Mohon tunggu...
Dela GitaPuspitasari
Dela GitaPuspitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aku seorang Mahasiswa

Jangan lupa follow IG @delagita_

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Keraton Surakarat Hadiningrat - Menara Tempat Pertemuan Raja Surakarta dan Ratu Kidul

7 April 2021   19:38 Diperbarui: 22 April 2021   21:40 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sih, yang gak kenal Keraton Surakarta yang kental akan dengan budayanya. Keraton Surakarta menjadi pusat perkembangan kesenian dan kebudayaan yang berada di Solo. Dan masih juga terdapat cerita-cerita mitos yang bermunculan di wilayah Keraton Surakarta. Keraton Surakarta hingga saat ini masih dugunakan untuk acara tertentu maupun untuk para pendatang wisatawan dari berbagai penjuru daerah. Di Keraton Surakarta Hadiningrat banyak sekali peninggalan dan bangunan di masa lalu. Keraton Surakarta Hadiningrat dibangun pada tahun 1743 yang kemudian diresmikan pada 17 Februari 1745 atau 17 Suro 1670. Kemudian di area Keraton Surakarta Hadiningrat terdapat bangunan yang diberi nama Panggung Sangga Buwana. Bangunan ini berbentuk seperti Menara yang berada di dalam lingkungan kedhaton Keraton Kasunanan Surakarta. Pada ujung atau puncak Menara Panggung Sangga Buwana berbentuk seperti topi bulat terdapat hiaan seekor naga yang ditunggangi oleh manusia sembari memanah. Namun, hiasan tersebut bukan hanya sekedar hiasan, namun sebagai sengkalan tahun pendirian.

Pada tahun 1782 M, Sri Susuhunan Paku Buwono III mendirikan Menara tersebut. Kemudian diberi tanda dengan sengkalan milir "Naga Muluk Tinitihan Janma" yaitu tahun 1708 dan sengkalan milir "Panggung Luhur Sinangga Buwana" yang juga memiliki arti yang sama 1708. Panggung Luhur Sinangga Buwana ini terdapat sengkalan milir pada zaman Belanda yang dirahasiaka. Sengkalan ini berupa kemerdekaan Indonesia dan jika diketahui oleh Belanda akan berbahaya.

Panggung Sangga Buwana ini memiliki tinggi sekitar 30 meter dan memiliki 4 tingkat. Tingkat ke 3 yang menghadap ke utara terdapat jam besar yang dapat berbunyi dengan sendirinya. Kemudian pada tingkatan yang paling atas digunakan sebagai ritual -- ritual untuk acara tertentu ataupun ingin bertemu dengan Ratu Kidul. "Hingga saat ini Panggung Sanggabuwana masih digunakan untuk meditasi, dan untuk pertemuan antara Ratu Kidul dengan Anak," ujar abdi dalem Keraton, Sri.

Mengapa saat ini Ratu Kidul bertemu dengan Anak, namun bukan Raja? Menurut abdi dalem Keraton Surakarta, Ratu Kidul menjadi istri spiritul saat Raja Paku Buwono I hingga IX. Saat Paku Buwono X, Ratu Kidul tidak lagi menjadi istri raja Keraton Surakarta. Karena, pada saat Paku Buwono IX akan melakasanakan bertapa di Panggung Sangga Buwana, ternyata calon putra mahkota ikut saat Raja dan Ratu Kidul hendak bertemu. Kemudian putra makhota hendak jatuh dan diselamatkan oleh Ratu Kidul dengan memanggil sebutan putra mahkota dengan 'Anakku'. Hingga saat ini Anak dan Ratu Kidul kerap bertemu di momen -- momen ataupun ritual -- ritual tertentu.

Namun pada zaman dahulu, Panggung Sangga Buwana ini digunakan sebagai meditasi, kemudian pengintaian terhadap gerak-gerik Belanda, memaantau rakyatnya, dan pertemuan Ratu Kidul dan Raja I -- IX. Panggung Sangga Buwana ini tidak semua orang bisa masuk, hanya orang-orang yang berwenang saja yang bisa masuk ke ruang tersebut. "Hanya sinuwun (Raja/Anak) saja yang bisa masuk dan abdi dalem kinasih saja, untuk menyiapkan ubarampe untuk melakukan ritual pertemuan antara sinuwun (Raja / Anak) dengan Ratu Kidul," kata abdi dalem, Sri. Jangan salah yaa? Bahwa Ratu Kidul dengan Nyi Roro Kidul itu berbeda, Ratu Kidul itu adalah Ratu yang sebenarnya sedangkan Nyi Roro Kidul itu hanya sebagai dayang atau pembantu dari Ratu Kidul itu sendiri. Jika Raja / Anak ingin bertemu dengan Ratu Kidul harus melakukan ritual meditasi sesuai dengan ketentuan yang ada, salah satunya seperti puasa dan sepanjang ritual tidak melakukan kegiatan selain meditasi. Di Keraton Surakarta, terdapat suatu tempat yang tidak sembarangan orang bisa masuk kedalam ruangan tersebut. Ruangan tersebut yang dapat menghubungkan Keraton Surakarta langsung ke Pantai Selatan. Hanya orang-orang yang berwenang saja yang bisa masuk dalam ruangan tersebut .

Zaman dulu, Panggung Sangga Buwana ini merupakan Menara tertinggi diantara gedung - gedung yang lain. Sehingga Raja pada waktu itu bisa memantau rakyatnya dari kejauhan. Panggung Sangga Buwana ini memiliki arah 360 derajat, sehingga Raja bisa melihat dari sudut mana pun rakyatnya berada. Setiap bermeditasi di Sangga Buwana ini Raja yang pertama kali mengetahui akan kejadian atau peristiwa yang akan terjadi masa mendatang. "Raja saat beemeditasi kemudian mengetahui akan terjadi sebuah peristiwa, Raja tidak akan menginformasikan ataupun memberitahu kepada rakyatnya tentang kejadian yang akan terjadi tersebut yang akan membuat rakyatnya khawatir dan cemas," ujar abdi dalem, Sri. Namun dengan keadaan seperti sekarang ini, Menara Panggung Sangga Buwana ini sudah terkalahkan dengan Gedung-gedung bertingkat lainnya di Kota Surakarta. Sehingga, fungsi dari Panggung Sanggabuwana sendiri sudah tidak terkoordinasikan lagi untuk memantau rakyatnya.

Abstract : Di keraton Surakarta Hadiningrat terdapat bangunan yang diberi nama Panggung Sangga Buwana. Panggung Sangga Buwana masih digunakan untuk meditasi, dan juga digunakan sebagai pertemuan antara Ratu Kidul dengan Anak.

Kata kunci : Wisata, SejarahSurakarta, KeratonSurakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun