Bendung yang tersebar di banyak wilayah Jember, masih berfungsi dengan baik hingga saat ini. Prinsip kerjanya, aliran sungai dari gunung dibendung untuk kemudian dialirkan ke banyak kanal menuju lahan pertanian, tetapi tetap ada aliran ke jalur sungai alamnya.Â
Meskipun dibendung, air tidak membutuhkan kolam penampungan besar seperti waduk, karena mekanisme alirannya dikelola dengan teknologi canggih pada zamannya, sehingga setelah singgah sejenak air langsung dialirkan melalui kanal-kanal buatan.
Salah satu bendung warisan Politik Etis pemerintah kolonial Belanda di Jember yang masih beroperasi dengan baik adalah Bendugn Pondok Waluh yang mengairi 7000 ha lebih hektar sawah di wilayah Kencong, Gumukmas, Jombang.Â
Bendung yang terletak di Desa Pondok Waluh Kecamatan Kencong ini mengelola air sungai yang berasal dari kawasan pegunungan Tanggul bagian utara.Â
Setelah masuk bendung, air sungai dipecah menjadi tiga aliran, dua kanal buatan dan satu aliran alami.Â
Dua kanal buatan itu dihubungkan dengan banyak saluran irigasi kecil ke lahan pertanian. Dengan tersedianya air tersebut, para petani tidak perlu bingung lagi untuk menggarap lahan mereka di musim kemarau.
Menurut informasi seorang kawan, Setyo Hadi, para pekerja yang mengerjakan proyek Bendung Pondok Waluh banyak berasal dari Trenggalek dan sekitarnya.Â
Keberadaan mereka membentuk desa baru seperti Pondok Waluh dan Wringinagung sebagai wilayah pemukiman. Karena banyaknya warga Trenggalek yang dimakamkan, kuburannya pun disebut kuburan Galek.