Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Ngabuburit Keliling Desa: Menikmati Puasa, Memperkaya Pengetahuan

13 April 2022   05:44 Diperbarui: 19 April 2022   13:45 2332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepanjang jalan banyak keindahan visual. Dokumentasi pribadi

Menanamkan kesadaran ekologis sejak usia dini menjadi aktivitas yang tidak selalu dogmatik, tetapi rekreatif. Setidaknya generasi penerus memiliki pengetahuan awal tentang pentingnya untuk mempertahankan kekayaan lingkungan, sehingga ke depan mereka memiliki hasrat untuk mengembangkan keadilan ekologis sebagai bentuk pertanggungjawaban sebagai manusia. 

Gubuk di tengah sawah. Dokumentasi pribadi
Gubuk di tengah sawah. Dokumentasi pribadi

Keempat, menghayati berkah visual yang diberikan Tuhan merupakan alasan berikutnya kenapa harus ngabuburit ke desa. Sehari-hari di kota, bermacam baliho dan banner di pinggir jalan, dari sosok pemimpin kabupaten, iklan, hingga anggota DPRD/DPR RI menjadi pemandangan sehari-hari di jalan. Itu semua merupakan 'sampah visual' yang menjenuhkan. Maka, menikmati keindahan visual desa merupakan salah satu mekanisme untuk menetralisir dampak negatif sampah visual. 

Keindahan sebagai anugerah Tuhan Sang Pengasih yang dikelola oleh warga desa menjadi hamparan persawahan nan hijau merupakan berkah sekaligus 'asupan visual' yang harus disyukuri sehingga kita tidak mudah punya nafsu merusaknya. Tuhan memberikan yang terbaik untuk manusia, sudah sepatutnya manusia mau untuk mengelolanya secara berkelanjutan. 

Sembari menikmati hamparan sawah nan indah, kita bisa memberikan penjelasan singkat tentang bakti dan pengabdian para petani terhadap bangsa dan negara. Di tengah-tengah mahal dan sulitnya pupuk, mereka masih setia menanam padi dan tanaman pangan lainnya. Kita bisa membayangkan kalau mereka mogok tanam, apa yang akan terjadi. Tentu krisis multidimensi yang mencekam. 

Sepanjang jalan banyak keindahan visual. Dokumentasi pribadi
Sepanjang jalan banyak keindahan visual. Dokumentasi pribadi

Paparan singkat di atas, setidaknya menunjukkan betapa ngabuburit bisa kita maknai ulang dengan semangat untuk memperkaya pengetahuan dan mensyukuri anugerah terindah dari Tuhan. 

Bulan Ramadhan tidak hanya menjadi ajang untuk memperbanyak amal di masjid, tetapi juga menjadi momen untuk mempertebal kecintaan kita terhadap Tuhan Yang Mahakuasa dengan cara belajar untuk memperkaya pengetahuan dan memperkuat kesadaran ekologis. Bukankah agama memerintahkan kita untuk selalu iqra' dan iqra'?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun