Mohon tunggu...
Delfian Giputra
Delfian Giputra Mohon Tunggu... Editor - Penulis Pemula

Penulis Pemula, Pengamat Sepakbola, Peminat Budaya, Penyuka lainnya hehe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Catatan Jelang Pengukuhan PWPM Sulut

14 Maret 2020   13:10 Diperbarui: 14 Maret 2020   13:20 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memimpin organisasi sekelas pemuda tentu berbeda dengan organisasi lainnya, bukan memimpin "bocah-bocah" pelajar , bukan mengomandoi "berandalan" mahasiswa, apatah mengayomi orang-orang tua yang "bijak". Pemuda adalah "begundal-begundal" yang punya intelektualitas dan kepentingan yang pusparagam.

***

Organisasi Kepemudaan memiliki dimensi yang komplek dan multikonflik, lihat saja bahkan organisasi induk kepemudaannya saja sampai bolak balik meja hijau hanya untuk persoalan remeh temeh administrasi , buruknya manajemen organisasi ditambah dengan konflik kepentingan tidak sebanding dengan integritas yang dimiliki pengurus ,jadilah organisasi kepemudaan seperti apa yang terlihat, berjasad tapi kehilangan ruh.

Pasalnya mayoritas pemuda pada hakikatnya telah mendapat label/brand/merk (baca.perkaderan) di organisasi pelajar atau mahasiswa sebelumnya sehingga agak sulit untuk meng-injeksi paham/doktrin/dogma baru Ikhwal ideologi baru ke dalam dirinya. Terlebih pemuda ini datang dari beragam organisasi sebelumnya yang tidak akan begitu saja "manggut-manggut" samina wathona pada pimpinannya.

Mau diakui atau tidak , organisasi pemuda langsung atau tidak ,rentan dengan tendensi politik ketimbang ideologi organisasi. Karena jelas partai politik menjadikan pemuda sebagai target utama dalam setiap agenda politik dan ini disadari oleh pemuda, Karena sebagian memang memiliki kepentingan terhadap agenda politik ini , bagi dirinya pribadi dan roda organisasi.

Terdapat salah satu adagium politik yang berlaku juga di organisasi, "Saya mendukung anda, Saya dapat apa? Kapan? "

Dalam Konsep Ayahanda Amien Rais terdapat istilah High Politic yang merupakan representatif dari politik luhur dan moral etis dan Low Politic ini terkait dengan politik yang terlalu praktis dan cenderung nista (Amien Rais,Moralitas).

Dalam definisinya ,Politik merupakan cara untuk merebut kekuasaan, dengan cara yang high Politic , tidak ada salahnya, namun ini yang terus menjadi bayang bayang roda organisasi kepemudaan manapun.

Kita begitu sulit menetralisir hal ini.

Karena proses berorganisasi itu juga masuk dalam politik itu sendiri.

Ini yang menurut saya akar konflik di organisasi kepemudaan.

***

Bagaimana dengan PWPM Sulut di era Sudarwin?

sebelum memulai menulis tulisan ini (saya menulis dalam perjalanan menuju Manado tempat pengukuhan PWPM Sulut, saya kebetulan diundang) saya izin dulu kepada beliau.

Sudarwin ini adalah "Rocky Gerung" nya Pemuda Muhammadiyah Sulut, merujuk gaya bicara dan menulis yang banyak "pica-pica bunga" terkadang saya tidak paham. Mungkin hanya dia yang paham maknanya sehingga jangan coba-coba berdebat, ia punya tafsir sendiri atas apa yg diucapkan.

Beberapa jam lagi menjelang pengukuhan PWPM Sulut, dibawah Nakhoda Sudarwin Tompunu, walau pada hakikatnya Ortom Pemuda Muhammadiyah menganut unsur Kolektif kolegial dengan 13 Pimpinan. Saya sebut saja ia sebagai nakhodanya karena 13 formatur lain galib menunjuk ia sebagai nakhoda , itulah istimewanya Muhammadiyah.

Membaca tulisannya beberapa jam lalu dalam media online Harimanado.com ada 2 hal yang ditekankan olehnya, pertama mengenai Budaya literasi dan Kedaulatan ekonomi.

Mengenai dua hal itu, saya akan bahas ditulisan lain, hari ini saya mewakili teman-teman Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Bolaang Mongondow Selatan dan 7 Pimpinan Cabang Pemuda turut berbahagia dan mengucapkan selamat atas pengukuhan pengukuhan PWPM Sulawesi Utara periode 2018-2022, semoga apa yang kita cita-citakan di arena Musywil bisa terlaksana dengan baik.

Sungguh kami tidak sabar menunggu Gerakan PWPM ke depan, sebagai wasilah dakwah Islam di tataran generasi muda.

Saya sebagai pribadi dan ketua PDPM akan selalu menjalankan program kegiatan yang positif dari PWPM dan akan sering mengkritisi apabila ada yang kurang mengenai kebijakan yang dibuat.

Terlebih ini adalah tahun politik bagi Sulawesi Utara.

Berbagai warna akan masuk dan mewarnai organisasi ini.

Ketualah yang akan mengurus para “begundal-begundal” intelektual yang telah “berwarna” dilingkup Wilayah hingga Ranting di Sulawesi Utara ini.

Fastabiqul Khoiroot.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun