Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Mahar Perkawinan di NTT dalam Film Dokumenter "Nokas"

5 Desember 2022   14:32 Diperbarui: 6 Desember 2022   20:29 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah mem-browsing beberapa berita di internet sebagai upaya mendapatkan informasi awal tentang film Nokas (2016), sebelum menontonnya, muncul sebuah kekhawatiran kalau-kalau film dokumenter tentang usaha seorang pemuda bernama Nokas ini akan terjebak dalam perspektif orientalisme.  

Meskipun dibuat oleh sutradara asli Nusa Tenggara Timur (selanjutnya disingkat NTT), Manuel Alberto Maia, tidak menutup kemungkinan akan hadir gambar-gambar atau percakapan-percakapan yang mengarah kepada menjelekkan secara stereotip subjek dan adat etnis di NTT. 

Hal itu bisa terjadi karena Abe, sebagai sutradara, adalah subjek hibrid dalam hal wacana dan keilmuan karena jenjang pendidikan modern yang ia tempuh. Artinya, dengan wacana emansipatoris yang ia perolah, sangat mungkin Abe memasukkan proyeksi modern terkait permasalahan adat yang kalau tidak hati-hati bisa memosisikan Timur sebagai subjek yang jelek secara stereotip. 

Meskipun masih ada beberapa adegan yang menghadirkan masyarakat dan ruang lokal yang memancing gelak tawa penonton, tetapi itu semua bisa diatasi secara naratif, khususnya melalui teknik visualisasi dan pengadeganan yang bergerak dengan cepat dan tidak mengeksploitasi permasalahan tentang hal-hal yang buruk dari masyarakat.

Lebih dari itu, keunggulan Nokas secara naratif dan diskursif adalah struktur film yang banyak memasukkan "fragmen-fragmen yang mengusung celetukan nakal" khas orang-orang dusun dalam menanggapi permasalahan yang sebenarnya kompleks karena terkait dengan perubahan sosio-kultural. 

Kombinasi antara permasalahan perjuangan Nokas untuk mengusahakan belis, mahar nikah untuk pengantin perempuan dan keluarganya, serta fragmen-fragmen nakal menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Karena sebagai produk dokumenter dengan pendekatan observasional, Nokas mengusung persoalan kultural yang bisa ditelaah dengan beragam perspektif. 

Kerangka konseptual habitus dan dominasi Bordieu untuk pemahaman jender dan budaya bisa menjadi pintu masuk untuk menelaah permasalahan sederhana-tapi-kompleks yang disajikan dalam film ini. Pemikiran Bordieu tentang habitus dan dominasi masih kontekstual digunakan membincang persoalan jender dalam masyarakat. 

Haryatmoko (2016) menjelaskan bahwa habitus merupakan hasil keterampilan yang menjadi tindakan praktis (tidak harus selalu disadari) yang kemudian diterjemahkan menjadi suatu kemampuan yang kelihatannya alamiah dan berkembang dalam lingkungan sosial tertentu.

Habitus ini, dalam kehidupan sebuah komunitas, bisa menjadi kepatuhan yang sudah biasa terhadap ritme kolektif untuk mengatur individu-individu dalam kehidupan sosial. Dalam tradisi masyarakat NTT, belis bisa diposisikan sebagai habitus yang mewujud dalam bentuk adat terkait pernikahan. 

Sebagai habitus turun-temurun, pemberian belis memang memberatkan, tetapi bagi warga hal itu sudah lumrah. Meskipun seringkali membebani, warga yang ingin menikah seperti kurang afdol kalau tidak membelikan belis. Tradisi ini sudah menjadi konsensus bagi masyarakat, sehingga implikasi politis dan ideologis terhadap perempuan dan lelaki dipandang sebagai sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun