Menanamkan kesadaran ekologis sejak usia dini menjadi aktivitas yang tidak selalu dogmatik, tetapi rekreatif. Setidaknya generasi penerus memiliki pengetahuan awal tentang pentingnya untuk mempertahankan kekayaan lingkungan, sehingga ke depan mereka memiliki hasrat untuk mengembangkan keadilan ekologis sebagai bentuk pertanggungjawaban sebagai manusia.Â
Keempat, menghayati berkah visual yang diberikan Tuhan merupakan alasan berikutnya kenapa harus ngabuburit ke desa. Sehari-hari di kota, bermacam baliho dan banner di pinggir jalan, dari sosok pemimpin kabupaten, iklan, hingga anggota DPRD/DPR RI menjadi pemandangan sehari-hari di jalan. Itu semua merupakan 'sampah visual' yang menjenuhkan. Maka, menikmati keindahan visual desa merupakan salah satu mekanisme untuk menetralisir dampak negatif sampah visual.Â
Keindahan sebagai anugerah Tuhan Sang Pengasih yang dikelola oleh warga desa menjadi hamparan persawahan nan hijau merupakan berkah sekaligus 'asupan visual' yang harus disyukuri sehingga kita tidak mudah punya nafsu merusaknya. Tuhan memberikan yang terbaik untuk manusia, sudah sepatutnya manusia mau untuk mengelolanya secara berkelanjutan.Â
Sembari menikmati hamparan sawah nan indah, kita bisa memberikan penjelasan singkat tentang bakti dan pengabdian para petani terhadap bangsa dan negara. Di tengah-tengah mahal dan sulitnya pupuk, mereka masih setia menanam padi dan tanaman pangan lainnya. Kita bisa membayangkan kalau mereka mogok tanam, apa yang akan terjadi. Tentu krisis multidimensi yang mencekam.Â
Paparan singkat di atas, setidaknya menunjukkan betapa ngabuburit bisa kita maknai ulang dengan semangat untuk memperkaya pengetahuan dan mensyukuri anugerah terindah dari Tuhan.Â
Bulan Ramadhan tidak hanya menjadi ajang untuk memperbanyak amal di masjid, tetapi juga menjadi momen untuk mempertebal kecintaan kita terhadap Tuhan Yang Mahakuasa dengan cara belajar untuk memperkaya pengetahuan dan memperkuat kesadaran ekologis. Bukankah agama memerintahkan kita untuk selalu iqra' dan iqra'?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H