Kelima, Kasus dugaan suap Banten Global Development (BGD). BGD merupakan Badan usaha milik daerah yang direncanakan menjadi salah satu embrio pembentukan Bank Banten. Sayangnya sebelum sempurna betul kelahirannya, telah terjadi peristiwa yang menciderai rasa keadilan masyarakat. Suap, kata yang tidak asing. Namun sungguh memalukan. Sesuatu yang memiliki tujuan mulia, kenapa harus di ciderai dengan suap. Yang menyuap dan disuap tentu sama-sama tidak memiliki idealisme dalam menjalankan visinya. Bila BGD yakin dengan tujuannya kenapa mesti melakukan suap. Juga kenapa bila ini demi kepentingan rakyat, sebagian oknum DPRD sampai hati menerima suap. Meski belum jelas putusan hukum bagi mereka yang terlibat dalam kasus ini, persoalan BGD kembali menunjukan lemahnya kontrol Rano terhadap jajaran di bawahnya.
Kegagalan yang setelah diuraikan ini menyadarkan kita, bahwa Rano belum mampu menjalankan amanah secara utuh. Namun demikian, masih ada waktu untuk melakukan perbaikan. Ibarat sedang melaksanakan ujian, ada waktu untuk remedial agar mendapatkan nilai lebih baik. Kegagalannya dalam konsolidasi politik, tidak serta merta harus membuat Rano berputus asa. Perbaiki lingkaran inti dalam pemerintahan. Beri ruang orang profesional dan bersih dalam menjalankan prioritas pembangunan.
Terakhir, sebagai seseorang yang pernah jadi seniman di bidang perfilman. Tentu Rano harus menjadikan politik terlihat indah. Mampu berperan sesuai arahan sutradara yang bernama rakyat Banten. Meskipun kata Nietsce, “Tak ada seniman yang mampu menerima kenyataan.” Namun, Rano kini tidak lagi berprofesi sebagai seniman. Rano adalah Gubernur kita semua. Yang perlu didorong untuk memperbaiki keadaan. Rano tidak boleh lari dari kenyataan. Ia harus mampu membalikan keadaan. Yakin lah bila benar ingin membangun Banten, menengoklah sebentar, masih banyak rakyat yang menjerit kelaparan. Bangunlah pusat perekonomian lebih banyak. Perbaiki infrastruktur dengan cepat. Pilih pejabat yang hebat dan tidak lambat. Niscaya kami menyebutmu pemimpin adil yang dirindukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H