Siapakah Mbah Kucur? Masih menurut cerita lisan, Mbah Kucur adalah seorang prajurit dari Mataram Islam yang mengawal atasannya, Pangeran Puger, yang bertirakat di kawasan Watangan sebelah barat. Peristiwa itu terjadi pada sekitar abad ke-18. Mbah Kucur ditemani dua temannya, Mbah Pancer Jenggot dan Mbah Sindu Pramo.Â
Selain makam Mbah Kucur, terdapat pula makam Mbah Tanjung dan Mbah Srampon. Ketiga petilasan tersebut sering dikunjungi para peziarah yang ingin memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Bahkan, banyak di antara mereka yang membuat ritual (slametan) yang diakhiri dengan mandi di Kucur.Â
Sementara, dari makna kebahasaan, kata "Kucur" bisa jadi berasal dari kata "ngucur" yang bermakna mengalir terus tiada henti-hentinya. Ini masuk akal karena di atas kolam pemandian, terdapat sumber yang airnya mengalir sepanjang tahun, tak pernah berhenti. Air dari sumber tersebutlah yang mengalir ke kolam.Â
Terlepas versi mana yang benar tentang asal-muasal nama Kucur, apa yang tidak bisa disangkal lagi adalah kawasan ini menjadi sangat populer sejak era Belanda hingga saat ini. Airnya yang berasal dari sumber dan kawasan perbukitan yang dihuni oleh banyak satwa dan fauna endemik, mendorong Belanda untuk menjadikannya cagar alam.Â
TEMPAT IDOLA RAKYAT KEBANYAKAN
Apa yang cukup menarik dari pemandian alam yang sangat sederhana ini adalah air sumber yang terus mengalir ke kolam, tanpa henti. Sumber tersebut berasal dari air bawah tanah dari kawasan karst Watangan.Â
Banyaknya pohon-pohon besar di Watangan merupakan faktor utama terus mengalirnya air dari sumber. Akar-akar pohon besar sangat efektif dalam menyimpan air.