Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Opera Watu Jubang, Krisis Ekologis dalam Tatapan Kreatif Remaja

9 November 2022   04:53 Diperbarui: 10 November 2022   16:26 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan menanam bibit tumbuhan. Dokumentasi penulis

Agar mempermudah pemahaman warga masyarakat, OWJ menghadirkan adegan dan gerak tari sederhana yang menggambarkan masa lalu. Puluhan perempuan remaja bermain di pinggir hutan. Sambil menembangkan lagu anak-anak, mereka menari dengan riang dalam gerakan-gerakan sederhana. Tidak ada beban. Penggambaran seperti ini tentu saja sudah sangat jarang terjadi di era peradaban digital saat ini. 

Para perempuan remaja menari dan menyanyi bersama. Dokumentasi penulis
Para perempuan remaja menari dan menyanyi bersama. Dokumentasi penulis

Remaja perempuan desa tentu sudah semakin jarang yang bermain-main bersama sembari menyanyikan lagu anak-anak. Bagaimanapun juga mereka adalah individu-individu yang sudah mengenyam modernitas dalam beragam bentuknya, dari pendidikan, tontonan televisi, fashion, gadget, kosmetik dan yang lain. 

Saya membaca penghadiran adegan ini sebagai upaya untuk memanggil-kembali ingatan publik. Warga, khususnya generasi tua dan warga yang berumur 50 tahun ke bawah, yang hadir dalam BBGM 2018 diajak mengingat kembali pesona alam dan budaya desa yang dulu pernah mereka rasakan dan jalani sebagai manusia yang tumbuh dalam kesederhanaan. 

Sebagai bentuk pengingat adegan ini berusaha membangun empati dan ingatan bahwa ada ragam budaya yang perlahan-lahan hilang ketika relasi manusia dengan lingkungan semakin keluar dari jalur harmoni berbasis kebutuhan hidup yang sewajarnya. Ancaman akan hilangnya budaya masyarakat ini memang tidak terasa karena hadirnya nilai dan praktik budaya modern yang lebih menyenangkan. 

Namun, untuk kepentingan warga, musnahnya sebagian tradisi agraris-hutan akan mengurangi kebersamaan yang mengikat mereka. Di sinilah kejelihan Jeni selaku sutradara di mana ia memainkan peristiwa kultural sederhana yang mampu mengajak publik yang hadir untuk sejenak mengingat tradisi yang hilang dalam gelombang perubahan zaman.

Musnahnya sebagian wilayah hutan memang tidak bisa dilepaskan dari kerakusan eksploitatif manusia, baik yang mengatasnamakan perusahaan pemegang HPH ataupun aktivitas-aktivitas perkebunan serta pertanian yang kurang responsif terhadap kelestarian lingkungan. 

Para lelaki mengusik kedamaian di pinggir hutan. Dokumentasi penulis
Para lelaki mengusik kedamaian di pinggir hutan. Dokumentasi penulis

Dalam OWJ kondisi itu digambarkan dengan hadirnya para penebang yang secara rakus menebangi pohon-pohon di hutan. Ilustrasi musik gergaji mesin mengindikasikan bahwa perusak utama dari ruang hidup bagi satwa dan fauna di hutan adalah para pemodal besar atau pemilik perusahaan yang hanya ingin mengeruk keuntungan. 

Kita tahu di Indonesia, sudah menjadi rahasia umum, bahwa penguasaan atas hutan yang diharapkan mampu menjadi paru-paru bumi dinikmati oleh pemodal-pemodal besar dan oknum-oknum tertentu dari elit politik. Demikian pula pertambangan dan perkebunan. 

Artinya, Jeni, Iral, dan semua pelaku OWJ berusaha membangun keberpihakan bahwa bukanlah para petani dengan lahan sangat terbatas di hutan yang harus disalahkan terus-menerus apabila ada kebakaran atau bencana, tetapi pemodal besar dan elit-elit politik di negeri ini yang dengan sengaja mengeksploitasi hutan untuk kepentingan bisnis mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun