“Your dream has power. Your vision and dream will help you to be focused. Your vision and dream will keep you going through your darkest hour,” Iwan Sunito.
Sebuah buku saku perjalanan yang menginspirasi, muncul di tangan di kala sang raga justru masih bersama kaki, mata, bibir, dan organ lainnya. Sang tangan mengirimkan instuisi bersama sebuah kisah dari negeri Hujung Tanah.
Bocah dalam tokoh buku tersebut ialah Iwan Sunito, kelahiran Surabaya dan menjalani masa kanak-kanaknya di Borneo. Masa 12 tahun mendekam kekal dalam kenangan yang tak bisa dijegal oleh siapa pun atau apa pun. Teman-teman sewaktu kecil, sungai, cuaca, adat isitiadat, budaya mempunyai peran masing-masing yang memicu Iwan Sunito untuk mengarungi kehidupannya.
Tak ketinggalan peran orangtua, terutama sang ayah, yang membuat seorang Iwan Sunito menemukan ‘titik balik’ kehidupannya. Jika saja ayah tak selalu memberikan contoh sikap dan pembelajaraan untuk bertahan dan juga meraih ilmu setinggi-tingginya, mungkin Iwan Sunito masih berada di dalam pikirannya yang selalu mengatakan dirinya adalah orang-orang ‘bawah’.
Di negeri Kangguru, Iwan Sunito bertarung menjadi yang paling terbaik dari yang terbaik. Arsitektur adalah dunianya. Menurutnya, orang Indonesia pasti bisa berdiri di tangga paling atas di antara orang-orang asing yang sukses. Tahun 1996, dia mulai mewujudkan visi dan mimpinya itu. Iwan Sunito pun membuktikannya dengan menjadi raja properti, Crown Group, di negeri seberang.
Orangtua dan kutipan-kutipan orang ‘besar’ selalu bisa mendorongnya untuk tetap konsisten terhadap impiannya itu. Baginya, kesuksesan itu juga bisa dilihat dari seberapa besar kita membantu orang lain untuk menjadi sukses. Oleh karena itu, sebuah goresan pesan inspirasi hadir, untuk membantu orang-orang dan orang-orang yang ingin membantu dirinya sendiri.
Iwan Sunito, penulis Buku “From Borneo to Bloomberg” yang diterbitkan Gramedia Pustaka, kali ini menderukan suara-suaranya melalui tangan yang tak biasa mendengar dan membaca.
Kisahnya terlihat jelas melalui kutipan-kutipan yang diambil dari pengalamannya sendiri. Beberapa cerita motivasi yang dapat mengetuk pintu jiwa, terselip di dalam bukunya. Beberapa baris kalimat cukup kuat menerangkan perjalanannya tentang apa yang diterimanya selama masih di Borneo dan saat di Sydney, Australia – tentang apa yang mengubahnya.
“Today is The Day,” seru Iwan Sunito kepada tangan saya. Lalu, kepala, mata, hidung, kaki, dan organ tubuh saya lainnya, dengan sendirinya bersatu bersama sang tangan. Karena, satu kesatuan ‘utuh’-lah menyelamatkan orang-orang yang menganggap dirinya masih di garis bawah keberhasilan. Karena, Hari ini saya berhasil menjumpai buku Iwan Sunito setelah satu minggu terdampar di tangan JNE yang sialan itu.
Yup,