Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca-ulang Pascakolonialisme: Kritik Teori dan Implikasi Metodologis

18 April 2023   06:44 Diperbarui: 18 April 2023   10:06 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok musik yang terdiri dari warga Eropa dan pribumi menghibur anak-anak pekebun tembakau di Sukowono, Jember. Sumber: Digital Collection, Leiden University Libraries

Karena strukturalisme mengasumsikan keterhubungan antarperistiwa dan antarmakna ideologisnya, maka perbedaan-perbedaan yang terjadi tidak akan mengganggu keutuhan pengetahuan ideologis yang dihadirkan dalam struktur dunia naratif. 

Konsep keutuhan dalam strukturalisme inilah yang mendapatkan kritik dari pemikiran dekonstruksi Derridean. Namun, antara strukturalisme dan dekonstruksi sebenarnya bisa digunakan bersama-sama untuk melihat dinamika peristiwa dan permainan makna-makna ideologis yang tampak utuh, hancur, dan utuh kembali. 

Dalam kerangka dekonstruktif, perbedaan sekecil apapun penting untuk dijelaskan karena keberadaannya akan menghasilkan ketidakutuhan pengetahuan ideologis yang hendak disampaikan dalam struktur dunia naratif (Derrida, 1989, 1997; Norris, 2002; Zima, 2002; Miller, 2001; Fynsk, 2001). 

Kehadiran kearifan lokal dalam narasi, keluarga dan gotong royong misalnya, akan menghasilkan keragaman cara pandang subjek (tokoh naratif) dalam menyikapi persoalan yang ia hadapi di tengah-tengah modernitas kehidupannya. 

Ia yang semula memuja kebebasan individual dalam hingar-bingar kehidupan kota, misalnya, harus menghadapi masalah yang cukup serius yang membuatnya ditinggal oleh kawan-kawannya. Lalu, subjek kembali ke orang tuanya di desa dan bertemu dengan kawan-kawan masa kecilnya; masuk kembali ke dalam kehidupan komunal. 

Cara baca dekonstruktif akan memaknainya sebagai permainan bebas yang berpotensi menunda atau menghancurkan keutuhan struktur dan pengetahuan ideologis modernitas. Subjek bisa menggunakan kearifan tersebut dalam kehidupan modernnya yang tengah bermasalah, sehingga ia akan masuk dalam permainan bebas dan menjadi terbelah. 

Ia seolah-olah tidak sepenuhnya modern; hidup dalam ambivalensi dan hibriditas kultural. Namun, ketika subjek tersebut menggunakan kearifan lokal sebagai strategi untuk mendapatkan dukungan dari komunitas atau keluarganya demi mewujudkan-kembali hasrat dan impian modernnya, maka persoalan menjadi lain. 

Usaha tersebut menunjukkan bahwa yang menggerakkan subjek tetaplah modernitas dan individualisme; keluarga dan komunalitas desa sekedar menjadi pendukung. Dengan demikian, cara baca dekonstruksi berguna untuk membaca dinamika dan permainan makna yang seolah-olah menunda keutuhan struktur, tetapi sebenarnya tidak menghilangkan pengetahuan ideologis individualisme. 

Setelah membaca kompleksitas struktur dunia naratif dan pengetahuan-ideologis di dalamnya, kerja berikutnya adalah melakukan analisis relasional dengan konteks sosio-kultural-historis, yakni kondisi dan praktik ekonomi-politik yang berlangsung dalam masyarakat. 

Pengetahuan-ideologis individualisme bukan sebuah realitas netral. Artinya, pengetahuan-ideologis dalam struktur dunia naratif merupakan bagian dari formasi diskursif untuk menyebarkan gagasan neoliberal yang mengedepankan kebebasan, kemampuan, dan daya kompetisi individual di tengah-tengah mekanisme pasar. 

Untuk membaca kepentingan ideologis-politis di balik negosiasi individualisme, analisis relasional akan menghubungkannya dengan wacana-wacana yang berasal dari data-data penunjang, baik berita di media, artikel surat kabar/jurnal, foto (gambar) dari koran/majalah, dan lain-lain. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun