Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Melampaui Rasa Takut: Tiga Film Pendek Berlatar Timur Tengah

14 Desember 2022   15:53 Diperbarui: 8 Januari 2023   07:40 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si pianis bermain musik bersama anak-anak Yarmouk sebelum perang terjadi. Sumber: Trailer The Pianist of Yarmouk/Youtube

Selama berlangsungnya Perang Teluk, koalisi pimpinan Amerika Serikat, sangat berhati-hati di kota ini agar tidak menimbulkan kerusakan, khususnya untuk bangunan masjid. 5-19 Maret 1991, meledaklah perlawanan kelompok-kelompok Syi’ah di Karbala terhadap rezim Saddam Husein yang dianggap berlaku semena-mena (Karbala/Wikipedia). 

Pada 5 Maret, warga Syi’ah keluar rumah menggunakan senjata pisau dan tangan kosong menyerang pasukan pemerintah. Mereka juga merampas senjata dari tentara Partai Baath, serta berhasil mengambilalih RS al-Hussaini. Makam suci para imam menjadi markas perlawanan Syi’ah. Para pejuang Syi’ah juga membunuh anggota dan agen top Partai Baath serta membunuh staf gubernur. 

Kehancuran akibat akibat peristiwa Karbala. Sumber: wikishia.net
Kehancuran akibat akibat peristiwa Karbala. Sumber: wikishia.net

Kemenangan itu hanya berlangsung sehari, karena pada 6-11 Maret, pasukan loyalis Saddam menggunakan senjata berat, helikopter, dan tank untuk memberangus perlawanan tersebut. Mereka, bahkan, menyerang makam suci dan membunuh mayoritas warga yang berada di sana. Tentara menangkap dan membunuh para pemuda yang diduga ikut memberontak. 

Demikian juga para agamawan Syi’ah ditahan dan tidak pernah lagi terdengar kabarnya. Rezim Saddam Hussein benar-benar membunuh banyak warga Syi’ah dan meninggalkan mereka di jalanan serta melarang orang untuk menguburkannya. Tindakan tentara Saddam ini meninggalkan luka mendalam bagi warga. 

Film pendek, It’s Back Then, mengambil kondisi yang begitu menakutkan dan mencekam selama perlawanan komunitas Syi’ah di Karbala sebagai latarnya. Sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan mengalami masa-masa sulit di tengah-tengah berkecamuknya upaya tentara pemerintah untuk membereskan perlawanan warga Syi’ah. 

Mereka kesulitan bahan makanan dan air. Kondisi tersebut membuat sang istri marah kepada suaminya yang hanya diam di rumah sembari membuat memoar; entah apa yang sedang ia tulis. Ketika si istri mengajak anak perempuannya ke tempat penampungan, si suami masih berdiam di rumah, dicekam rasa takut untuk keluar, meskipun ia juga merasakan haus dan lapar. 

Menyadari bahwa istri dan anaknya membutuhkan air, si lelaki memberanikan diri untuk keluar rumah. Di sebuah jalan ia ikut berebut air dari mobil tangki bersama warga lainnya. Sayangnya, air dalam tangki pun habis. Namun, si suami tetap berusaha mendapatkan setetes demi setetes air yang keluar dari kran mobil tangki yang beranjak pergi.

Adegan di atas, meskipun tidak menghadirkan kengerian karena pembunuhan yang dilakukan tentara Saddam, berhasil memberikan gambaran betapa menyedihkannya kondisi warga biasa di tengah-tengah peristiwa politik-berdarah tersebut. 

Si suami dan para lelaki lain yang berebut air merupakan manusia-manusia yang berusaha mempertahankan dan memperjuangkan kehidupan di tengah-tengah penindasan yang dilakukan rezim. Perang ataupun konflik politik selalu saja menghadirkan tragedi bagi manusia-manusia yang tidak berdosa. 

Bukan hanya karena letupan senapan dan berondongan tank, tetapi juga karena kelaparan dan kehausan. Kemauan si suami untuk berjuang mendapatkan beberapa tetes air demi istri dan buah hatinya, dengan demikian, bisa dibaca sebagai kegigihan lelaki yang bertanggung jawab kepada keluarganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun