Termasuk kepada ikan dan penghuni laut lain yang berkontribusi penting bagi kehidupan.Â
Harapannya, masyarakat tetap memelihara pengetahuan tentang Nyi Roro Kidul ataupun peri samudra sebagai kerangka berpikir dan bertindak agar tidak eksploitatif dan tidak merusak laut.Â
Jadi, kehadiran mereka dalam dongeng sehari-hari ataupun figur dalam ritual sejatinya sebagai upaya naratif untuk terus mengingatkan masyarakat tentang relasi harmonis yang harus dibangun dengan kekuatan-kekuatan yang ada di alam raya.
Satu adegan ketika hapsari menari dan menyambut rombongan Kepala Desa Lojejer bisa ditafsir sebagai ajakan kepada penguasa dari pusat hingga daerah untuk selalu meluruskan niat dan tindakan dalam memanfaatkan alam, termasuk laut dan segala isinya.Â
Kalau penguasa hanya mengejar keuntungan ekonomi, maka masyarakat yang akan menanggung penderitaan akibat eksploitasi alam yang menyebabkan krisis ekologis.
Sementara, ritual di tepi pantai yang dilakukan dalam tradisi Jawa dengan kelengkapan sesajen dan doa bertujuan untuk memohon kepada Tuhan Yang Mahapenguasa untuk selalu memberikan kebaikan kepada warga nelayan dan semua yang bekerja di sektor kelautan.Â
Selain itu, doa juga memohon agar Tuhan memberikan kekuatan kepada para wakil dan makhluk yang ditugaskan untuk menjaga samudra agar mereka bisa terus mengawal kelestarian laut dan kemelimpahan kebaikan darinya.Â
Dengan pemahaman demikian, manusia menempatkan dirinya sebagai makhluk yang juga harus menghormati makhluk-makhluk lain yang mendapatkan tugas khusus dari Tuhan terkait kelestarian lingkungan.Â
Cara pandang tersebut membawa implikasi berupa upaya manusia untuk selalu berusaha menjalani kehidupan dengan tidak menekankan nalar eksploitatif dan menempatkan makhluk hidup lain serta semua penghuni semesta sebagai subjek yang harus diposisikan setara.Â
Manusia, pada dasarnya, mendapatkan paling banyak dalam kehidupan ini. Masa demi masa, alam selalu menghadapi ancaman dari nalar dan tindakan eksploitatif mereka, dari masa teknologi sederhana hingga teknologi canggih.Â
Atas nama modernisme, manusia selalu berusaha menaklukkan alam dengan semua sumber daya yang ada. Apa yang terjadi kemudian adalah krisis ekologis sebagai ancaman global.Â