Enam penari perempuan menyemarakkan suasa pembukaan acara sambutan. Para penari yang berasal dari Sanggar Seni Sotalisa tersebut menarikan tati Lenggang Jember.Â
Tari ini menggambarkan keragaman etnis, budaya, dan religi masyarakat Jember sebagai akibat proses historis dari era kerajaan, kolonial, hingga saat ini.Â
Makna keragaman tersebut diwujudkan dalam rancak gerak tari yang menyerap kekayaan gerak Jawa, Madura, Eropa, dan yang lain. Kelincahan dan kegembiraan para penari menghadirkan suasana budaya Jemberan yang begitu semarak dan dinamis.Â
Selain dalam wujud gerak, keragaman tersebut disuguhkan dalam wujud ilustrasi musik digital yang mengkolaborasikan rancak suasana musikal Madura, Jawa, Eropa, dan yang lain.Â
Sajian tarian berikutnya adalah tari Gambyong Marikangen yang dipersembahkan oleh para penari perempuan dari UKM Kesenian Universitas Jember.Â
Dengan busana kombinasi hijau tua dan kuning, para dengan khidmat dan seksama menyampaikan ajakan untuk selalu bersyukur atas bermacam karunia Tuhan untuk manusia dalam kehidupan. Ilustrasi musik Jawa yang lumayan lambat terdengar kontras dengan suara debur ombak laut selatan.Â
Meskipun demikian, kontras tersebut menghasilkan komposisi yang bertubrukan tetapi tetap enak didengar.Â
Bagi saya, sajian indah kedua tari tersebut semakin sempurna dengan background pulau-pulau karang, biru air Samudra Indonesia, dan debur ombak yang membentuk komposisi estetik alamiah.Â
Pilihan untuk tidak menambahkan aspek dekoratif apapun di atas panggung sangatlah tepat, karena para penonton dan tamu undangan bisa menikmati sajian koreografis sekaligus keindahan pemandangan pantai dan laut. Pasir putih yang ditaburkan di atas panggung juga memberi kesan para penari tidak menari di atas panggung, melainkan langsung di atas pasir putih.Â