Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Budaya dalam Perspektif Ideologi dan Kuasa

24 Februari 2023   00:13 Diperbarui: 25 Februari 2023   14:59 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertunjukan publik mengkritisi kerakusan manusia yang membabat hutan di Jember. Dokumentasi penulis

Artinya, kajian budaya bisa menjangkau praktik dan wacana kultural yang berlangsung dalam masyarakat dengan menggunakan model analisis dan riset yang ada dalam disiplin-disiplin tersebut untuk kemudian membongkar relasi-relasi kuasa yang ada di balik budaya.

Pembacaan kritis yang ajeg dan kontinyu terhadap wacana dan praktik budaya dalam masyarakat, mutlak dibutuhkan sehingga akan memunculkan kritik-kritik yang mampu menjadi pembanding dan pencerah kebekuan pemikiran dalam subjek-subjek sosial yang sudah terlalu lama terhegemoni kekuatan tertentu. 

Teks dan praktik budaya adalah permainan formasi diskursif yang tidak bisa lagi dipandang sebagai entitas netral (nir-politik atau nir-ideologi) karena kenyataannya, banyak kuasa yang selalu menggunakan medium kultural untuk menaturalisasi dan mendepolitisasi kepentingannya sehingga seolah-olah mewujud sebagai formasi sosio-kultural yang memang sudah seharusnya seperti itu. 

Budaya memang terlahir untuk mengatur dan menciptakan kehidupan masyarakat yang dibayangkan serba terlihat normal, tentram, dan terkendali. 

Namun, di balik semua itu, kuasa akan selalu bermain dan mengawasi setiap gerak masyarakat, seperti, meminjam istilah Foucault (1992: 84-89), sebuah panoptikon yang menjadikan subjek-subjek merasa terus diawasi sehingga akhirnya merasa perlu untuk berdisiplin dan menuruti wacana dan praktik kultural yang ada. 

Di sinilah letak urgensi dan signifikansi dari kajian kritis cultural studies untuk terus menghadirkan pembacaan dan kritik kultural, untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat, bahwa tidak semua praktik dan wacana kultural yang sudah dianggap mapan itu baik. 

Bahan Bacaan

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 1996. “Hubungan Patron-Klien di Sulawesi Selatan, Kondisi Akhir Abad XIX.” Prisma 6, Juni 1996. 

_______________.2006. Strukturalisme Lévi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press.

Althusser, Louis.1971. Lenin and Philosophy. New York: Monthly Review Press.

Roland Barthes.1983. Mythologies. New York: Hill and Wang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun