Mendengar kuliner Sulawesi, pasti kita langsung teringat makanan Menado atau Makassar. Bila mendengar kuliner Sulawesi dan Maluku, pasti pikiran kita berkiblat ke hidangan laut. Tapi, kuliner Sulawesi tidah hanya dari Menado atau Makassar saja, masih ada propinsi lain di Sulawesi yang memiliki makanan khas. Contohnya saja Ayam Gagape yang berasal dari Sulawesi Tenggara – dan dimasak dengan kelapa dan susu. Kuliner Sulawesi dan Maluku pun tidak selalu berasal dari makanan laut.
Ayam Gagape ini, baru saya ketahui ketika mendapat undangan dari Signature Restaurant, Hotel Indonesia Kempinski. Menu kuliner yang memang sengaja dihadirkan dalam rangka mempromosikan kuliner Indonesia selama 5 minggu di Signature Restaurant. Selama 5 minggu menyuguhkan kuliner dari 5 pulau: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi (termasuk Maluku). Di minggu terakhir ini (2 September – 8 September 2015), Signature Restaurant mengangkat tema Sulawesi dan Maluku. Mengetahui kuliner Maluku akan digelar di awal September, tanpa pikir panjang, saya langsung membalas e-mail dari PR (public relation) Hotel Indonesia Kempinski dan menunjuk tanggal yang saya bisa hadiri. Alasannya cuma 1, bagi saya, masyarakat Indonesia tidak banyak tahu soal makanan Maluku, termasuk saya. Dan kuliner Maluku perlu dipopulerkan! Segeralah saya memburu kuliner Maluku di hari ini, 2 September 2015.
Menu utama yang saya cicipi adalah desserts, terbalik dari kebiasaan atau tata cara makan formal atau alur makan para orang-orang kerajaan. Haha. Saat kali pertama mencari meja, saya melihat susunan gelas-gelas kecil dan kue yang sajikan di atas sendok, yang semuanya menarik perhatian karena warna-warni menonjol dari etalase dessert. Klapetart bersama kismis dan irisan kenari terlihat enak di mata saya. Setelah mencobanya, lumayanlah, meski terasa Rum-nya yang kencang. Barangkali, mereka memang sengaja menyajikan Klapetart modifikasi. Selanjutnya, Sago Mangga Puding, Pala Butung, Tofu Pinacolada dan Green Tea Ivory, menu dessert yang saya rekomendasikan. Dan dessert paling enak jatuh pada Barongko, menu kudapan asal Bugis, berupa pisang yang dikukus dengan daun pisang. Barongko yang saya makan tidak seperti kue pisang lainnya yang keras terasa enek.
Buruan saya, tentu tidak sampai di situ saja. Ikan Tuna Gohu, ikan tuna mentah asal Ternate, Maluku, salah satu favorite saya. Ikan tuna mentah dimakan dengan irisan cabai, bawang merah, dan tomat (persis sambal dabu-dabu), bagaikan menyantap Sashimi bersama sambal dabu-dabu. Rasanyanyummy sekali! Selain itu ada udang rebus yang disiram irisan tipis bengkuang dan kuah asam manis (seperti asinan). Ini rasanya segar sekali. Tidak mengecewakan. Kuliner Maluku yang saya temukan lagi adalah Daging Kacang Kenari yang dipanggang dan bisa dimakan dengan sambal Roa, dan sambal Kohu-kohu (persis dabu-dabu, hanya dicampur cabai merah yang dihaluskan). Berikutnya, selain sambal Kohu, dan pisang-ubi-singkong rebus, ada sambal Colo-colo yang juga sambal berasal dari Maluku. Saya memakan ikan Seabass (bukan Kerapu) bersama sambal Colo-colo. O, ini enak sekali. Lalu, mana lagi kuliner dari Maluku? Saya menggelengkan kepala karena menurut saya tidak mungkin juga menghadirkan semua menu dari Maluku. Masih ada menu lain selain Maluku yang juga ingin diperkenalkan oleh Signature Restaurant.
Ada 2 lagi menu favorite yang saya rekomendasikan: Prawn Tuturuga dan Pantollo Pamarrasan. Saya yakin, semua orang tahu dan pernah mencoba Tuturuga yang berasal dari Sulawesi Utara. Namun, Pantollo Pamarrasan, saya rasa tidak semua orang tahu menu makanan ini. Awalnya, saya kira makanan ini berasal dari Maluku, ternyata saya salah besar. Pantollo Pamarrasan berasal dari Toraja. Wujudnya mirip Rawon, tapi lebih kental. Bahannya juga menggunakan keluak – dalam bahasa Toraja “pamarrasan’ berarti keluak/kluwak. Dalam menu ini, daging merupakan bahan utamanya, tapi biasanya orang Toraja mengunakan ikan gabus (mungkin juga jenis ikan lainnya), babi dan ayam. Tentu saja makanan buatan Chef Petty Elliott rasanya sedap dan berbeda dibanding menu lainnya – mungkin karena saya baru mengetahuinya. Dagingnya memang empuk dan legit – diakui oleh Chef Petty Elliot (Chef yang mengolah kuliner Sulawesi dan Maluku di event ini) direbus lama. Dan, ternyata Chef Petty memang menyukai slow cooking (makanan yang dimasak melalui proses yang lama).
Daun Papaya, Bubur Manado, Coto Makassar, Nasi Kuning Manado, Binte biluhuta (makanan Gorontalo), Mie Goreng Ikan Roa, merupakan beberapa menu Sulawesi yang tersaji dan paling banyak dibanding Maluku. Pulaunya saja lebih luas Sulawesi daripada Maluku, bukan? Dan setiap propinsi di Sulawesi memiliki menu-menu makanan yang berbeda dan rasanya pun sedap-sedap dan rata-rata pedas. Namun, Chef Petty sengaja tak membuat pedas pada masakan di event promosi kuliner Indonesia, pulau Sulawesi dan Maluku. Ia khawatir, tidak semua orang bisa makan pedas, oleh karena itu, rasa pedas pun harus menyesuaikan lidah. Semua orang suka makan pedas, tapi tidak semua orang bisa makan pedas, apalagi orang asing (bule).
Chef Petty Elliott berasal dari Menado dan belajar memasak dari Omanya. Mempunyai suami dari negeri Inggris, membuatnya mampu mengolah makanan pedas sesuai dengan lidah orang kebanyakan di muka bumi ini. Ia juga berpendapat sama dengan saya bahwa makanan Menado dan Makassar paling terkenal dibanding lainnya, dan Maluku jarang orang tahu. Tapi, kuliner Sulawesi dan Maluku hampir memiliki kemiripan, karena sama-sama menyantap sambal Dabu-dabu dan Colo-colo, kenari, dan ikan laut. Kedua pulau memang pernah dijajah oleh Belanda, tidak heran mempunyai kebudayaan yang sama. Bahkan, Sulawesi Utara dan Maluku mempunyai sapaan (buat orang) dengan panggilan yang sama, misal “Mai Tua” yang berarti mertua.
“I love Sulawesi food. Banyak pengaruh budaya dari Eropa, Cina, dan Timur Tengah yang membuat kuliner Sulawesi tumpah bumbu-bumbu dan jadi menarik. Dan Maluku banyak mendapatkan pengaruh dari Sulawesi.” – Chef Petty Elliott.
Saya cukup berkesan dengan masakan-masakan bertema kuliner Sulawesi dan Maluku yang diselenggarakan Hotel Indonesia Kempinski. Hampir semua makanan terasa nikmat di lidah. Beberapa menu masih jarang terdengar oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Saya pikir, tidak salahnya kalau kamu-kamu, Anda-anda, mereka-mereka, dia-dia, datang dan mencicipi kuliner pulau Sulawesi dan Maluku di Signature Restaurant. Masih ada waktu sampai tanggal 8 September 2015. Lekaslah berburu kuliner Sulawesi dan Maluku, dan perkenalkan kepada nusantara dan dunia.
Sumber foto: Pribadi (SN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H