Mohon tunggu...
Lyfe

Budaya Gotong Royong Desa Sambigede

24 Juni 2017   07:24 Diperbarui: 24 Juni 2017   08:40 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malang. Desa Sambigede merupakan desa berkembang yang masyarakatnya memiliki keanekaragaman profesi, salah satu mata pencaharian pokok sebagian warga Desa Sambigede adalah petani, dari berbagai macam tanaman ada tiga tanaman yang di tanam oleh petani Desa Sambigede, yakni padi, jagung, dan tembakau. Terdapat budaya unik yang selama ini dilakukan oleh masyarakat Desa Sambigede khususnya dalam penanaman tembakau, yakni budaya gotong royong antar petani tembakau.

Kehidupan desa memang tidak terlepas dari kehidupan yang tradisional, masyarakatnya terdiri dari kelompok sosial paguyupan yang mana rasa saling memiliki lebih diprioritaskan dari pada tingginya benevit. Salah satunya yaitu kelompok tani. Di Desa Sambigede terdapat kelompok tani yang dinaungi oleh pihak desa serta difasilitasi oleh pihak desa agar petani di Desa Sambigede lebih berkembang dalam hal pertanian.

KKN Universitas Negeri Malang yang bertempat di Desa Sambigede menyadari adanya local culture yang dilakukan oleh para petani tembakau didesa tersebut. Sikap gotong royong yang dilakukan oleh petani tembakau membuat kami sebagai mahasiswa merasa tertarik mempelajari sistem gotong royong yang dilakukan mereka, tembakau merupakan tanaman komoditi yang ada di Desa Sambigede namun bibit tembakau tidak bisa didapatkan didesa Sambigede, para petani harus membelinya dari daerah Blitar, salah satu kesulitan yang dialami  petani dalam penanaman tembakau yakni bibit yang akan ditanam harus segera ditanam tidak bisa ditanam pada hari berikutnya, dan tidak sembarang orang bisa menanam tembakau karena menurut informasi yang kami dapatkan dari petani tembakau, menanam tembakau itu gampang-gampang susah, salah sedikit saja tembakau itu akan layu dan mati, hanya para petani tembakau yang mengetahui cara menanam tembakau, sedangkan dalam sehari tanam membutuhkan minimal 20 orang untuk menanamnya tergantung luas sawah yang akan ditanami pula. Jika dalam sehari harus memperkerjakan orang untuk menanam tembakau akau membutuhkan biaya yang lumayan besar. Dari keadaan itulah muncul kesadaran dari para petani tembakau untuk melakukan penanaman tembakau degan sistem gotong royong.

Para petani tembakau bergiliran gotong royong dalam penanaman tembakau, hari ini bisa dilakukan di sawah milik A, besok giliran disawah milik B, yang sama-sama petani tembakau. Cara mereka mengumpulkan para petani tembakau untuk gotong royong cukup sederhana, petani yang ingin menenam tembakau di sawahnya mendatangi rumah masing-masing petani tembakau yang akan dimintai bantuan untuk melakukan gotong royong penanaman tembakau di sawahnya. Dan pemilik sawah hanya menyediakan konsumsi untuk para petani tembakau yang sedang bergotong royong menggarap sawahnya.

Kami KKN Universitas Negeri Malang yang berada di Desa Sambigede ikut secara langsung menyaksikan budaya gotong royong yang dilakukan dalam penanaman tembakau, kami terlibat didalamnya dan memperoleh banyak pengetahuan, yang mana dalam budaya gotong royong penanaman tembakau ini ada dua hal yang kami dapat yakni knowladge(pengetahuan) dan social(sosial). Menurut kami Saat knowladge dan social dilakukan bersamaan maka yang didapatkan adalah suatu keselarasan yang menimbulkan harmonisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun