Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ekodramaturgi: Krisis Ekologis dalam Tatapan Teater

24 April 2022   07:13 Diperbarui: 24 April 2022   21:40 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertunjukan Walking Legs (Fatric Bawong, 2018) di komunitas nelayan Jamestown. Dok. performingwater.org

Ekodramaturgi memungkinkan kita, pertama-tama, memeriksa pesan ekologis yang seringkali bersifat implisit dari sebuah pertunjukan, sehingga kita bisa mengungkap ideologi apa yang dikonstruksi di dalamnya serta implikasi ekologisnya terlihat. 

Hal ini menjadi ranah kritikus ataupun peneliti teater untuk mengungkap wacana-wacana terkait permasalahan lingkungan yang mungkin dikonstruksi dalam sebuah pertunjukan. 

Ketika di sebuah negara atau wilayah tertentu para pelaku teater kurang peka terhadap permasalahan lingkungan yang mengancam kehidupan manusia dan masyarakat, para kritikus bisa mengingatkan dengan tulisan bernas yang bisa menggugah kesadaran para pelaku.

Kedua, kita bisa memanfaatkan teater sebagai metodologi untuk mendekati masalah lingkungan kontemporer. Para penggiat teater bisa melakukan pembacaan dan observasi terhadap kondisi kawasan tempat mereka tinggal, terutama yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan dan bagaimana kondisi dan respons masyarakat sebagai basis material untuk menulis lakon dan memproduksinya ke atas panggung. 

Dengan observasi mereka bisa menemukan idiom-idiom atau material khas yang masuk dalam memorik publik, sehingga ketika dipentaskan, warga masyarakat bisa menghubungkan apa-apa yang disajikan dengan permasalahan yang mereka hadapi.

Ketiga, kita bisa mengkaji bagaimana teater sebagai karya material menciptakan jejak ekologisnya sendiri dan bekerja baik untuk mengurangi polusi yang disebabkan manusia maupun menemukan pendekatan baru dalam praktik material. 

Tentu ini membutuhkan kerja sama berbagai pihak, para penggiat, kritikus, dan penikmat/masyarakat. Memang, kalau bicara manfaat untuk mengurangi polusi ekologis tidak bisa langsung dirasakan ketika pertunjukan berlangsung. 

Pertunjukan Rising (Marina Abramovic, 2018) yang membawa pesan tentang air. Dok. performingwater.org
Pertunjukan Rising (Marina Abramovic, 2018) yang membawa pesan tentang air. Dok. performingwater.org

Namun, dengan isu ekologis yang intens dalam pertunjukan teater pada sebuah masa, kita bisa melihat bagaimana para penonton yang merupakan anggota masyarakat mengubah cara pandang dan tindakan mereka terkait lingkungan hidup. Ini terutama terkait dampak wacana yang dikonstruksi dalam pertunjukan.

Sebagai lensa kritis, ekodramaturgi mengkaji peran teater dalam menghadapi krisis lingkungan yang meningkat dari waktu ke waktu akibat ulah manusia, mengedepankan telaah ekologis material yang direpresentasikan di atas panggung. 

Sebagai komponen produksi teater, ekodramaturgi membantu menguraikan makna sebuah drama di masa lalu dan apa artinya bagi penonton kontemporer, sehingga menginformasikan keputusan tentang bagaimana atau apakah akan memproduksinya hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun