Kalau kita sudah sampai di batas kota, dusun itu tak lama lagi akan tersenyum. Bersama sajak-sajak ikhlas melepaskan kata-kata, ia menyiapkan jamuan kecil untuk kita yang selalu menikmati rindu dan cinta dalam setiap perjalanan pulang. Di sanalah, ada dongeng dilipatgandakan orang-orang yang selalu ingin menemani cucu-cucu mereka, membelai dan menyuapi anak-anak mereka.Â
Siang di batas kota, tak perlu kita titipkan bisikan kepada angin dari tambak-tambak membentangkan sejarah pengabdian manusia. Karena, tak lama lagi, dusun akan tersenyum dan memuaskan cerita perjalanan dari masa kini menembus masa lalu senantiasa terjaga, meskipun ribuan purnama bukanlah kebohongan.
Dusun Sambiroto, Lamongan, 28 April 2022
SENYAP DI TENGAH HUTAN JATI
Ini bukan tentang jalan makadam di kala hujan, ketika para pencari kayu bakar harus memperjuangkan sepiring nasi untuk keluarga mereka. Ini bukan tentang pidato di mimbar suci, ketika para pencuri kayu jati tak ingin anak-anak mereka tak bisa bersekolah. Ini bukan tentang kepasrahan mencekam sebuah nasib, tetapi impian yang dibawa berlari bersama hujan dan kulit-kulit jati mulai melapuk.Â
Orang-orang di ujung dusun merawat sepenuh kasih, permintaan demi permintaan para penguasa, meskipun kurang adalah dongeng lama selalu saja diulang demi kebahagiaan secuil manusia katanya berderajat, terhormat dalam jejak-jejak kereta kencana yang ingin selalu dibawa ke dalam catatan masa kini.Â
Namun, orang-orang di ujung dusun adalah senyap tak pernah diam dalam kekalahan demi kekalahan, karena permainan di garis tepi mengalirkan energi sang bumi yang selalu memeluk kesetiaan dan keberanian.Â
Hutan jati selatan Dusun Randubolong, Lamongan, 29 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H