Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kisah Botol Plastik dalam Pertunjukan Teater "Anatomi Botol"

7 Agustus 2022   04:00 Diperbarui: 22 Oktober 2022   05:42 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua aktor mengenakan galon air. Dok. penulis

Ada kalanya pula mereka menjadi subordinat yang tidak berdaya ketika ratusan botol tersebut menjadikan mereka seperti para subjek yang kurang atau tak bermakna karena komposisi dan suara berisik botol menjadikan ruang pertunjukan dikendalikan oleh nalar ke-botol-an. 

Sebagai budaya material yang diciptakan dalam laku teatrikal (keseluruhan proses persiapan pra dan saat pertunjukan), kumpulan botol plastik tersebut memiliki komposisi, peran dan fungsi, representasi dan wacana, serta logika kehadiran yang bisa ‘membunuh’ kekuatan, efektivitas, dan kecepatan gerak para aktor. 

Bahkan, seperti saya singgung di paragraf awal, suara-suara verbal personal maupun komunal para aktor harus direlakan menghilang dalam gugusan makna simbolis dan wacana yang bisa dihadirkan dari kehadiran botol-botol itu.  

Tentu, ‘pembunuhan’ atau ‘peniadaan’ para aktor oleh ulah botol plastik bukanlah bentuk kekalahan subjek manusia oleh subjek material. Dalam struktur pertunjukan kondisi ini menandakan bahwa subjek aktor manusia tidak harus selamanya menguasai arena bermain, mengalahkan properti yang mereka hadirkan sekedar sebagai teman pemanis. 

Subjek material-mati seperti botol plastik, senyatanya, bisa dihidupkan untuk membangun logika panggung yang menegaskan kemenyatuan mereka dengan manusia serta kemampuan mereka untuk bersaing dengan manusia. Tentu hal ini tidak sulit dicari rujukannya dalam kehidupan sehari-hai. 

Bukankah kehadiran benda-benda mati seperti android telah dan tengah menjadi kekuatan hegemonik yang mengendalikan nalar, imajinasi, dan impian makhluk bernama manusia? 

Terlepas dari konteks tersebut, ‘kehidupan’ ratusan botol dalam pertunjukan Gelanggang, sejatinya, adalan penanda kebebasan dan keberanian eksploratif para pelaku dalam komunitas ini dalam meliarkan cara pandang yang menghubungkan kerja-kerja teater dengan tumpukan material sehari-hari yang belum banyak dieksplorasi.

Eksplorasi ke-botol-an dalam permainan teatrikal ini bisa dikatakan sebagai kritik terhadap kebiasaan para pegiat teater yang masih suka memasang properti panggung sebagai “tempelan”. 

Material-material yang ada dalam kehidupan bisa menjadi bagian integral dalam laku pertunjukan karena bisa dimainkan, dimaknai, atau dijadikan aktor sehingga tidak hanya menjadi properti pasif yang berguna untuk mempercantik panggung. 

Gugatan-gugatan kreatif seperti itulah yang perlu terus dicari oleh para pegiat teater, sehingga mereka tidak hanya menghadirkan material-material yang sudah biasa ke atas panggung sekedar sebagai pelengkap.

WACANA SUBVERSIF TERHADAP KONDISI KONTEKSTUAL 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun