Ada 2 lagi menu favorite yang saya rekomendasikan: Prawn Tuturuga dan Pantollo Pamarrasan. Saya yakin, semua orang tahu dan pernah mencoba Tuturuga yang berasal dari Sulawesi Utara. Namun, Pantollo Pamarrasan, saya rasa tidak semua orang tahu menu makanan ini. Awalnya, saya kira makanan ini berasal dari Maluku, ternyata saya salah besar. Pantollo Pamarrasan berasal dari Toraja. Wujudnya mirip Rawon, tapi lebih kental. Bahannya juga menggunakan keluak – dalam bahasa Toraja “pamarrasan’ berarti keluak/kluwak. Dalam menu ini, daging merupakan bahan utamanya, tapi biasanya orang Toraja mengunakan ikan gabus (mungkin juga jenis ikan lainnya), babi dan ayam. Tentu saja makanan buatan Chef Petty Elliott rasanya sedap dan berbeda dibanding menu lainnya – mungkin karena saya baru mengetahuinya. Dagingnya memang empuk dan legit – diakui oleh Chef Petty Elliot (Chef yang mengolah kuliner Sulawesi dan Maluku di event ini) direbus lama. Dan, ternyata Chef Petty memang menyukai slow cooking (makanan yang dimasak melalui proses yang lama).
Daun Papaya, Bubur Manado, Coto Makassar, Nasi Kuning Manado, Binte biluhuta (makanan Gorontalo), Mie Goreng Ikan Roa, merupakan beberapa menu Sulawesi yang tersaji dan paling banyak dibanding Maluku. Pulaunya saja lebih luas Sulawesi daripada Maluku, bukan? Dan setiap propinsi di Sulawesi memiliki menu-menu makanan yang berbeda dan rasanya pun sedap-sedap dan rata-rata pedas. Namun, Chef Petty sengaja tak membuat pedas pada masakan di event promosi kuliner Indonesia, pulau Sulawesi dan Maluku. Ia khawatir, tidak semua orang bisa makan pedas, oleh karena itu, rasa pedas pun harus menyesuaikan lidah. Semua orang suka makan pedas, tapi tidak semua orang bisa makan pedas, apalagi orang asing (bule).
Chef Petty Elliott berasal dari Menado dan belajar memasak dari Omanya. Mempunyai suami dari negeri Inggris, membuatnya mampu mengolah makanan pedas sesuai dengan lidah orang kebanyakan di muka bumi ini. Ia juga berpendapat sama dengan saya bahwa makanan Menado dan Makassar paling terkenal dibanding lainnya, dan Maluku jarang orang tahu. Tapi, kuliner Sulawesi dan Maluku hampir memiliki kemiripan, karena sama-sama menyantap sambal Dabu-dabu dan Colo-colo, kenari, dan ikan laut. Kedua pulau memang pernah dijajah oleh Belanda, tidak heran mempunyai kebudayaan yang sama. Bahkan, Sulawesi Utara dan Maluku mempunyai sapaan (buat orang) dengan panggilan yang sama, misal “Mai Tua” yang berarti mertua.
“I love Sulawesi food. Banyak pengaruh budaya dari Eropa, Cina, dan Timur Tengah yang membuat kuliner Sulawesi tumpah bumbu-bumbu dan jadi menarik. Dan Maluku banyak mendapatkan pengaruh dari Sulawesi.” – Chef Petty Elliott.