Mohon tunggu...
Delfin
Delfin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang guru yang mengajar di Bengkayang, Kalimantan Barat. Salah satu hobi yang saya senangi yaitu membaca buku. Saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri pada Modul 2.3

24 Juli 2024   20:20 Diperbarui: 24 Juli 2024   20:33 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterampilan Reflektif Terkait Pengalaman Belajar

Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Ketika mempelajari materi pada modul 2.3 saya mendapatkan banyak sekali pemahaman baru tentang supervisi akademik. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan coaching yang merupakan pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun). Hal ini mengingatkan saya dengan sistem among Ki Hajar Dewantara "Tut Wuri Handayani" yang menjadi kekuatan dalam proses coaching dengan memberdayakan semua kekuatan diri murid. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Untuk menerapkan pendekatan coaching ini, maka ada beberapa hal yang perlu saya tanamkan dalam diri saya yaitu paradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapannya, serta supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching. Paradigma berpikir coaching yaitu fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan. Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Ketiga hal ini yang akan saya gunakan dalam rangka memberdayakan orang yang sedang saya ajak untuk berinteraksi. 

Ada tiga kompetensi inti yang harus dimiliki oleh seorang coach, yaitu kehadiran penuh/presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot (mendengarkan dengan teknik RASA). Dalam melakukan percakapan coaching ini juga, perlu melakukan percakapan coaching TIRTA agar dapat memfasilitasi rekan sejawat sehingga dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana. Alur TIRTA tersebut yaitu Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan TAnggung jawab. Selain mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam di modul 2.3 ini, saya juga melakukan beberapa praktik coaching bersama rekan sejawat baik itu sebagai coach, maupun sebagai coachee. Pada saat saya menjadi coach, saya sebisa mungkin menerapkan alur TIRTA. Selain itu, saya juga melakukan praktik menjadi supervisor untuk memenuhi tugas demonstrasi kontekstual dan aksi nyata saya. Pengalaman yang saya rasakan ini sangatlah bermakna dan semakin membuat saya paham tentang supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching.

Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Emosi-emosi yang saya rasakan sangat beragam. Yang pertama saya sangat merasa senang mendapatkan pengetahuan baru, melakukan praktik bersama rekan CGP lain, dan rekan sejawat di sekolah. Pengalaman seperti ini sungguh berkesan dan sangat menyenangkan. Disisi lain saya merasa khawatir dan gugup ketika saya menjadi coach, terkadang saya masih ragu dengan diri saya sendiri. Semoga harapan kedepannya saya lebih percaya diri dengan kemampuan saya.

Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Hal yang sudah baik adalah mempelajari materi yang tersedia sebelum kegiatan ruang kolaborasi, melaksanakan praktik coaching bersama rekan CGP dengan sepenuh hati, melakukan aksi nyata bersama rekan sejawat. Saya akhirnya dapat memahami tentang apa saja yang harus saya miliki dan apa saja yang perlu dilatih dan saya kembangkankna terkait kompetensi inti coaching.

Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Yang perlu saya perbaiki adalah kemampuan dalam membuat dan mengajukan pertanyaan yang berbobot agar dapat memberdayakan coachee dan memaksimalkan kompetensinya. Saya juga perlu berlatih lagi untuk lebih fokus agar bisa mendengarkan aktif pada saat melakukan percakapan.

Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Setelah mempelajari modul 2.3 tentang coaching dalam supervisi akademik, kompetensi saya mulai berkembang ditandai dengan mampu mempraktikkan proses coaching menggunakan alur TIRTA sebagai coach, coachee, maupun pengamat. Saat saya mempraktikkan proses coaching, saya perlu mengendalikan diri saya, dengan cara memiliki sikap terbuka dan rasa ingin tahu.

Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Bagaimana cara menerapkan supervisi dengan prinsip coaching di sekolah?

Prinsip coaching dapat diterapkan pada supervisi di sekolah jika kepala sekolah dapat belajar dan memiliki pengetahuan tentang prinsip coaching dan menerapkannya pada saat supervisi. Hal ini perlu dimiliki oleh kepala sekolah agar semua guru yang ada di sekolah dapat meningkatkan kompetensinya. Kepala sekolah juga perlu melakukan percakapan sebelum melakukan observasi, agar guru-guru dapat mempersiapkannya dengan baik, mengamati dengan kesadaran penuh pada saat observasi dan mencatat hal-hal penting selama proses pembelajaran, serta melakukan percakapan pasca observasi agar guru dapat mengevaluasi proses pembelajaran.

Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Coaching dalam supervisi akademik dapat mewujudkan pemimpin pembelajaran yang dapat memberdayakan murid ataupun rekan sejawat serta mampu menuntun dan memaksimalkan potensinya. Jika pendekatan ini dapat diterapkan secara maksimal, maka pemimpin pembelajaran tadi dapat menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Agar dapat mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid tersebut, maka seorang pemimpin pembelajaran perlu memimpin rekan sejawat agar secara bersama-sama memahami perkembangan murid dan memenuhi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid dengan cara merancang dan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk mencapai semua harapan itu, maka seorang pemimpin pembelajaran perlu memahami karakter dan sosial emosional murid serta meningkatkan kompetensi sosial dan emosional yang ada pada dirinya.

Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Tantangan terberat adalah menyamakan persepsi dan pemahaman tentang coaching dalam supervisi akademik kepada komunitas sekolah. Selama ini supervisi akademik hanya dijadikan sebagai penilaian rutin dan sebatas formalitas kepala sekolah kepada guru. Seharusnya supervisi akademik dapat dijadikan bahan evaluasi guru untuk terus mengembangkan kompetensi dirinya.

Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pertemuan dan sosialiasi mengenai supervise akademik dengan prinsip coaching dan menyamakan pemahaman tentang supervisi dan memberikan contoh praktik baiknya dari berbagai media sosial seperti youtube.

Membuat keterhubungan

Pengalaman masa lalu

Selama saya menjadi guru mulai dari tahun 2016, saya sangat jarang sekali mendapatkan pengalaman disupervisi kepala sekolah ataupun pengawas. Ketika disupervisi, kepala sekolah hanya sebatas duduk dan mengisi daftar yang perlu diisi terkait proses pembelajaran. Namun setelah itu, tidak ada percakapan ataupun tindak lanjut yang dilakukan.

Penerapan di masa mendatang

Semoga dimasa yang akan datang kegiatan supervisi dapat dilaksanakan sesuai dengan standarnya seperti melaksanakan percakapan pra observasi, observasi, dan percakapan pasca observasi. Harapannya jika dilaksanakan dengan baik apalagi dengan prinsip coaching, maka dapat meningkatkan kompetensi guru sehingga dapat berpengaruh dalam menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Pada modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi, guru memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik dan berupaya merancang pembelajaran yang memenuhi kebutuhannya tersebut. Sama halnya dengan praktik coaching bahwa coach harus mampu memberdayakan coachee agar coachee dapat menemukan ide-ide kreatif untuk menemukan solusi terkait permasalahan yang dihadapinya. Pada modul 2.2 dalam pembelajaran sosial dan emosional, terdapat Teknik STOP dan mindfulness yang dilakukan agar bisa lebih fokus terhadap situasi yang dihadapi saat itu. Ketika akan melakukan percakapan coaching, maka coach perlu hadir secara penuh, seperti melakukan Teknik STOP sebelum melakukan percakapan, ataupun mindfulness dengan fokus mendengar suara coachee.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun