintahan sehingga pemerintah berhenti bekerja) maka kondisinya tidak akan separah dibandingkan jika tiba-tiba Google berhenti bekerja.

 

Lantas yang menjadi pertanyaan, kenapa Google berubah? Sampai saat ini saya rasa penjelasan CEO Google (lama) Larry Page sangat masuk diakal. Alphabet Inc dibentuk dan dipimpin oleh Larry Page untuk menjadi induk dari beberapa jenis perusahaan yang selama ini dipegang Google Inc. Jadi anggapan berubah nama atau bahkan “berakhir” adalah akal-akalan para media menarik perhatian netizen.

 

Efisiensi dan efektivitas menjadi alasan yang paling sering didengungkan oleh Larry Page akan perubahan struktur ini. Harapannya tentu masing-masing bisnis yang berada dibawah Alphabet Inc dapat lebih fokus menjalani core business-nya masing-masing. Beberapa bisnis yang selama ini berada dibawah Google Inc dan kini berubah menjadi dibawah Alphabet Inc adalah Calico (Bioteknologi Riset Kesehatan), Nest (industry alat pengatur suhu, smart home), Fiber (penyedia layanan internet cepat), Ventures and Capital (Lembaga pendanaan investasi), dan X lab (perusahaan konstruksi mobil dan drones).

 

Sedangkan yang saat ini ditangani oleh Google adalah beberapa divisi bisnis seperti Search, Advertising, Maps, Apps, YouTube, dan Android. Saat ini puncak kepemimpinan Google dipegang oleh Sundar Pichai, pria kelahiran Tamil Nadu, India. Kabarnya Pichai sudah dipersiapkan semenjak lama. Ia beranjak mulai dari mengepalai Chrome, Android, hingga yang terakhir mengepalai divisi produk Google langsung.

 

Hubungan Dengan Ramalan Siklus Jatuhnya Sebuah Perusahaan

Didalam dunia inovasi teknologi saat ini, terkenal sebuah kutukan tujuh tahunan. Dalam bidang telekomunikasi kejayaan ponsel analog Motorola berlangsung dari tahun 1996 sampai dengan 2002. Tahun kejayaan yang berlangsung hampir tujuh tahun itu digantikan dengan ke-digdayaan ponsel canggih asal Finlandia, Nokia. Ponsel sejuta umat ini pun turut mewarnai dunia telekomunikasi hingga akhir tahun 2009. Begitu tujuh tahun berakhir, maka giliran ponsel pintar Blackberry yang menggusur Nokia dari puncak singgasana. Dan setelah tahun 2014, Blackberry selesai sudah dan kini sedang dibayangi dua perusahaan smartphone sekaligus, Samsung dan IPhone.

 

Jika itu ponsel, beda lagi dengan perusahaan prosesor komputer. Dulu membayangkan IBM bangkrut sama sulitnya dengan membayangkan saat ini Microsoft bangkrut. Ternyata itu benar-benar terjadi dan akhirnya selama hampir dua dekade berjaya, kini IBM tidak lagi menjadi perusahaan yang punya pengaruh dalam dunia per-komputeran. Microsoft berhasil merajalela hampir dua dekade terakhir. Tapi sekarang, mulai beberapa tahun lalu keuntungan Microsoft terus mengalami penurunan. Tahun ini penurunan tersebut bahkan mencapai 12%, yakni dari 5,6 milliar dolar menjadi 5 miliar dolar (Rp 62 Triliun).

 

Iya, dugaan awal saya juga sama dengan pembaca. Bahwa kurs dollar yang terus menguat membuat produk mereka kehilangan daya saing untuk di-eksport. Tapi, masa’ hampir seluruh produk mereka KO dengan produk lain yang sebenarnya juga berasal dari negara paman sam. Xbox KO, Nokia Lumia KO, bahkan meskipun masih unggul tapi pertumbuhan omset Microsoft kalah dibandingkan Machintos (Apple). Saya menduga Microsoft tidak digerogoti oleh Machintos, melainkan serbuan dan fenomena Smartphone dan Tablet yang penetrasinya begitu kencang-lah yang segera menghancurkan Microsoft. Seakan menasbihkan bahwa masyarakat tidak butuh lagi komputer yang berat untuk dibawa-bawa, apalagi yang tidak bisa dibawa-bawa. Dan kalau bicara sebab-akibat maka siapa lagi biang keroknya kalau bukan Google Inc (Android-Chrome-Youtube). Mungkinkah Microsoft segera berakhir?

 

Lantas apa hubungannya semua kasus itu dengan Google? Dugaan saya Google tidak hanya sekedar berganti nama, melainkan sedang menyiapkan gigitan-gigitan baru yang siap menggerogoti seluruh perusahaan-perusahaan didunia ini. Karena dengan begitu mereka juga langsung keluar dari kutukan kejatuhan sebuah perusahaan. Mereka menghindari kutukan itu dengan mengalahkan kutukan itu sendiri. Mereka menghindari decline siklus dengan melompat ke siklus uptrend yang baru dan menjadi sebuah "makhluk" yang lebih menakutkan. Setelah google glass, kemudian google car, google satelite, dan banyak lainnya, sudah patut-lah kehati-hatian disematkan pada seluruh perusahaan kaliber dunia. Jika memang demikian, bersiap-siaplah. Gurita raksasa baru pemangsa para paus telah "bangkit" (meski belum pernah jatuh)!.

 

Atau "jangan-jangan" Alphabet adalah versi nyata dari perangkat Genisys yang dalam film terbaru Terminator Genisys memprediksi akan menjadi sebuah entitas penguasa yang sangat menakutkan dan menguasai disegala bidang. Hahaha konyol memang, tapi bukankah menerbangkan besi raksasa (pesawat) pada abad 19 juga hal yang konyol.

 

Ikuti Kumpulan Artikel saya di katabangdel.com

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun