Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Melampaui Rasa Takut: Tiga Film Pendek Berlatar Timur Tengah

14 Desember 2022   15:53 Diperbarui: 8 Januari 2023   07:40 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Yarmouk menderita akibat perang. Sumber: Trailer The Pianist of Yarmouk/Youtube

Bisa dikatakan, ketakutan stereotip ini merupakan kewajaran karena setiap ibu pasti tidak menginginkan anak yang sudah dikandung, dilahirkan, dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan welas asih mengalami peristiwa buruk. Eksploitasi ketakutan ini menghadirkan representasi esensial seorang ibu yang tidak bisa menolak kesedihan akan sebuah kemungkinan untuk kehilangan. 

Ibu Mary meminta informasi terkait putranya. Sumber: Trailer Mary Mother/Youtube
Ibu Mary meminta informasi terkait putranya. Sumber: Trailer Mary Mother/Youtube
Namun, sineas film ini tidak ingin berhenti pada penggambaran esensial tersebut. Ibu adalah kekuatan yang berusaha melampaui ketakutan, kesedihan, dan, bahkan, kemarahan di balik semua peran domestik yang ia mainkan dalam kehidupan rumah tangga. 

Kekuatan Ibu Mary adalah sebentuk ketulusan yang bisa mengatasi semua hambatan dan tantangan selama perjalanan panjang untuk menemukan si buah hati. Seorang diri ia memutuskan untuk menemukan anak lelakinya.

Setelah melalui perjalanan panjang, Ibu Mary bisa bertemu putranya yang mengalami luka dan harus mendapatkan perawatan intensif di atas bus tua oleh salah satu warga lelaki yang menemani para tentara Taliban. Meskipun sempat mendapatkan rayuan dari pemimpin tentara Taliban, Ibu Mary tetap bertahan demi bisa menemani buah hatinya. 

Apapun yang terjadi, ia harus berada di sisi putranya. Peran esensial yang mengharuskan perempuan selalu siap untuk anak-anaknya menjadikan adegan-adegan di dalam bus semakin, setidaknya, menawarkan wacana “kehebatan seorang ibu” dihadirkan melalui rangkaian adegan naratif tersebut. Kesadaran sinematik tersebut merupakan politik representasi yang dijalankan oleh sineas. 

Ibu Mary mengenakan burkah, menenemani putranya yang terluka di dalam bus dalam pengawasan Taliban. Sumber: Trailer Mary Mother/Youtube
Ibu Mary mengenakan burkah, menenemani putranya yang terluka di dalam bus dalam pengawasan Taliban. Sumber: Trailer Mary Mother/Youtube
Hal itu diperkuat dengan adegan terakhir yang meskipun terkesan terlalu mudah, si lelaki muda yang menolong anak Ibu Mary berhasil mengendalikan dan membawa kabur bus ketika para tentara Taliban sedang sholat. Namun, narasi tersebut menyiratkan adanya sebuah harapan yang harus diperjuangkan dalam kondisi peperangan.  

Dalam sejarah Afghanistan, kehadiran rezim Taliban memang cukup mengerikan. Keberhasilan mereka merebut kendali negara dari pemerintah sah menyebabkan banyak kengerian dan tragedi kemanusiaan. Perempuan keluar rumah harus mengenakan penutup muka dan harus ditemani oleh suami atau muhrimnya. 

Dalam banyak kasus, ketika mereka keluar sendirian, akan mendapatkan hukuman. Yang lebih mengerihkan, mereka dilarang bersekolah di sekolah publik sehingga akses terhadap pendidikan benar-benar dimatikan. Kondisi menyedihkan tersebut tidak harus menjadikan para perempuan berada dalam lingkaran kengerian terus-menerus tanpa bisa melakukan apa-apa. 

Tentara Taliban memeriksa sebuah rumah. Sumber: Trailer Mary Mother/Youtube
Tentara Taliban memeriksa sebuah rumah. Sumber: Trailer Mary Mother/Youtube
Pasrah kepada kondisi merupakan pilihan filosofis yang bisa mengamankan tubuh, tetapi tidak dengan pikiran dan batin para perempuan. Ketika pikiran dan batin tidak pernah bisa merasakan kemerdekaan, di saat itulah jaminan fisik oleh rezim Taliban sebenarnya membunuh kualitas kemanusiaan perempuan Afghanistan. 

Berada dalam konteks historis tersebut, pilihan sinematik Mary Mother merupakan tawaran wacana kepada warga Afghanistan dan warga negara lain yang mengalami kondisi serupa tentang perjuangan perempuan sebagai sebagai ibu yang berfungsi secara esensial-strategis. 

Ibu Mary, dengan demikian, adalah nyala kehidupan yang tidak boleh dikalahkan oleh kekuatan apapun yang hendak mendominasi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun