Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Budaya Teras Rumah

21 April 2022   05:33 Diperbarui: 23 April 2022   03:49 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati kopi dan jajanan tradisional di teras rumah. Dokpri

Berdiskusi dengan kawan di teras. Dokpri
Berdiskusi dengan kawan di teras. Dokpri
Kopi, teh, dan jahe menjadi minuman favorit untuk berbincang. Camilan seperti tempe dan tahu goreng, kedelai edamame rebus, pisang goreng, buah-buahan atau talas rebus menjadikan diskusi berlangsung gayeng. Diskusi yang mengalir tentu bisa memunculkan ragam alternatif pemecahan masalah bersama.  

Dari diskusi di teras sering juga muncul gagasan untuk membuat kegiatan budaya bersama para seniman. Ini menjadi bukti bahwa banyak aktivitas kultural yang berasal dari teras rumah. 

Menariknya, kegiatan-kegiatan budaya berskala sedang dan besar seringkali muncul dan dimatangkan dalam perbincangan santai di teras rumah. Suasana kekeluargaan yang guyub dan rukun, memungkinkan keluarnya ide-ide kreatif dari perbincangan di teras. 

Artinya, aktivitas kultural di teras rumah berupa perbincangan dengan kawan/kolega bisa menghasilkan even budaya yang berasal dari teras rumah. 

Sebuah ruang peralihan dari luar menuju dalam rumah atau sebaliknya mampu memroduksi banyak aktivitas kultural, asalkan kita mau memanfaatkannya dengan baik. 

Sarapan ditemani anakan aglonema di teras. Dokpri
Sarapan ditemani anakan aglonema di teras. Dokpri

Bukan mewah atau sederhananya teras yang akan menentukan tumbuhnya aktivitas kultural, tetapi kemauan dan kemampuan kita untuk memaknai teras sebagai situs/ruang memiliki dan menghasilkan bermacam makna dan peristiwa. 

Semewah apapun sebuah teras, kalau kita hanya menjadikannya sebagai material semata, tidak akan tumbuh makna-makna kultural yang membahagiakan.

Dari penjelasan sederhana di atas, tidak terlalu salah kiranya kalau saya mengatakan bahwa kesempatan untuk melakukan aktivitas kultural di teras rumah merupakan kemewahan. Mengapa demikian? Tidak semua individu bisa memiliki waktu cukup untuk sekedar ngopi di teras, baik seorang diri, bersama anggota keluarga ataupun kawan. 

Manusia masa kini yang harus mengikuti jadwal pekerjaan yang cukup ketat atau harus mengejar waktu di transportasi umum seringkali tidak berkesempatan untuk menikmati suasana santai di teras rumah yang mereka bangun dengan uang hasil dari pekerjaan. 

Menikmati paket lengkap: sarapan, kopi, dan teh kembang telang. Dokpri
Menikmati paket lengkap: sarapan, kopi, dan teh kembang telang. Dokpri
Kesempatan untuk berbudaya di dan dari teras rumah, bagi saya, tidak bisa diukur dengan nominal uang. Memang, untuk membuat teras rumah atau sekedar membeli kopi dan camilan, kita bisa menghitung jumlah uang yang kita keluarkan. Namun, keindahan, kebahagiaan, dan kreativitas yang berkembang di dan dari teras rumah jelas tidak bisa dinilai dengan nominal tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun