Kalau mendung masih memeluk imajinasimu, sampaikan sejumput senyum anak-anak yang tetap setia memperjuangkan harapan. Di antara ketidakmenentuan yang diputuskan dalam percumbuan di pusat-pusat peradaban, anak-anak itu masih setia mengumpulkan keping demi keping rezeki dalam pelukan gelombang.Â
Dunia ini bukanlah kebaikan untuk semua yang selalu indah. Dunia ini bukanlah harum surgawi yang diturunkan para malaikat dalam sekejap. Dunia ini adalah lalu-lalang kapal, pulang-pergi manusia, hembusan angin samudra, dan pusaran-pusaran di selat yang menyuguhkan kisah silih berganti dalam takjub dan takut.Â
Anak-anak Ketapang. Anak-anak Gilimanuk. Merawat cinta dalam perhitungan tubuh, bising mesin, pertaruhan semesta tak pernah lelah merekam. Bukan untuk kekayaan, tentu. Sebuah hidup tak pantas dipasrahkan kepada penguasa yang masih menghitung angka-angka dalam capaian melimpah.Â
Antara Ketapang-Gilimanuk, 29 September 2022
KIDUNG KAMBOJAÂ
Cahaya timur masih mencumbu otakku ketika semerbak harum kamboja menari dalam frekuensi inderawi. Ini pagi menubuhkan doa-doa kecil di tepi ranjang bersama suara prenjak dan senyum bukit yang masih terjaga. Sebuah pertemuan dan ikrar melukis indah senyum yang diperjuangkan tahun demi tahun.Â
Aku bungkus kidung kamboja untuk harapan yang akan dilakoni sepanjang hayat. Sebuah ikatan batin adalah perjuangan suci yang terus disemaikan bersama banyak cerita, menuju masa depan yang tak pernah diketahui. Maka, izinkanlah satu demi satu sesajen dan mantra menemanimu dalam merangkai bahagia.Â
Tejakula, Buleleng, 30 September 2022Â
MELEPAS GILIMANUKÂ
Kapal-kapal memungut impian mereka yang ingin membahagiakan orang-orang tercinta. Ada rindu untuk selalu kembali ke tanah para dewa, tetapi senyum indah di depan pintu selalu memanggil. Gunung-gunung pun merapal mantra, merayu kehendak Sang Gusti, demi perjumpaan sederhana memagut harapan.Â
Sejenak melepas Gilimanuk adalah perpisahan sementara, karena selalu ada hati untuk perjuangan hidup dalam hiruk-pikuk orang menemukan bahagia. Kembang, kidung, mantra, dan tari adalah logika yang menggerakkan sendi-sendi tubuh dalam pencarian demi pencarian atas nama bahagia yang tak mungkin ditunda untuk orang-orang terkasih.Â
Maka, ke Gilimanuk mereka pasti akan kembali; meninggalkan sejenak mata rantai keindahan di rumah yang selalu menunggu, demi sebuah pertautan rasa yang terus diupayakan melintasi zaman.Â
Selepas Pelabuhan Gilimanuk, 30 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H