Pada 1 Desember 1961, sejarah penting tercatat dalam perjuangan Papua Barat. Pada hari itu, bendera "Morning Star" pertama kali dikibarkan di Kota Hollandia (sekarang Jayapura), menandai simbol perjuangan kemerdekaan Papua Barat dari penjajahan Belanda. Meskipun saat itu Papua Barat masih berada di bawah kontrol kolonial Belanda, momentum tersebut menjadi titik awal dari pergerakan kemerdekaan yang terus berlanjut hingga hari ini.Â
Latar Belakang Sejarah
Sejarah Papua Barat sebagai wilayah yang terpisah dari Indonesia dimulai sejak abad ke-19, ketika Belanda menguasai wilayah tersebut. Selama berabad-abad, Papua Barat tetap berada di bawah kendali kolonial Belanda, sementara wilayah Indonesia lainnya telah merdeka sejak tahun 1945. Ketika Indonesia berhasil memperoleh kemerdekaan dari penjajahan Belanda, Papua Barat tetap berada di bawah pengaruh kolonial Belanda hingga awal 1960-an. Di tengah ketegangan politik dan perjuangan nasionalisme Indonesia, rakyat Papua Barat mulai memunculkan cita-cita kemerdekaannya sendiri.
Pada 1 Desember 1961, saat Papua Barat masih berada di bawah kekuasaan Belanda, Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Indonesia dan Belanda memutuskan bahwa Belanda harus menyerahkan kedaulatan atas wilayah Indonesia, namun tidak termasuk Papua Barat. Rakyat Papua Barat, yang menginginkan kemerdekaan penuh, merasakan ketidakadilan ini dan mulai bergerak untuk memperjuangkan hak mereka.
Bendera "Morning Star" dan Maknanya
Hari 1 Desember 1961 menjadi titik penting ketika Papua Barat memproklamasikan simbol perjuangan mereka melalui pengibaran bendera "Morning Star." Bendera ini menjadi simbol kemerdekaan yang sangat dihormati oleh sebagian besar masyarakat Papua Barat. Pengibaran bendera tersebut dilakukan oleh pemerintah sementara Papua Barat yang dibentuk oleh Belanda sebelum menyerahkan wilayah tersebut kepada Indonesia.
Bendera "Morning Star" memiliki desain yang mencolok dengan latar merah dan putih, dihiasi dengan bintang lima di tengahnya. Bendera ini menjadi simbol dari harapan akan kemerdekaan, kebebasan, dan pengakuan hak-hak dasar bagi masyarakat Papua. Meskipun pengibaran bendera ini tidak diterima oleh Indonesia yang saat itu sudah menganggap Papua sebagai bagian dari wilayahnya, bendera Morning Star tetap menjadi simbol perlawanan yang terus diperjuangkan oleh banyak orang di Papua Barat hingga saat ini.
Proses Peralihan dan Perjuangan yang Berlanjut
Setelah pengibaran bendera "Morning Star", ketegangan antara Belanda, Indonesia, dan rakyat Papua Barat semakin meningkat. Pada 1962, Perjanjian New York ditandatangani yang mengatur penyerahan Papua Barat dari Belanda ke Indonesia. Perjanjian ini menimbulkan kontroversi, karena rakyat Papua Barat tidak dilibatkan secara langsung dalam proses tersebut. Pada 1969, Indonesia mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), yang memungkinkan sebagian besar warga Papua untuk memilih bergabung dengan Indonesia melalui referendum. Namun, banyak yang berpendapat bahwa Pepera tidak dilakukan secara bebas dan adil, dan hasilnya dianggap tidak mencerminkan aspirasi rakyat Papua.
Sejak saat itu, perjuangan kemerdekaan Papua Barat terus berlanjut meskipun menghadapi banyak tantangan. Meskipun Papua Barat resmi menjadi bagian dari Indonesia, aspirasi kemerdekaan tetap hidup dalam diri banyak orang Papua. Gerakan-gerakan kemerdekaan yang menuntut pengakuan atas hak-hak politik, budaya, dan sosial masyarakat Papua terus berlanjut.