Menjaga harapan untuk hidup dalam ketidakmenentuan perang dan pengungsian menjadi kekuatan yang terus diperjuangkan. Dan, hanya dengan kekuatan itulah Aeham dan pengungsi lainnya bisa mengatasi banyak masalah. Hadiah terindah baginya adalah pertemuan kembali dengan istri dan kedua anaknya yang sempat tinggal di Damaskus.
Keahliannya bermain piano, nyatanya, menjadi “media spiritual” yang bukan hanya berfungsi untuk pemuas kerinduan Aeham untuk Yarmouk, tetapi juga untuk memelihara memori dan memperkuat kesadaran komunal di negeri baru. Aeham memainkan lagu sedih yang berkisah tentang Syiria yang dihancurkan.
Ingatan komunal warga Syiria di Jerman menjadi tersambung dan tetap terjaga karena meskipun berduka dengan kehancuran Syiria, sebagai subjek diasporik di negara Barat, mereka masih enggan menghapuskan ingatan komunal di kampung halaman.
Bagaimanapun juga, Yarmouk dan Syiria adalah keabadian yang akan selalu diingat melalui denting piano yang dimainkan Aeham serta peristiwa dan medium lainnya. Tidak mengherankan, Aeham banyak mendapatkan job pertunjukan di Jerman.
Lebih jauh lagi, apa yang menarik untuk dicermati dari film ini adalah pilihan medium simbolik bernama piano. Pasti banyak medium yang bisa digunakan untuk membincang kompleksitas permasalahan dan perjuangan para pengungsi Timur Tengah untuk survive di negeri induk baru.
Namun, dipilihnya piano yang biasa dimainkan Aeham bisa dibaca sebagai penekanan sinematik tentang signifikansi produk kebudayaan dalam memperkuat solidaritas, memelihara ingatan, dan menyemaikan semangat survival di tengah-tengah masyarakat induk.
Bagi Aeham dan warga diasporik di Jerman, piano dan permainan musikal merupakan proses berkebudayaan yang selalu menghadirkan makna-makna baru tentang harapan untuk menghidupkan kehidupan yang begitu menyedihkan dengan visi baru di negeri orang, tempat di mana mereka juga harus bersiasat dan beradaptasi dengan manusia, nilai budaya, masyarakat, dan konstitusi baru.
Meskipun demikian, mereka tidak mungkin melupakan semua peristiwa dan kenangan tentang Yarmouk dan Syiria, sehingga dalam lirik lagu kesedihan melihat hancurnya tanah air mereka begitu dominan.
Merawat kenangan, seburuk apapun, akan selalu menghubungkan mereka dengan keinginan sederhana untuk melihat tanah air dan kampung halaman lebih baik lagi; entah itu kapan. Setidaknya, dengan berkumpul sembari menikmati permainan piano dan lagu-lagu tentang Syiria, mereka masih disatukan oleh solidaritas dan kerinduan untuk kehidupan yang lebih baik.
Spritualitas Air dan Keikhlasan Berkorban untuk Sesama
Karbala, kota di utara Irak, diyakini sebagai salah satu tempat suci bagi komunitas Syi’ah karena di kota ini terdapat makam Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Setiap tahun warga Syi’ah melakukan ritual suci di Karbala.