Mohon tunggu...
Delfina Rahman
Delfina Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seni adalah ungkapan keindahan yang tercipta dari jiwa yang terdalam. Yang memiliki cara untuk menafsirkan dunia dan mengekspresikan emosi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perspektif Nietzsche Akan Kegilaan Dunia Masa Kini

7 Januari 2024   18:15 Diperbarui: 7 Januari 2024   18:30 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masih segar di memori kita adalah peristiwa penyerbuan di Gedung Capitol Amerika Serikat oleh pendukung Trump pada 6 Januari 2021 silam. Aksi kekerasan yang disampaikan melalui unjuk rasa ini menyusul penolakan hasil Pemilihan Umum (Pemilu) Amerika Serikat pada November 2020. Tidak sampai situ saja, masih teringat jelas peristiwa demo tolak pengesahan UU Cipta Kerja yang melibatkan mahasiswa dan pekerja di Indonesia pada September 2020 lalu.

Berbagai peristiwa baru-baru ini telah terjadi, dari konflik bersenjata yang melanda dunia hingga masalah lingkungan yang kian memburuk. Banyak orang bertanya karena khawatir dengan situasi yang semakin sulit ini. Bagaimana seharusnya kita berpikir dan bertindak dalam situasi yang sulit seperti ini? Banyak pemikir atau filsuf yang telah membahas pertanyaan ini. Salah satunya adalah Friedrich Nietzsche, seorang filsuf dari Jerman pada abad ke-19 yang mempunyai pandangan yang unik dan tegas tentang kehidupan dan berpikir.

Menurut pandangan filsuf Jerman yang terkenal, Friedrich Nietzsche, peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini dapat dilihat dari perspektif kegilaan masa kini. Para demonstran yang turut bertindak secara militan dan tidak rasional disebut menampilkan kehidupan yang tidak berarti. Selain itu, para demonstran tersebut dipandang menampilkan pola pikir yang irasional dan penuh amarah yang mengakibatkan terjadinya konflik. Kehilangan rasa empati dan rasa tanggung jawab terhadap sesama manusia serta adanya rasa keberanian untuk melakukan hal yang melanggar aturan dan nilai-nilai moral juga menjadi hal lain yang ditampilkan dalam aksi-aksi tersebut. Perilaku-perilaku yang terjadi akhir-akhir ini memiliki kesamaan dengan keadaan kegilaan masa lalu. Ia menguraikan bahwa kegilaan secara berlebihan bisa membuat seseorang menyingkirkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan, sehingga mengakibatkan terjadinya tindakan-tindakan yang tidak rasional dan melanggar nilai-nilai yang menjadi dasar manusia, seperti cinta dan kasih sayang.

Pandangan Nietzsche mengatakan bahwa hidup adalah seorang "master", dan kita harus menjadikan diri kita sebagai "eselon"-nya atau yang berada di bawahnya. Jadi, apakah kita harus menjadi "master" atau "eselon"-nya kehidupan? Jawabannya jelas adalah tidak. Sebaliknya, Nietzsche menekankan bahwa kita harus mempersiapkan diri kita sendiri untuk membela diri dari "master" atau "eselon" kehidupan dengan menjadi "warrior" atau pejuang.

Menurutnya, kehidupan adalah sebuah pertempuran antara kemauan atau kekuatan yang kuat dan kekuatan yang lemah. Kekuatan yang kuat adalah kekuatan yang mengendalikan kekuatan yang lemah dan memengaruhi kehidupan. Kekuatan yang lemah adalah kekuatan yang dikendalikan dan dipengaruhi oleh kekuatan yang kuat. Jadi, dengan menjadi "warrior" atau pejuang, kita dapat menjadi kuat dan tangguh.

Nietzsche juga berpendapat bahwa kehidupan adalah satu-satunya yang benar dan betul. Jadi, kita harus hidup dengan benar dan betul. Tapi, apa itu hidup dengan benar dan betul dalam pandangan Nietzsche? Dalam pandangannya, hidup dengan benar dan betul adalah hidup dengan sebaik-baiknya tanpa mengkhawatirkan kesalahan dan kegagalan. Kita harus menjadi kuat, pandai, dan berani dalam hidup. Kita juga harus mempersiapkan diri kita sendiri untuk membela diri dari "master" atau "eselon" kehidupan dengan menjadi "warrior" atau pejuang. Oleh karena itu, Nietze mengajak kita semua untuk berpikir secara rasional dan mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap sesama manusia. Dengan demikian, kita dapat menghindari peristiwa-peristiwa yang tidak rasional dan tetap mempertahankan nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun