Kasihmu udara hutan perawan. Getar rasa
pada mula hela nafas. Berkelindan
dengan urat nadiku. Jalin-menjalin
dalam jisimku. Dan di relung doaku,
masih namamu, yang berdegup lembut,
selembut kecupan cahaya pada batu.Â
Seperti jua sehelai daun, yang luruh
menari-nari diusung angin. Tiada gaduh ketika
merebah di permukaan telaga. Riak lirih bunyi,
sebagaimana cintamu. Sarat keheningan.
Jatuh bersama ribuan sunyi, sewaktu
menyentuh jantungku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!