Di sebuah desa kecil yang tenteram, semangat gotong-royong masyarakat begitu nyata saat kami memutuskan merenovasi mushola lama. Meskipun terpaksa menghentikan pengerjaan karena dana yang kurang, kebersamaan dan semangat gotong-royong tak pernah padam.
Saat itu, sekitar 38 hari telah berlalu sejak dimulainya renovasi mushola. Meskipun belum sepenuhnya selesai, sebagian besar sudah terlihat berbeda dari sebelumnya. Mushola yang dulu sederhana dan usang, kini telah berubah menjadi bangunan yang lebih besar, tinggi, dan modern. Beberapa kali aku bahkan nyaris salah mengira itu sebagai rumah orang, karena keindahannya yang begitu mencolok.
Namun, proyek ini harus dihentikan sementara karena dana yang masih kurang. Meski demikian, sekitar 95% pekerjaan telah selesai. Inilah yang membuat kami semakin semangat untuk menyelesaikannya. Warga saling bahu-membahu, termasuk ibu-ibu yang dengan penuh antusias bergiliran memasak untuk para pekerja dan pemangku mushola.
Ketika proyek mushola dihentikan, kami memutuskan untuk mengadakan syukuran dan pengajian sebagai bentuk rasa syukur atas kemajuan yang telah dicapai. Undangan ditunjukkan untuk seluruh bapak-bapak dan mas-mas seluruh desa.Â
Ibu-ibu dari pagi hari sudah bersiap-siap, sibuk menyiapkan hidangan lezat untuk dihidangkan pada acara peresmian nanti. Beberapa di antara mereka bahkan sudah mulai mempersiapkan bumbu-bumbu dan lainnya jauh sebelumnya.
Para bapak dan mas-mas desa juga tak ketinggalan, mereka turut serta dalam persiapan acara. Mulai dari mendirikan tenda hingga menyetel sound system, semuanya dilakukan dengan penuh semangat dan kebersamaan. Setiap orang berkontribusi, saling menyumbangkan apa yang mereka miliki untuk kelancaran acara ini.
Meski sempat dihantui kendala, seperti listrik yang mati dan cuaca hujan yang tiba-tiba, kebersamaan warga desa menjadi kunci kelancaran acara. Saat undangan mulai datang, tiba-tiba listrik menyala kembali, membawa kelegaan bagi semua yang berada di dapur yang gelap. Rasa syukur terpancar di wajah semua orang, dan semuanya bersiap menyambut tamu dengan senang hati.
Sebelum pengajian dimulai, para bapak menyampaikan informasi terkait anggaran dana mushola. Terungkap bahwa sumbangan dari masyarakat jauh melampaui ekspektasi. Bukan hanya berupa uang, tetapi juga bahan bangunan yang sangat dibutuhkan. Bahkan, kas mushola sendiri kalah jumlahnya dibandingkan dengan sumbangan dari warga.
Pada saat itu, tukang bangunan yang terlibat dalam proyek hanya mengambil upah beberapa hari saja, bahkan ada yang hanya menerima upah 11 hari dari total 38 hari pengerjaan. Semua transparan dan disampaikan dengan jelas kepada seluruh hadirin.
Setelah selesai dengan sesi informasi, acara dilanjutkan dengan pengajian. Sebagian ibu-ibu berkumpul di teras untuk mendengarkan tausiyah dari ustadz. Mereka diingatkan untuk terus berbuat baik dan mempersiapkan diri untuk akhirat kelak. Suasana khidmat terasa di tengah hujan yang turun.
Namun, kejadian mengejutkan kembali terjadi ketika acara sudah mencapai puncaknya. Listrik kembali mati dan hujan semakin deras. Keadaan ini membuat sedikit kacau, terutama bagi bagian dapur yang kehilangan penerangan. Untungnya, kekompakan warga kembali teruji. Aku segera mencari lilin, dan ada mas-mas undangan yang membawa senter besar sehingga memudahkan dalam membagikan makanan.